MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN 2016

MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN
PENDAHULUAN



Pengertian konsep
1.    Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata
2.    Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta tetapi kurang bukti secara langsung
3.    Konsep keperawatan adalah ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan
4.    Teori keperawatan (Barnum,1990) adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan

Karakteristik teori keperawatan
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan dengan konsep keperawatan, adapun karakteristik teori keperawatan adalah :
v Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan shg teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam
v Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang yang sesuai dengan kenyataan yang ada
v Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan
v Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktik keperawatan
v Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktik keperawatan


Teori keperawatan menuntun perawatdalam :
v Memberikan tujuan pengkajian
v Memberikan diagnosa keperawatan
v Memberikan intervensi keperawatan
v Landasan dasar berkomunikasi
v Autonomi
v Akuntabilitas profesional
Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi KDM berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan, antara lain :
1.      Dorothea Orem                      
2.      Hildegard Peplau
3.      Sister Calista Roy      
4.      Johnson
5.      Virginia Henderson    
6.      Martha E.Rogers
7.      Betty Neuman
8.      Faye G. Abdellah
9.      Jean Waston               
10.  Mira Estrin Levin
11.  Imogene King                             
12.  Madeleine Leininger









I.     Konsep/Mmodel Keperawatan Menurut Dorothea Orem
A.    Model Konseptual Self Care Menurut Orem
     Konsep keperawatan Orem dikenal dengan nama Model Self Care, mendasari peran perawat dala memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu “ Self care deficit, teori self care, dan teori nursing system”. Tiga teori tersebut berfokus pada peran manusia menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan dengan merawat diri mereka sendiri :
1.      Teori Self Care Defisit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan – keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau partial. Defisit perawatan ini menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak / beraktifitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami penurunan / defisit perawatan diri.
2.      Teori Self Care
Wang and Laffrey ( 2004 ) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan theraupetic demand. Defisit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya “Self care” . Self Care adalah : tindakan yang matang dan mematangkan oang lain yang mempunyai potensi untuk berkembang, atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan. Self care digunakan untuk mengontrol faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktifitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraanya. Self care agency adalah kekuatan individu yang berhubungan dengan perkiraan dan esensial operasi – operasi produksi untuk keperawatan mandiri. Ada 3 aspek yaitu :
a.       Agen ( orang yang mengambil tindakan ).
b.      Self care agent ( penyedia perawatan mandiri ).
c.       Dependent care agent ( penyelenggara perawatan yang tidak mandiri )

Theraupeutic Self Care Demand :
      Tuntutan perawatan diri harus seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya – upaya dengan cara menggunakan metode – metode untuk mengembalikan kemampuan tersebut.

Nursing Agency :
      Merupakan upaya keperawatan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan mencapai kemandirian yang dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan, melatih kemampuannya.

Conditioning factor :
      Merupakan kondisi atau situasi di sekitar individu yabg dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care nya.
R: relation ship
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga kategori self care requisite :
a.       Universal, meliputi : udara, air, makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, privasi, sosialisasi dan interaksi sosial, pencegahan risiko, peningkatan kesehatan, kesejahteraan dan potensi diri.
b.      Developmental : lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan sperti ; pekerkaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut.
c.       Perubahan Kesehatan ( Health deviation )
Berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.

3.      Teori Nursing System
       Sistem keperawatan digunakan ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri ( Kozier, erb, & 1997 dalan Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006 ). Sistem pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan self care individu dan memberikannya secara teraupetik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan :
a.       Wholly Compensatory Nursing System, diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika :
Ø  Tidak mampu melakukan aktifitas ; klien tidak sadar.
Ø  Tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan ; contoh ; pada klien fraktur tulang.
Ø  Tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan, cotoh ; retardasi mental.
b.      Partly Comensatory Nursing System, diberikan pada klien tingkat ketergantungan sebagian / parsial. Biasanya perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien. Misalnya : lansia.
c.       Supportive Educative Nursing System, diberikan dengan pemulihan / ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakuakn self care.

