Komunikasi Efektif Membantu Hubungan, Dimensi Hubungan Membantu, 4 Fase Hubungan Membantu,dan Komunikasi Proses Keperawatan

hallo sobat semua kali ini admin akan membagikan materi tentang komunikasi efektif antara perawat dengan klien berisi tentang Membantu Hubungan, Dimensi Hubungan Membantu, 4 Fase Hubungan Membantu, Komunikasi Proses Keperawatan 


MEMBANTU HUBUNGAN
Komunikasi Efektif Membantu Hubungan, Dimensi Hubungan Membantu, 4 Fase Hubungan Membantu,dan  Komunikasi Proses Keperawatan



Hubungan perawat-klien bersifat lebih dari hubungan mutual. Hubungan tersebut merupakan proses dimana penolong diminta campur tangan dalam kehidupan klien untuk membantu klien menetapkan tingkah laku yang lebih efektif. Hubungan klien perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk meningkatkan  kesehatan dan kemampuan adaptasi. Perawat menggunakan kemampuan komunikasi interpersonal untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang  dapat meningkatkan pemahaman mereka sebagai manusia seutuhnya. Hubungan yang membantu  ini adalah teraupetik, yang meningkatkan iklim psikologs yang membawa perubahan dan pertumbuhan klien yang positif. Meskipun perawat akan mendapat banyak kepuasan dari hubungan, klien harus menjadi penerima utama dan penentu keuntungan.

Penciptaan lingkungan yang teraupetik bergantung pada kemampuan perawat untuk menyediakan kenyamanan fisik dan psikososial pada klien. Perawat menjamin bahwa kebutuhan psikologis klien akan dicukupi. Misalnya, perawat menempatkan klien sehingga dapat bernafas dengan normal untuk tidur yang nyaman. Tindakan yang dilakukan perawat memperhitungkan keinginan klien. Perawat dank lien bersama-sama menentukan bagaiman kebutuhan masing-masing dapat tercapai. Studi kasus dibawah ini menunjukkan bagaimana perawat melibatkan klien dalam perawatan.

Hubungan antara perawat dan klien harus dibangun dengan perawatan ketika perawat menggunakan teknik teraupetik.

DIMENSI HUBUNGAN MEMBANTU
Bentuk umum hubungan yang membantu adalah rasa percaya diri, empati, perhatian, autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat ingin menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien.

§  RASA PERCAYA DIRI
Rasa percaya diri dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Hubungan yang mempercayai ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien percaya bahwa perawat ingin merawat demi kebaikan klien itu sendiri. Rasa percaya akan membentuk komunikasi teraupetik yang terbuka. Pengalaman yang telah lalu mungkin akan mempengaruhi keinginan klien untuk mempercayai perawat. Kurangnya pengalaman perawatan kesehatan sebelumnya atau pengalaman traumatic dapat mengakibatkan klien memiliki keraguan dalam mempercayai pemberi perawatan. Untuk meningkatkan rasa percaya, perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa percaya hubungan antara klien dan perawat tidak akan memiliki kemajuan lebih dari interaksi sosial dan hanya memenuhi kebutuhan superfisial.

§  EMPATI DAN SIMPATI
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungan yang membantu. Defenisi empati merefleksikan pengaruh  psikoterapis Carl Rogers, yang terkenal karena  hasil karyanya dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristik hubungan yang membantu. Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki kerangka referensi klien (Haber et al, 1994). Empati adalah merasakan memahami dan membagi kerangka referensi klien, dimulai dengan masalah yang dihadapi klien. Sangat adil, sensitive, dan objektif untuk melihat pengalaman yang dimiliki orang lain.
Empati membantu klien untuk menjelaskan dan mengkaji perasaan mereka sehingga pemecahan masalah dapat terjadi.
Kebalikan dari empati adalam simpati adalah ekspresi perasaan seseorang mengenai keadaan sulit yang lain. Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau rasa kasihan yang ditunjukkan oleh perawat kepada klien dimana kebutuhan klien dilihat sebagai kebutuhan perawat. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan karena mencegah berkembangnya hubungan membantu efektif.

§  PERHATIAN
Pehatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagian besar klien langsung atau tidak secara langsung menunjukkan keinginan untuk diperhatikan pada waktu tertentu. Perawat memperhatikan klien dengan menerima klien sebagaiman mereka adaya dan menghargai mereka secara individu. Ketika klien diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan. Perhatian juga dapat menghilangkan kecemasan. Penghilang kecemasan dan stress akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan.

§  AUTONOMI DAN MUTUALITAS
Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri. Mutualitas meliputi perasaan utuk berbagi dengan sesama. Keduanya sangat penting dalam hubungan yang saling membantu. Perawat dank lien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam perawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk mengambil keputusan , sekalipun untuk hal-hal yang sepele seperti menentukan waktu untuk mandi.

