Asuhan Keperawatan Pada Striktur uretra: Manifestasi Klinis, Klasifikasi, Komplikasi, Test Diagnostik, Penatalaksanaan, Prognosis dan Pencegahannya

hallo sobat semua kali ini saya admin anggi setiawan akan membagikan ilmu keperawatan yang admin pernah pelajari semua askep dan pathway terangkum secara singkat dan menarik.semoga terbantu.
Klai ini admin akan membagikan materi tentang asuhan keperawatan pada Striktur uretra: Manifestasi Klinis, Klasifikasi, Komplikasi, Test Diagnostik, Penatalaksanaan, Prognosis dan Pencegahannya





Asuhan Keperawatan Pada Striktur uretra: Manifestasi Klinis, Klasifikasi, Komplikasi, Test Diagnostik, Penatalaksanaan, Prognosis dan Pencegahannya

A.    MANIFESTASI KLINIS
Menurut C.Smeltzer, Suzanne (2002), tanda dan gejala pada klien dengan striktur uretra di antaranya :
1.      Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang.
2.      Gejala infeksi
3.      Retensi urinarius.
4.      Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis, dan pielonefritis.

B.     KLASIFIKASI
Menurut Basuki B. Purnomo (2003), derajat penyempitan uretra terbagi atas 3 yaitu:
1.      Ringan : Jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
2.      Sedang : Jika oklusi 1/3 hingga ½ diameter lumen uretra.
3.      Berat  : Jika oklusi lebih besar dari1/2 diameter lumen uretra.
Pada derajat berat kadangkala teraba jaringan keras dikorpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

Asuhan Keperawatan Pada Striktur uretra: Manifestasi Klinis, Klasifikasi, Komplikasi, Test Diagnostik, Penatalaksanaan, Prognosis dan Pencegahannya


C.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
1.      Infeksi saluran kemih.
2.      Gagal ginjal.
3.      Refluks vesiko uretra.
4.      Retensi urin.

D.    TEST DIAGNOSTIK
1.      Uretrografi : adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra, dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.

2.      Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat berkemih.
3.      Uretroskopi : untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra.
4.      Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/ terang , penampilan keruh, pH 7 atau lebih besar bakteria.
5.      Kultur urin : adanya Staphylococcus aureus, Protues, Klebsiella, Pseudomonas, E.coli.
6.      BUN / Kreatin : meningkat

E.     PENATALAKSANAAN
1.      Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter.
2.      Medika mentosa
Analgesik nonnarkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
3.      Pembedahan
·         Sistostomi suprapubis.
·         Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisauotis / sachse. Otis dimasukkan secara blin kedalam buli-buli jika striktur belum total. Jika lebih berat, dengan pisau sachse secara visual.
·         Uretrotomi eksternal : tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anadtomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.

F.      PROGNOSIS
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

H.  PENCEGAHAN
       Ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
·         Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis
·         Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter
·         Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menularseksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakaikondom.
·         Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dangagal ginjal.






















Share this

Related Posts

Previous
Next Post »