B       Proses Keperawatan menurut Orem
Proses Keperawatan menurut Orem terdiri dari : Pengkajian, Diangnosa Keperawatan, Rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi.
1.      Pengakajian
Diarahkan pada faktor personal, universal self care, developmental self care, health deviation, self care deficit.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan meningkatkan kemampuan self care. Teori Orem lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan kemasalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.
3.      Rencana Tindakan
Ø  Tujuan : dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan meningkatkan kemampuan self care.
Ø  Membuat Nursing System : Wholly compensatory, Partly Compensatory, atau supportive – educative.
Ø  Membuat metode yang sesuai untuk membantu klien.
4.      Pelaksanaan / implementasi
Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
Teori Orem mengidentifikasi beberapa metode bantuannya yaitu :
a.       Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang – orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
b.      Membimbing dan mengarahkan.
c.       Memberikan dukungan fisik dan psikologis.
d.      Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu.
e.       Pendidikan.
f.       Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak bantuan keperawatan.
g.      Kolaborasi, pelimpahan wewenang.
h.       Melibatkan anggota masyarakat.
i.        Lingkungan.
5.      Evaluasi
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
Tahap Pertama, pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu, persepsi dokter tentang status kesehatan individu, persepsi individu tentang kesehatannya sendiri, tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan individu, gaya hidup, dan status kesehatannya, kebutuhan individu terhadap perawatan diri /self care, kapasitas individu untuk melakukan self care.
Tahap kedua, perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu individu / klien.
Tahap ketiga : melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnose keperawatan. Selanjutnya melakukan evaluasi tingkat keberhasilan perawatan.











II.  Model Konseptual Callista Roy

A.    Riwayat Hidup Callista Roy
            Suster Callista Roy adalah suster dari saint Joseph of Carondet.Roy dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister saint in nursing pada tahun 1966 di Universitas Calofornia Los Anggeles. Setrlah mendapat gelar perawat Roy mulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di Universitas California.

B.     Model Adaptasi Sister Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya.Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Perawat menentukan kebutuhan yang menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.Asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1.    Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Manusia sebagai penerima pelayanan Asuhan Keperawatan, mencakup individu, keluarga, kelompok atau masayarakat.
2.    Lingkungan
Menurut Roy, lingkungan merupakan konsep utama dalam interaksi manusia secara konstan. Lingkungan adalah semua kondisi, keadaan dan kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok.
3.    Sehat dan Kesehatan
Kesehatan adalah suatu keadaan dan proses berfungsinya manusia karena terjadinya adaptasi terus – menerus. Digambarkan oleh Roy dari mulai rentang kematian sampai pada puncak kesehatan, dengan sehat normal ada ditengah. Kesehatan rendah sebagai hasil dari maladaptasi terhadap perubahan lingkungan.
4.    Keperawatan
Roy menjelaskan bahwa keperawatan sebagai proses  interpersonal yang diawal adanya kondisi maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Manusia sebagai sistem, berinteraksi dengan lingkungan dan mengatasi lingkungan melalui mekanisme adaptasi bio – psiko – sosial. Adaptasi ditingkatkan bila terjadi peningkatan atau pengurangan pemenuhan kebutuhan.
               Roy  ( 1984 ) sebagai penerima asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “ Holistic adaptif system “ dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
               System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian – bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik, dengan penjelasan sebagai berikut :



a.       Input :
Input sebagai stimulus , merupakan kesatuan informasi, bahan – bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan stimulus yaitu :
Ø Stimulus Fokal yaitu ; stimulus yang langsung berhadapan dengan manusia ( saat ini ).
Ø Stimulus Konstekstual yaitu ; semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara obyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan di mana dapat menimbulkan respon pada stimulus fokal ( presifitasi ).
Ø Stimulus Residual ; berupa ciri – ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, meliputi kepercayaan, sikap, sifat individu berkembang sesuai dengan pengalaman masa lalu yang dapat membantu belajar toleransi terhadap sesuatu. 
b.      Control proses ( Kontrol )
Adalah bentuk  mekanisme koping yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan sub system.
Ø Sub system regulator
Yaitu proses fisiologis tubuh ( biologi ).
Ø Sub system kognator
Yaitu proses pikir individu ( psiko – sosio ) Stimulus untuk subsystem kognator dapat eksternal maupun internal.    
c.       Efektor ( model adaptasi )
Adaptasi dijelaskan oleh Roy melalui sistem  efektor / model adaptasi yang terdiri dari empat faktor, yaitu :
Ø Fisiologis ; terdiri dari ; oksigenasi, eliminasi, nutrisi, aktifitas dan istirahat, sensori, cairan dan elektrolit, fungsi syaraf, fungsi endokrin dan reproduksi.
Ø Konsep Diri ; menunjukkan pada nilai, kepercayaan , emosi, cita – cita serta perhatian yang diberikan untuk menyatakan keadaan fisik.
Ø Fungsi Peran ; menggambarkan hubungan interaksi seseorang dengan orang lain yang tercermin pada peran primer, sekunder, tersier.
Ø Saling ketergantungan ( interdependent ) ; mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan dengan individu dan kelompok.


d.      Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara obyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupan umpan balik untuk sistem.

