Teori Model Virginia Henderson, Imogine king dan Peplau


A. Model konsep dan teori keperawatan  Virginia Handerson

Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh virginia handerson adalah model konsep aktivitas sehari-hari dengan  memberikan gambaran  tugas perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit atau yang sehat dengan  memberikan dukungan kepada kesehatan, penyembuhan, serta agar meninggal dengan damai.
Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan). Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan harus menyertakan prinsip keseimbangan fisiologis. Henderson sendiri kemudian  mengemukakan  sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Di samping itu, Henderson  juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
Henderson menyatakan, bahwa individu:
1.Harus mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional
2.Membutuhkan bantuan untuk mencapai kesehatan dan kemandirian atau menghadapi kematian dengan tenang
3.Membutuhkan kekuatan, keinginan, pengetahuan yang penting untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan.

1.Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.
  1. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Bernapas secara normal
2)      Makan dan minum secara adekuat
3)      Mengeliminasi sampah tubuh
4)      Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan
5)      Tidur dan istirahat
6)      Memilih pakaian yang sesuai
7)      Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan    memodifikasi lingkungan
8)      Menjaga tubuh bersih dan tampak rapih untuk melindungi kulit
9)      Menghindari bahaya di lingkungan dan menghindari mencederai orang lain.
10)  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, rasa  takut, atau pendapat.
11)  Beribadah sesuai dengan keyakinan diri
12)  Bekerja sedemikian rupa sehingga seseorang merasakan rasa pencapaian
13)  Bermain atau berpartisipasi dalam bentuk rekreasi yang berbeda ( kegiatan bermain yang ada di rumah sakit. Contohnya: adanya  ruang bermain untuk anak-anak di ruangan anak)
14)  Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah ke perkembangan dan kesehatan yang normal, dengan menggunakan fasilita kesehatan yang ada.
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
1)      komponen kebutuhan biologis yaitu No 1 – 9 ( implementasinya :menolong kebutuhan biologis seperti memandikan karena keterbatasan saat sakit  )
2)      komponen  psikologis yaitu No 10, 13 dan 14 ( implementasi: pada saat pasien mengeluh perawat mendengarkan dan perawat menjadi teman sehingga klien merasadidengarkan)
3)      komponen sosiologis yaitu No 12 (implementasi :
4)      komponen spiritual Yaitu No 11( implementasi : memberikan kesempatan kepada klien untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya )
  1. keperawatan
Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan manusia (14 komponen di atas). Untuk menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.
  1. Kesehatan
Sehat adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
d.   Lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
1)      Individu yang sehat mampu  mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut
2)      Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis
3)      Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan
4)      Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam memberikan resep
5)      Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran tentang kontruksi bangunan dan pemeliharaannya
6)      Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien. Menurut henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1)      Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi klien
2)      Perawat sebagai penolong (helper) bagi klien
3)      Perawat sebagai mitra (partner) bagi klien.
Pada situasi klien  yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam memenuhi kebutuhan klien akibat kekuatan fisik,  atau kemampuan klien  yang berkurang. Di sini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”. Setelah kondisi gawat berlalu dan klien berada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau membantu klien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian  ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan  kesehatan klien  sebagai mitra, perawat dan klien  bersama-sama merumuskan  rencana perawatan bagi klien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap klien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.

Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan perawat dan pasien harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang dilakukan oleh dokter.

2. Keyakinan dan tata Nilai Teori Henderson
Sumber : Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Aziz Alimun)
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup secara individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai. Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekuatan, atau   kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.
3. Aplikasi Teori henderson dalam Proses Keperawatan
Defenisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung  kepada  klien. Manfaat asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi klien, yang semula bergantung pada orang lain menjadi  mandiri. Perawat dapat membantu klien beralih dari kondisi bergantung (dependent) menjadi mandiri (independent) dengan mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen penanganan perawatan dasar.
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar klien  berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data, perawat menggunakan metode observasi, indera penciuman, peraba,   pendengaran. Setelah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan menurut Henderson, dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya, dengan atau tanpa bantuan, serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan rencana kebutuhan sesuai kebutuhan individu, termasuk di dalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan, serta dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat atau sakit. Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan  perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian klien dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
A. Model konsep dan teori keperawatan menurut imogene king

King memahami model konsep dan teori keperawatan degan menggunakan pendekatan system terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan  dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi. Dalam  mencapai hubungan interaksi, king mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, interpersonal, dan system social yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yang dapat di gambarkan sebagai berikut:








Sumber: Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Aziz Alimun)
           
Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana didalammnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambar tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan, suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahawa suatu interaksi per awat dan pasien dalam menegakkan system social sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar system tersebut maka king memendang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan dating dn sebagai makhluk social akan hidup bersama dengan orang lain yang akan berinterkasi satu dengan yang lain.