FASE HUBUNGAN MEMBANTU
1)    FASE PRAINTERAKSI
Sebelum melakuka pertemuan pertama dengan klien, perawat idealnya mengulangi informasi mengenail klien. informasi tersebut dapat mengenai riwayat keperawatan atau medis, dalam catatan perawat mengenai catatan medis atau diskusi dengan perawat lainnya yang merawat klien.
Fase preinteraksi adalah fase dimana perawat merencanakan pendekatan. Proses ini membantu menghindari terjadinya stereotip pada klien dan membantu perawat untuk berfikir mengenai nilai atau perasaan pribadi.
Langkah akhir dari fase preinteraksi adalah untuk menentukan lokasi dan menetapkan kapan pertemuan dengan klien dilakukan untuk pertama kalinya. Lingkungan nyaman, tersendiri dan menarik akan mempercepat interaksi interpersonal. Perawat juga harus menyediakan waktu yang cukup untuk diskusi.

2)   ORIENTASI
Fase orientasi ketika perawat dank lien bertemu untuk yang pertama kalinya. Fase ini menentukan bagaimana hubungan perawat- klien selanjutnya. Fase orientasi ini sangat penting dan seringkali ditandai dengan ketidakpastian dan eksplorasi. Selama pertemuan awal kedua belah pihak secara akrab saling mengkaji. Perawat dan klien membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-masing. Komunikasi teraupetik akan menjadi lebih efektif jika perawat tulus, penuh empati, dan perhatian.
Perawat dan klien saling mengenal nama dan dapat memahami satu sama lain dan mulai membangun hubungan yang bermakna jika interaksi sosial diarahkan dengan benar.
·         Pengujian
Klien seringkali menguji perawat selama fase orientasi. Klien mungkin akan jadi diam untuk menghindari komunikasi. Perawat dapat menunjukkan keinginan untuk membantu dengan menjelaskan tindakan yang diambil dan menunjukkan perawatan dengan baik.
·         Membangun Kepercayaan
Kepercayaan adalah bersandarkan pada seseorang tanpa merasa ragu atau bertanya-tanya. Percaya diri, mandiri, kerahasiaan, dan kredibilitas adalah hasil dari hubungan yag saling mempercayai. Perhatian yang tulus adalah metoda yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan. Menunjukkan perhatian adalah salah satu cara untuk menetapkan rasa percaya.
·         Mengidentifikasi Masalah Dan Keberhasilan
Dalam pertemuan pertama, perawat mulai mengkaji status kesehatan klien. Melalui observasi dan interaksi, perawat mulai membuat kesimpulan diagnosa. Masalah kesehatan klien mungkin sederhana, seperti bergerak tanpa ketidak nyamanan, memilih makanan yang dapat ditoleransi dengan mudah, atau bangun dari tempat tidur dengan aman. Setlah masalah diidentifikasi perawat dank lien sama-sama menentukan tujuan. Ketika kien ikutserta dalam penyusunan tujuan dan melihat keuntungan yang diinginkan, intervensi perawatan akan menjadi lebih efektif.
·         Menjelaskan Peran
Setelah hubungan yang membantu dimulai, peran harus ditetapkan. Hubungan yang membantu membutuhkan partisipasi dari kedua belahpihak, namun perawat memegang peran sebagai pemimpin. Klien bertindak sebagai penerima perawatan namun juga berperan sebagai partisipan dalam perawatan.
·         Menetapkan Kontrak
Setelah tujuan dan peran didefenisikan dengan jelas, perawat mungkin dapat menetapkan kontrak dengan klien. Elemen kontrak meliputi lokasi, frekwensi dan panjang kontak dengan klien dan durasi hubungan.