C.  Aplikasi Konsep
     Menurut Roy ( 1991 ), elemen dari proses keperawatan meliputi ; pengkajian tingkat pertama, pengkajian tingkat kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi.
     Dalam praktik keperawatan penerapan konsep holistik pada proses asuhan keperawatan melalui pendkatan model adaptasi Roy dapat digambarkan sebagai berikut:
1.         Pengkajian Tingkat Pertama
Pada tahap ini pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat berfokus pada sekumpulan tingkah laku sebagai sistem adaptasi yang berhubungan dengan empat model adaptasi; yaitu ; fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen melalui pandekatan sistem dan memandang manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial secara utuh ( holistik ).
2.         Pengkajian Tingkat Kedua
Pada tahap ini perawat menganalisa kegawatan dan gambaran tingkah laku klien, baik pada individu, keluarga maupun masyarakat secara menyeluruh terkait dengan kognator, yaitu proses pikir individu ( psiko – sosio ) dan regulator, yaitu proses fisiologis tubuh ( biologi ).Kemudiandiidentifikasi sebagai respons yang adaptif
atau maladaptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Perawat mengumpulkan data stimulus yang menjadi penyebab (etiologi), baik stimulus fokal, konstektual maupun
residual yang juga terkait dengan empat model adaptasi; yaitu: fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen.
3.         Diagnosis Keperawatan
Keputusan tentang diagnosis keperawatan, oleh Roy terkait dengan kondisi ketidakmampuan beradaptasi(maladaptif). Diagnosis keperawatandirumuskan dengan mengobservasi tingkahlaku klien terhadap pengaruh lingkungan.Dalam menetapkan diagnosis keperawatanRoy (1988, dalam Marriner-Tommey,1994), menyatakan ada tiga alternatif yangdapat digunakan, yaitu:
a.        Menggunakan tipologi diagnosis yangdikembangkan oleh Roy dan terkaitdengan model adaptasi, yaitu: fisiologis,konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
b.       Merumuskan diagnosis dengan mengobservasitingkah laku yang berhubungan denganstimulus, baik fokal, konstektualmaupun residual.
c.         Sebagai kesimpulan satu atau lebihmodel adaptasi yang berhubungandengan stimulus.
Diagnosis yang ditetapkan tersebut dapat berupa diagnosis adatif (potensial), maladaptif (Aktual) maupun risiko maladaptif (risiko). Jenis diagnosis keperawatan yang dikaitkan dengan empat model adaptasi, adalah:
a.    Fisiologi, terdiri dari sembilan kelompok,yaitu: aktivitas istirahat, nutrisi, eliminasi,cairan dan elektrolit, oksigenasi dan sirkulasi, sistem endokrin, perlindungankulit, sensori rasa serta fungsi gerak.
b.    Konsep diri, terdiri dari dua, yaitu:physical self dan personal self.
d.   Fungsi peran; ditekankan pada psikososialdalam menjalankan peran individualdan sosial.
e.     Interdependen; terkait dengankeseimbangan antara ketergantungan
     sesuatu untuk dirinya.

4.    Penentuan Tujuan
Pada asuhan keperawatan adalah terkait  dengan kemampuan klien yang tergambar dari keseluruhan tingkah laku yang menunjukkan resolusi dari masalah adaptasi. Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari kemampuan adaptasi klien dan kemampuan tersebut terkait dengan kemampuan klien secara menyeluruh, seperti: kemampuan hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekuasaan. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah tujuan yang diharapkan dari tingkah laku klien setelah dilakukan manipulasi stimulus. Misalnya tentang kemampuan klien mencegah terjadinya kembali masalah yang sudah pernah dialami.
5.    Intervensi
Pelaksanaan direncanakan dengantujuan mengubah atau memanipulasipenyebab (stimulus), baik fokal, kontektualmaupun residual dan difokuskan padakemampuan individu dalam beradaptasiterhadap simulus. Hal ini dilakukan denganmempertimbangkan keseluruhan aspekyang ada pada klien meliputi bio-psikososial(holistik).
6.    Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah membandingkan tingkah laku klien sebelum dan sesudah implementasi. Hal ini terkait dengan kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek, baik bio, psiko maupun sosial.

D.    Kesimpulan Teori Roy
1.    Memandang klien sebagai sistem yang adaptif.
2.    Tujuan Keperawatan adalah untuk membantu orang beradaptasi terhadap perubahan – perubahan tersebut.
3.    Kebutuhan untuk perawatan timbul pada saat klien tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan.




III.   Model konsep dan teori keperawatan menurut Madeline Leininger
A.    Latar belakang
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat profesional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska Tgl 13 Juli 1925 dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.
B.     Konsep dan definisi dalam teori Leinenger
1.      Budaya (Kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
  1. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
  2. Cultur care diversity (Perbedaan budayadalam asuhan keperawatan)merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
  3. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang  memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminology universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.

5.      Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
  1. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
  2. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
    mendiskreditkan asal muasal manusia.
  3. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
  4. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
  5. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
    mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
  6. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
  7. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.




C.  Paradigma Keperawatan Transkultural
1.      Manusia, Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
2.      Kesehatan, Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
3.      Lingkungan, Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
4.      Keperawatan, Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

D.  Proses Keperawatan “ Transkultural Nursing “
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti yang terlihat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


4.    The Sunrise Model ( Model matahari terbit)
Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
a.    Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum.
b.    Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan.
c.    Garispada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini.Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1.        Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2.        Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3.        Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4.        Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5.        Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6.        Faktor ekonomi ( Economical Factor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.
7.        Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.




5.    Proses asuhan keperawatan secara teoritis
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut:
a.    Pengkajian (asesmen), Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
b.      Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi), Peran perawat pada transkultural nursing teory ini adalah menjembatani antara system perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger seperti dibawah ini:
·      Sistem generik atau tradisional
·      Asuhan keperawatan
·      Sistem profesional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan mempertimbangkan generic carring dan professional carring.
c.     Tindakan keperawatan ( Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip askep, yaitu :
Ø Culture care preservation/ maintenance, Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan
Ø Culture care accommodation/ negotiation, Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
Ø Culture care repatterning/ restructuring, Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
d.   Evaluasi, Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing carry health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.

E.     Contoh Penerapan Pada Kasus
Seorang Wanita bersuku jawa, bernama Ny. M berumur 61 thn, pendidikan terakhir S1 dengan gelar Spd, masuk RS 3 hari yang lalu karena stroke dan sedang dalam masa pemulihan. Sekarang Ny. M menderita kelemahan tubuh bagian kiri. Dia dirawat di RS B dikelas 1 dengan 1  pasien lainnya ( 1 kamar 2 pasien ). Sebelum dia masuk RS karena Stroke Ny. M memelihara rumahnya sendiri dan cukup mendiri. Dia merupakan wanita yang ulet dan mandiri serta percaya dengan kemampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia juga aktif dalam berpolitik. Rumahnya berada dilingkungan tempat tinggal yang masih memegang kepercayaan tradisional yaitu tidak boleh merubah bentuk rumah sehingga daerah itu mempunyai nilai historis.
 Pembahasan :
1.    Pengkajian :
Dikaji berdasar aspek – aspek yang biasanya melekat dalam budaya sesuai dengan tujuh komponen dalam sunrise model.
Cont : Struktur Sosial : Berperan sebagai apa dalam keluarga dan aktifitas sosial yang dilakukan setiap hari.



2.    Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari area Diversity dan University yang belum terpenuhi, termasuk kebutuhan akan kemandirian akan mobilitas, makan, BAB, BAK dan kebutuhan interaksi dengan orang lain dalam klompok lansia.
3.    Perencanaan :
Pemberian perawatan berdasarkan kebudayaan ( culture care preservation ), mengakomodasikan perawatan berdasarkan kebudayaan, restrukturisasi perawatan berdasarkan kebudayaan ( culture care repatterning ) atau kombinasi dari ketiganya.
4.    Implementasi
a.    Pemeliharaan ( preservation ) : membantu Ny. M melakukan hubungan dengan anggota kelompok lansia lain.
b.    Akomodasi : membantunya dalam belajar menggunakan alat bantu jalan.
c.    Repattering : menemaninya makan dengan menggunakan tangan kanan.
5. Evaluasi :
a. Apakah sudah terpenuhi cultural diversity dan universality.
b. Apakah Ny. M bisa memandang dirinya untuk melanjutkan kemandirian?

F.      Kesimpulan
1.    Teori Leininger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang.
2.    Teori Leininger telah diusahakan untuk dapat diaplikasikan ke dalam berbagai budaya oleh  M. Leininger.
3.    Kekuatan utama dari teori ini adalah pentingnya pengenalan budaya dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.





Share this

Related Posts

Previous
Next Post »