 Feedback
 

Perawat


Aksi


Klien
 
                                 
 








                                              

Gambar : model konsep menurut King
Sumber: Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Aziz Alimun)
Berdasarkan  hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu kebutuhan terhadap informasi kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit, dan kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit. Berdasarkan bagan model konsep menurut  King dapat dijelaskan bahwa konsep hubungan manusia terdiri dari komponen:
1.      Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, dalam memahami atau megenali kondisi yang ada dalam keperawatan, dengan digambarkan  hubungan perawat dan k lien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
2.      Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respon dari individu.
3.      Interaksi merupkan suatu bentuk kerja sama yang saling memengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam komunikasi.
4.      Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu  persetujuan dalam rancana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.





Ada 7 dalil hipotesa King tentang pencapaian tujuan yang terdiri dari:
1.   .Persamaan persepsi dan interaksi antara perawat dan klien, meningkatkan penentuan tujuan bersama.
2.   Komunikasi merupakan suatu sarana untuk menentukan tujuan bersama antara perawat dan klien, sehingga kepuasan dapat tercapai.
3.   Kepuasan yang didapatkan baik oleh perawat maupun klien dapat menunjang tercapainya tujuan.
4.   Pencapaian tujuan dapat menurunkan stress dan kecemasan pada klien.
5.   Pencapaian tujuan dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan koping klien.
6.   Konflik yang dialami klien maupun perawat dapat menurunkan transaksi dalam interaksi perawat-klien.
7.   Persamaan dengan  harapan atau penampilan peran dapat meningkatkan transaksi pada interaksi perawat-klien.

B.  Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene King ( Theory of goal Attainment ) :
King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa teman sejawat dan menghadiri beberapa konferensi serta alasan-alasan induktif dan deduktif dari beberapa pemikiran-pemikiran kritis. Dari informasi yang terkumpul tersebut, kemudian King memformulasikan kedalam suatu kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) pada tahun 1971. King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah  kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia dengan  lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu dan kelompok dalam  memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll).
C.  Asumsi Model Konsep dan Teori Imogene M. King
King mengasumsikan model konsep dan teori keperawatan secara eksplisit maupun implisit.
1.      Asumsi eksplisit
a.    Fokus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkunganya, dengan tujuan untuk kesehatan manusia.
b.   Individu adalah sosial, rasional, reaksi, penerimaan, kontrol, berorientasi pada kegiatan waktu.
c.    Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai klien serta perawat.
d.   Manusia sebagai klien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupannya, kesehatan, dan pelayanan komunitas dan menerima atau menolak keperawatan.
e.    Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka membuat atau mengambil keputusan.
f.    Tujuan dari memberi pelayanan kesehatan dan menerima pelayanan mungkin tidak sama.
2.      Asumsi implisit
a.    Klien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
b.   Klien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau pengambilan keputusan.
c.    Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
d.   Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.