3)   FASE BEKERJA
Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien bekerja sama. Hubungan berkembang ketika memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah. Perawat mendorong ekspresi terbuka perasaan klien. Hal ini mungkin akan dapat dicapai dengan mendengarkan. Jika klien tidak terbiasa untuk berbagi perasaan, perawat harus sabar dan penuh pemahaman. Empati dan penghargaan perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya.
Kemampuan komunikasi adalah pendorong klien untuk berkomunikasi dalam cara yang dapat meningkatkan pertumbuhan mereka meliputi :
Ø  Konfrontasi
Perawat membuat klien menyadari inkonsistensi dalam tingkah laku atau pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri. Teknik ini membantu klien mengenali pertumbuhan atau berhadapan dengan hal-hal penting.
Ø  Kesiapan
Perawat memfokuskan interaksi pada situasi sekarang antara perawat dan klien. Klien belajar untuk memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Hal ini meliputi menarik perhatian pada tingkah laku atau pernyataan klien.
Ø  Pemaparan Diri
Perawat menunjukkan pengalaman, ide, nilai, atau perasaan personal dalam konteks hubungan. Hal ini bukan terapi untuk perawat. Hal itu akan menunjukkan kepada klien bahwa pengalaman mereka dapat dipahami.
Ø  Memadukan Komunikasi Dengan Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan secara umum dibagi kedalam 4 kelompok: fisiologis, psikologis, spiritual, dan sosioekonomi. Tindakan fisiologis yang menyertai kebutuhan fisik klien seperti nutrisi, eliminasi, dan kenyamanan memiliki visibilitas tinggi. Sebagian besar tindakan fisiologis bersifat nonverbal dan dilakukan secara rutin. Visibilitas tinggi mereka membantu klien mengenali perawat sebagai pelaku praktik yang baik.
Tindakan psikologis memenuhi kebutuhan emosional.
Tindakan sosioekonomik seperti mengarahkan klien pada lembaga kesehatan komunitas, membantu klien beradaptasi dengan lingkungan.
Tindakan spiritual membantu klien mendapat dukungan untuk sistem kepercayaan mereka. Pemberian dukungan emosional atau mendidik keluarga klien jelas membutuhkan komunikasi efektif, dan juga prosedur asuhan keperawatan.

4)   TERMINASI
Tujuan utama pada akhir hubungan yang membantu apapun adalah pemutusan dengan cara yang terencana dan memuaskan. Meringkaskan prestasi dan mengulang kebutuha yang tidak terpenuhi atau perawatan lebih lanjut akan sama membantu dengan :
·         Evaluasi hasil yang telah dicapai
Perawat mendorong dilakukannya pengkajian atas ketepatan dan menetapkan hasil.
·         Perpisahan
Bergantung pada hubungan antara klien dan perawat, klien mungkin akan merasa cemas ketika perpisahan makin dekat. Idealnya klien mengekspresikan perasaan mengenai perpisahan. Perawat merencanakan waktu sehingga klien dapat membagi perhatian dan ketakutanya.
Perawat harus meyakinkan bahwa perawatan klien tidak akan terganggu dengan memperkenalkan perawat yang baru atau mengomunikasikan kebutuhan klien dengan rencana perawatan tertulis.





          KOMUNIKASI PROSES KEPERAWATAN
Perawat menggunakan proses komunikasi pada setiap langkah dari proses pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan kle
klien bergantung pada komunikasi efektif antara perawat, klien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Melalui komunikasi perawat dan klien sampai pada persetujuan bagaimana mencapai hasil perawatan yang sukses. Fungsi ini adalah bagian dari proses keperawatan yang berjalan terus.
a.    Pengkajian
Pengkajian dapat dimulai dengan mengulang faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi. Tingkat perkembangan, persepsi, emosi, orientasi budaya, dan pengetahuan klien, adalah pokok yang harus dipahami perawat sebelum merencanakan metode untuk meningkatkan komunikasi. Mungkin akan sulit untuk mengkaji seluruh faktor ini jika klien memiliki kendala fisik dalam berkomunikasi. Keluarga dan teman akan menjadi sangat penting untuk pengkajian keperawatan.
Pengkajian melalui proses perawatan:
·         Wawancara dan pengambilan riwayat
·         Pemeriksaan fisik(penggunaan saluran visual, auditori dan taktil)
·         Observasi tingkah laku non-verbal
·         Pengulangan catatan medis, literature, dan te diagnostic

v  Kendala Fisik dan Psikologis Pada Komunikasi
Observasi suara, gaya, dan kosakata yang digunakan, kemampuan untuk menerima dan memahami pesan, kendala fisik untuk berkomunikasi. Diagnosa keperawatan NANDA yang berhubungan dengan perubahan komunikasi.:
1.     Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan:
-          Kendala fisik atau jalan nafas artifisial
-          Deficit neurologis
-          Perbedaan Bahasa budaya
-          Deficit perkembangan
2.    Koping individu ketidakefektifan yang berhubungan dengan:
-          Krisis situasi
-          Krisis maturasional
3.    Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan :
-          Kendala komunikasi :
-          sistem respirasi (dyspnea ekstrem, jalan nafas buatan/ endotrakea,trakeostomi, laringektomi
-          rongga oral dan nasal (palatum sumbing, gigi palsu longgar, penyakit neurologis yang mempengaruhi artikulasi
-          pusat wicara (afasia yang berhubungan dengan cedera serebrovaskular/stroke atau tumor otak.
-          Sistem auditorius ( konduksi atau ketulian saraf)

Buku fundamental of nursing, Potter and perry 2005


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »