hallo sobat semua kali ini saya admin anggi setiawan akan membagikan ilmu keperawatan yang admin pernah pelajari semua askep dan pathway terangkum secara singkat dan menarik.semoga terbantu.
kali ini admin akan membagikan materi Asuhan Keperawatan Penyakit Striktur Uretra dibahas secar padat dan jelas.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian
dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi Sachse dan pengkajian post
operasi Sachse.
a) Pengkajian
pre operasi Sachse
Pengkajian
ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliput:
Pengkajian
fokus :
Inspeksi :
·
Memeriksa uretra dari
bagian meatus dan jaringan sekitarnya
·
Observasi adanya
penyempitan, perdarahan, mukus atau cairan purulent ( nanah)
·
Observasi kulit dan
mukosa membran disekitar jaringan
·
Perhatikan adanya lesi
hiperemi atau keadaan abnormal lainnya pada penis, scrotom, labia dan orifisium
Vagina.
·
Iritasi pada uretra
ditunjukan pada klien dengan keluhan ketidak nyamanan pada saat akan miksi
(proses pengosongan kandung kemih).
Pengkajian Psikososial :
·
Respon emosional pada
penderita sistim perkemihan, yaitu : menarik diri, cemas, kelemahan, gelisah,
dan kesakitan.
·
Respon emosi pada pada
perubahan masalah pada gambaran diri, takut dan kemampuan seks menurun dan
takut akan kematian.
Pengkajian Diagnostik
·
Sedimen urine untuk
mengetahui partikel-partikel urin yaitu sel, eritrosit, leukosit, bakteria,
kristal, dan protein.
1. Identitas klien
Meliputi
nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, nomor rigester dan diagnosa medis.
2
. Riwayat penyakit sekarang
Pada
klien striktur urethra keluhan-keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/puas sehabis miksi,
hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi
retensio urine.
3
. Riwayat penyakit dahulu .
Adanya
penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang
berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi .
4
Riwayat penyakit
keluarga .
adanya
riwayat keturunan dari salah satu
anggota keluarga yang menderita penyakit striktur urethra Anggota keluarga yang
menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Riwayat
psikososial
a.
Intra personal
Kebanyakan
klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul
karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat
dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
b.
Inter personal
Meliputi
peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
6. Pola
fungsi kesehatan
a.
Pola persepsi dan
tatalaksana hidup sehat
Klien
ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan,
penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan
kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat )
b.
Pola nutrisi dan
metabolisme
Klien
ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap
hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau
keadaan yang mengganggu nutrisi seperti
nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak
mengalami gangguan atau masalah.
c.
Pola eliminasi
Klien
ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, jumlah kecil dan tidak lancar
menetes - netes, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan
aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti
konstipasi akibat dari p[enyempitan urethra kedalam rectum.
d.
Pola tidur dan
istirahat .
Klien
ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi
yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau
situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan
tidur.
e.
Pola aktifitas .
Klien
ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi
kebutuhan sehari – hari sendiri.
f.
Pola hubungan dan peran
Klien
ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat
atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan
sebagai mana seharusnya.
g.
Pola persepsi dan
konsep diri
Meliputi
informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum
pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya.
Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam
menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
h.
Pola sensori dan
kognitif
Pola
sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien.
Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan
waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
i.
Pola reproduksi seksual
Klien
ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek
sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah
seksual yang dialami sekarang (masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan
pola perilaku seksual.
j.
Pola penanggulangan
stress
Menanyakan
apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan
terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien
bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif.
k.
Pola tata nilai dan
kepercayaan
Klien
menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien
dalam menjalankan ibadah.
7. Pemeriksaan
fisik
a.
Status kesehatan umum
Keadaan
penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu
tubuh, nadi.
b.
Kulit
Apakah
tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana
keadaan rambut dan kuku klien ,
c.
Kepala
Bentuk
bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma
pada kepala.
d.
Muka
Bentuk
simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula
bagaimana otot mukanya.
e.
Mata
Bagainama
keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi
dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
f.
Telinga
Ada
atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa
ada gangguan pendengaran.
g.
Hidung
Bentuknya
bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah
hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
h.
Mulut dan faring
Adakah
caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah
tremor ,parese atau tidak. Adakah
pembesaran tonsil.
i.
Leher
Bentuknya
bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
j.
Thoraks
Betuknya bagaimana,
adakah gynecomasti.
k.
Paru
Bentuk
bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara
nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau
egofoni.
l.
Jantung
Bagaimana
pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
m.
Abdomen
Bagaimana
bentuk abdomen. Pada klien dengan
keluhan retensi umumnya ada penonjolan
kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana.
Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba
atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.
n.
Genitalia dan anus
Pada klien
biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal
touche. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter,
Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.
o.
Ekstrimitas dan tulang
belakang
Apakah ada
pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada
tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah
atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.
8. Pemeriksaan
diagnostik
Untuk
pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.
b) Pengkajian
post operasi Sachse
Pengkajian ini
dilakukan setelah klien menjalani
operasi, yang meliputi:
1. Keluhan
utama
Keluhan pada
klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan
keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi Sachse adalah keluhan rasa
tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi
pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan
dari klien sendiri.
2. Keadaan
umum
Kesadaran, GCS,
ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem
respirasi
Bagaimana
pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu
dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan
ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung,
gerakan dada dan perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.
4. Sistem
sirkulasi
Yang dikaji:
nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor
jantung (EKG).
5. Sistem
gastrointestinal
Hal yang dikaji:
Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana
dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.
6. Sistem
neurology
Hal yang dikaji:
keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
7. Sistem
muskuloskleletal
Bagaimana
aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya.
Apakah terpasang infus dan dibagian mana
dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan
ekstrimitas.
8. Sistem
eliminasi
Apa ada
ketidaknyamanan pada supra pubik,
kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah
ada tanda – tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi
kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana
keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.
9. Terapi
yang diberikan setelah operasi
Infus yang
terpasang, obat – obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi
kandung kemih.
c. Analisa
data
Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi
data, mengelompokkan, mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi,
membandingkan dengan standart, menginterpretasikan serta akhirnya membuat
kesimpulan. Penulis membagi analisa menjadi 2, yaitu analisa sebelum operasi
dan analisa setelah operasi.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Dari analisa
data diatas dapat dirumuskan suatu diagnosis keperawatan yang dibagi menjadi 2, yaitu diagnosa sebelum operasi dan
diagnosa setelah operasi.
1. Diagnosa
sebelum operasi
a. Perubahan
eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi,
nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan dengan obstruksi
mekanik : pembesaran prostat.
b. Nyeri
sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap struktur
urethra
c. Cemas
sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang pengetahuan
tantang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi
d. Gangguan
tidur dan istirahat sehubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap
kerusakan eliminasi: retensi disuria,
frekuensi, nokturia.
2. Diagnosa
setelah operasi
a. Nyeri
sehubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada Sachse
b. Perubahan
eliminasi urine sehubungandengan obstruksi sekunder dari Sachse bekuan darah
odema
c. Potensial
infeksi sehubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter,
d. Potensial
untuk menderita cedera: perdarahan sehubungan dengan tindakan
e. Potensial
disfungsi seksual sehubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari Sachse
f. Kurang
pengetahuan: tentang Sachse sehubungan dengan kurang informasi.
g. Gangguan tidur dan istirahat sehubungan dengan
nyeri.