D. Model Konsep dan Teori Imogene M. King Terdiri dari Tiga Sistem
1)      Sistem Personal
Menurut King setiap individu adalah sistem personal (sistem terbuka). Untuk sistem personal konsep yang relevan adalah persepsi (perception), diri (self), pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), citra diri (body image), ruang (space), dan waktu (time).
a. Persepsi (perception)
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan kejadian-kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke orang lain dan hal ini tergantung dengan pengalaman  masa lalu, latar belakang, pengetauhan dan status emosi. Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selektif untuk semua orang .
b. Diri (self)
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang lain. Diri adalah individu atau  bila seseorang berkata “AKU”. Karakteristik diri adalah individu yang dinamis, sistem terbuka dan orientasi pada tujuan.
c. Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development)
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia. Perubahan ini biasanya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksikan walaupun individu itu bervariasi, dan sumbangan fungsi genetik, pengalaman yang berarti dan memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai proses diseluruh kehidupan seseorang dimana dia bergerak dari potensial untuk mencapai aktualisasi diri.
d.Citra diri (body image)
King mendefinisikan citra diri sebagai cara bagaimana orang merasakan tubuhnya dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.
e. Ruang (space)
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal atau subjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan  hubunganya dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional, atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi. Definisi secara operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory dan perilaku orang yang menempatinya.
f. Waktu (time)
King mendefisikan waktu sebagai lama antara satu kejadian dengan kejadian yang lain, merupakan pengalaman unik setiap orang
2)      Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi antar manusia. Interaksi antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut GROUP. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stress.
1.   Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang atau lebih didalam hubungan timbal balik.
2.   Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana informasi yang diberikan dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui telepon, televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi adalah verbal, non verbal, situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide satu orang ke orang lain. Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh.
3.   Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial, mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.
4.   Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu saat sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai penerima.
Ada 3 elemen utama peran yaitu,  peran berisi perilaku yang di harapkan pada orang yang menduduki posisi di sistem sosial, prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.
5.   Stress
Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis dimanapun manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informsi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stress adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan lingkungan, intensitasnya bervariasi, ada dimensi yang temporal-spatial yang dipengaruhi oleh pengalaman masalalu yang tidak mengenakan atau membuat trauma, individual, personal, dan subjektif.
3)      Sistem Sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktik-praktik dan aturan (George, 1995). Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.
a.       Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktifitas yang berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan personal atau organisasi.
b.      Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang  itu aktif, proses transaksi yang timbal balik dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam organisasi sertaberhubungan dengan wewenang.


c.       Kekuasaan
Kekuasaan adalah  universal, situasional, atau bukan sumbangan personal, esensial dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan orientasi pada tujuan.
d.      Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan  keputusan bercirikan  untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang,  universal,  individual, personal, subjektif,  situasional,  proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
e.       Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dan dapat diubah. King mendefinisikan  status  sebagai  posisi seseorang didalam kelompok atau kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.
Ketiga sistem tersebut membentuk hubungan personal antara perawat dan klien. Hubungan perawat dan klien merupakan  sarana dalam  pemberian asuhan keperawatan, di mana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu  klien dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan.

E.  Konsep Utama Paradigma Keperawatan Menurut Imogene M. King
1.         Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan, sehingga memungkinkan benda, energi, dan informasi dengan leluasa mempengaruhinya. Dalam kerangka konsepnya meliputi tiga sistem interaksi yang dinamis sebagai individu disebut sebagai sistem personal, ketika individu ini bersatu dalam kelompok disebut sistem interpersonal. Sistem sosial tercipta ketika kelompok mempunyai ketertarikan dan  tujuan yang sama dalam  satu  komunitas atau  masyarakat.
Menurut Imogene M. King, manusia memiliki tiga kebutuhan pokok :
a.       Kebutuhan  informasi  kesehatan  yang  tidak mampu pada saat diperlukan dan dapat   digunakan.
b.      Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk mencegah penyakit.
c.       Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak dapat membantu/merawat diri  mereka sendiri.
2.         Konsep Sehat
King mendefinisikan  sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati  rentang  sehat  sakit, dengan  menggunakan sumber ,sumber  yang dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai  kehidupan sehari-hari yang  maksimal.
3.      Konsep Lingkungan
Menurut King lingkungan adalah sistem sosial yang ada dalam  masyarakat yang saling berinteraksi dengan sistem lainnya  secara terbuka. Merupakan kekuatan dinamis yang mempengaruhi perilaku sosial, interaksi, persepsi, dan kesehatan. Lingkungan merupakan suatu sistem terbuka yang menunjukkan penukaran masalah, energi, informasi dengan keberadaan manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan internal dengan penukaran energi yang diatur secara terus menerus terhadap perubahan lingkungan eksternal.
Lingkungan adalah latar belakang untuk interaksi manusia, dan melibatkan :
a.       Lingkungan internal: mengubah energi untuk memungkinkan orang untuk menyesuaikan diri dengan terus menerus perubahan lingkungan eksternal.
b.      Lingkungan eksternal: melibatkan organisasi formal dan informal. Perawat adalah bagian dari lingkungan pasien.
4.      Konsep Keperawatan
Keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses tindakan, reaksi dan interaksi perawat dan klien dalam berbagi informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. King menyampaikan pola intervensi keperawatanya adalah proses interaksi klien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat transaksi.
Transaksi terdiri dari :
o   Jika persepsi tepat dan akurat maka transaksi akan terjadi.
o   Jika perawat dan klien membuat  transaksi yang harmonis maka tujuan tercapai.
o   Jika tujuan tercapai maka efisiensi dan keefisienan keperawatan tercapai.
o   Jika interaksi  perawat dan klien berjalan baik maka tumbuh kembang dapat ditingkatkan .
o   Jika peran,harapan, dan pembuatan keputusan dirasakan sama maka transaksi terjadi.
o   Jika ada konflik peran maka terjadi stressor.
o   Jika perawat mempunyai komunikasi yang tepat maka pencapaian tujuan terjadi.

Selain itu King juga membahas tujuan, domain, dan fungsi perawat professional
1.      Tujuan perawat
Untuk membantu individu untuk menjaga kesehatan mereka, sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran mereka.

2.      Domain perawat
Termasuk mempromosikan, memelihara, dan memulihkan kesehatan, dan merawat orang sakit, terluka dan sekarat.
3.      Fungsi perawat professional
Untuk menginterpretasikan  informasi dalam proses keperawatan untuk merencanakan, mengevaluasi asuhan keperawatan. King berkata dalam teori nya, seorang perawat profesional, dengan  pengetahuan khusus dan  keterampilan, dan klien yang membutuhkan perawatan, dengan  pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah  pribadi, bertemu sebagai orang asing di lingkungan alam. Mereka saling berinteraksi, mengidentifikasi masalah, menetapkan dan mencapai tujuan.

4. Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan
1.   Pengkajian
  1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan klien. Perawat membawa  pengetahuan khusus dan ketrampilan  sedangkan klien membawa pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi  perhatian, untuk interaksi ini.
  2. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien, diantaranya adalah :
·         Tingkat tumbuh kembang.
·         Pandangan tentang diri sendiri.
·         Persepsi yang merupakan dasar pengumpulan dan interpretasi data terhadap status kesehatan.
·         Pola komunikasi diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi dan transaksi.
·         Sosialisasi
2.      Diagnosa Keperawatan
  1. Dibuat setelah melakukan pengkajian.
  2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan k lien.
  3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan diagnosa keperawatan.

3.      Perencanaan
a.       Dibuat berdasarkan dengan keperawatan.
b.      Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan.
c.       Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkan tujuan dan membuat keputusan.
d.      Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi klien yang dianjurkan ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.
4.      Implementasi
a.       Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktual untuk mencapai tujuan.
b.      Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
5.      Evaluasi
a.       Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai.
b.      Dalam evaluasi membahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan tersebut

C.                Model Konsep dan Teori Peplau ( Psychodynamyc Nursing ) atau Significant Therapeutic, Interpersonal Proses

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjaelaskan tentang  kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang mengguanakan dasar hubungan antara manusia yang mencakup proses interpersonal, perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Sumber: Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Aziz Alimun)
            Proses interpersonal yang dimaksud ntara perawat dan klien memiliki empat tahap diantaranya:
1.                  Tahap orientasi: dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun  kepercayaan dan terjadi proses pengumulan data.
Penerapannya : difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien. Ditandai perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi pengumpulan data.
2.                  Fase identifikasi peran perawat apakah sudah melakukan atau bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi ekpresi perasaan klien serta melaksanakan asuhan keperawatan.
Penerapannya : Perawat memfasilitasi ekspresi prilaku pasien dan memberikan asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien. Respon pasien pada fase in yaitu :
a.       Partisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat
b.      Individu mandiri terpisah dari perawat
c.       Individu yang tak berdaya dan sangan tergantung pada perawat
3.                  Fase eksplorasi: dimana  perawat telah membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien.
Penerapannya : situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan atau persepsinya terhadap situasi. Inti pada fase ini merupakan hubungan dalam proses interpersonal.
4.                  Fase resulusi : dimana perawat berusaha untuk secara bertahan kepada  klien untuk mebebaskan diri dari ketergantungan kepada tenaga kesehatan dan mengguanakan kemampuan yang dimilikinya agar mampu menjalankan secara mandiri.
Penerapannya : secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi ke arah realisai potensi.














DAFTAR PUSTAKA
Amelia Nindy .2013. Prinsip Etika Keperawatan.Penerbit: D-medika.Yogyakarta.
Hidayat Aziz Alimut A. 2004. Pengantar dasar keperawatan. Penerbit : salemba medika. Surabaya.
Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Koenig, Kathleen Blais, dkk. 2006. Praktek Keperawatan Profesional. jakarta: EGC
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: TIM


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »