MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN
Pengertian
konsep
1.
Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan
yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata
2.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah
pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa
atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta tetapi kurang bukti secara
langsung
3.
Konsep keperawatan adalah ide untuk menyusun suatu
kerangka konseptual atau model keperawatan
4.
Teori keperawatan (Barnum,1990) adalah usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan
Karakteristik teori keperawatan
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu
model yang berhubungan dengan konsep keperawatan, adapun karakteristik teori keperawatan adalah :
v Teori
keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan
dengan hal-hal nyata dalam keperawatan shg teori keperawatan didasarkan pada
kenyataan-kenyataan yang ada di alam
v Teori
keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang yang sesuai dengan
kenyataan yang ada
v Teori
harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep
keperawatan
v Dalam
menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat
digunakan pada kondisi apapun dalam praktik keperawatan
v Teori
dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat
digunakan dalam pedoman praktik keperawatan
Teori keperawatan menuntun perawatdalam :
v Memberikan
tujuan pengkajian
v Memberikan
diagnosa keperawatan
v Memberikan
intervensi keperawatan
v Landasan
dasar berkomunikasi
v Autonomi
v Akuntabilitas
profesional
Pandangan
model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan
yang akan diberikan dalam memenuhi KDM berdasarkan tindakan dan lingkup
pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan, antara lain :
1.
Dorothea Orem
2.
Hildegard Peplau
3.
Sister Calista Roy
4.
Johnson
5.
Virginia Henderson
6.
Martha E.Rogers
7.
Betty Neuman
8.
Faye G. Abdellah
9.
Jean Waston
10. Mira
Estrin Levin
11. Imogene
King
12. Madeleine
Leininger
I. Konsep/Mmodel
Keperawatan Menurut
Dorothea Orem
A.
Model Konseptual Self Care Menurut
Orem
Konsep keperawatan Orem dikenal
dengan nama Model Self Care, mendasari peran perawat dala memenuhi kebutuhan
perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu “ Self care deficit, teori self care, dan
teori nursing system”. Tiga teori tersebut berfokus pada peran manusia
menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan dengan merawat diri
mereka sendiri :
1.
Teori Self Care Defisit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai
keterbatasan – keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang
diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total
atau partial. Defisit perawatan ini menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang
dalam bertindak / beraktifitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan
diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami
penurunan / defisit perawatan diri.
2.
Teori Self Care
Wang and Laffrey ( 2004 ) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi
manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan
dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan theraupetic demand. Defisit
perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas
perawatan dirinya “Self care” . Self
Care adalah : tindakan yang matang dan mematangkan oang lain yang mempunyai
potensi untuk berkembang, atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat
digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan
berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan. Self care digunakan untuk
mengontrol faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktifitas seseorang
untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraanya. Self
care agency adalah kekuatan individu yang berhubungan dengan perkiraan dan
esensial operasi – operasi produksi untuk keperawatan mandiri. Ada 3 aspek
yaitu :
a. Agen ( orang yang mengambil tindakan ).
b. Self care agent ( penyedia perawatan mandiri ).
c. Dependent care agent ( penyelenggara perawatan yang tidak mandiri )
Theraupeutic
Self Care Demand :
Tuntutan perawatan diri harus
seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu
dilakukan upaya – upaya dengan cara menggunakan metode – metode untuk
mengembalikan kemampuan tersebut.
Nursing Agency
:
Merupakan upaya keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan mencapai kemandirian yang
dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan,
melatih kemampuannya.
Conditioning
factor :
Merupakan kondisi atau situasi
di sekitar individu yabg dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan
self care nya.
R: relation ship
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite. Orem
mengidentifikasikan tiga kategori self care requisite :
a.
Universal,
meliputi : udara, air, makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, privasi,
sosialisasi dan interaksi sosial, pencegahan risiko, peningkatan kesehatan,
kesejahteraan dan potensi diri.
b.
Developmental :
lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan proses
pengembangan siklus kehidupan sperti ; pekerkaan baru, perubahan struktur tubuh
dan kehilangan rambut.
c.
Perubahan
Kesehatan ( Health deviation )
Berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan
kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit
atau injury.
3.
Teori Nursing System
Sistem keperawatan digunakan
ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang mengatur
kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri ( Kozier,
erb, & 1997 dalan Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006 ). Sistem
pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan self care individu dan memberikannya
secara teraupetik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan :
a.
Wholly Compensatory Nursing System, diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika :
Ø
Tidak mampu
melakukan aktifitas ; klien tidak sadar.
Ø
Tahu melakukan
gerakan tapi tidak boleh ada gerakan ; contoh ; pada klien fraktur tulang.
Ø
Tidak mampu
memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan, cotoh ; retardasi
mental.
b.
Partly Comensatory Nursing System, diberikan pada klien tingkat ketergantungan sebagian / parsial. Biasanya
perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri
oleh klien. Misalnya : lansia.
c.
Supportive Educative Nursing System, diberikan dengan pemulihan / ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakuakn self care.
B
Proses Keperawatan menurut Orem
Proses Keperawatan menurut Orem terdiri dari : Pengkajian, Diangnosa
Keperawatan, Rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan
evaluasi.
1.
Pengakajian
Diarahkan pada faktor personal, universal self care, developmental self
care, health deviation, self care deficit.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan, berdasarkan self
care demand dan meningkatkan kemampuan self care. Teori Orem lebih berfokus
pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan kemasalah lain
sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.
3.
Rencana Tindakan
Ø
Tujuan : dibuat
sesuai dengan diagnosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan
meningkatkan kemampuan self care.
Ø
Membuat Nursing
System : Wholly compensatory, Partly Compensatory, atau supportive – educative.
Ø
Membuat metode
yang sesuai untuk membantu klien.
4.
Pelaksanaan /
implementasi
Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self
care, dan menurunkan self care deficitnya.
Teori Orem mengidentifikasi beberapa metode bantuannya yaitu :
a.
Merumuskan,
memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang – orang terdekat
dalam bantuan keperawatan.
b.
Membimbing dan
mengarahkan.
c.
Memberikan
dukungan fisik dan psikologis.
d.
Memberikan dan
mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu.
e.
Pendidikan.
f.
Berespon terhadap
permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak bantuan keperawatan.
g.
Kolaborasi,
pelimpahan wewenang.
h.
Melibatkan anggota masyarakat.
i.
Lingkungan.
5.
Evaluasi
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam meningkatkan kemampuan self
care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
Tahap Pertama, pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu, persepsi
dokter tentang status kesehatan individu, persepsi individu tentang
kesehatannya sendiri, tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan
individu, gaya hidup, dan status kesehatannya, kebutuhan individu terhadap
perawatan diri /self care, kapasitas individu untuk melakukan self care.
Tahap kedua, perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat dapat
menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu individu / klien.
Tahap ketiga : melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnose
keperawatan. Selanjutnya melakukan evaluasi tingkat keberhasilan perawatan.
II. Model Konseptual
Callista Roy
A. Riwayat Hidup Callista Roy
Suster
Callista Roy adalah suster dari saint Joseph of Carondet.Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art
Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan
Magister saint in nursing pada tahun 1966 di Universitas Calofornia Los
Anggeles. Setrlah mendapat gelar perawat Roy mulai pendidikannya di sosiologi
dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di Universitas
California.
B. Model Adaptasi Sister Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global
tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu
ilmu dan pengembangannya.Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4
elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Perawat menentukan kebutuhan yang menyebabkan
timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap
hal tersebut.Asuhan keperawatan diberikan dengan
tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama
dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia
(individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Manusia sebagai penerima pelayanan Asuhan
Keperawatan, mencakup individu, keluarga, kelompok atau masayarakat.
2.
Lingkungan
Menurut Roy, lingkungan merupakan konsep utama
dalam interaksi manusia secara konstan. Lingkungan adalah semua kondisi,
keadaan dan kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
individu maupun kelompok.
3.
Sehat dan
Kesehatan
Kesehatan adalah suatu keadaan dan proses berfungsinya manusia karena
terjadinya adaptasi terus – menerus. Digambarkan oleh Roy dari mulai rentang
kematian sampai pada puncak kesehatan, dengan sehat normal ada ditengah.
Kesehatan rendah sebagai hasil dari maladaptasi terhadap perubahan lingkungan.
4. Keperawatan
Roy menjelaskan bahwa keperawatan sebagai
proses interpersonal yang diawal adanya
kondisi maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
Manusia sebagai sistem, berinteraksi dengan lingkungan dan mengatasi lingkungan
melalui mekanisme adaptasi bio – psiko – sosial. Adaptasi ditingkatkan bila
terjadi peningkatan atau pengurangan pemenuhan kebutuhan.
Roy ( 1984 ) sebagai penerima asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “ Holistic
adaptif system “ dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah suatu
kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa
tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian – bagiannya. System
terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik, dengan penjelasan sebagai
berikut :
a. Input :
Input sebagai stimulus , merupakan kesatuan informasi, bahan – bahan atau
energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga
tingkatan stimulus yaitu :
Ø Stimulus Fokal yaitu ; stimulus yang langsung
berhadapan dengan manusia ( saat ini ).
Ø Stimulus Konstekstual yaitu ; semua stimulus lain
yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi
dan dapat diobservasi, diukur dan secara obyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan di mana dapat menimbulkan respon pada stimulus fokal (
presifitasi ).
Ø Stimulus Residual ; berupa ciri – ciri tambahan
yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, meliputi
kepercayaan, sikap, sifat individu berkembang sesuai dengan pengalaman masa
lalu yang dapat membantu belajar toleransi terhadap sesuatu.
b. Control proses ( Kontrol )
Adalah bentuk mekanisme koping
yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan sub system.
Ø Sub system regulator
Yaitu proses fisiologis tubuh ( biologi ).
Ø Sub system
kognator
Yaitu proses pikir individu ( psiko – sosio ) Stimulus untuk
subsystem kognator dapat eksternal maupun internal.
c. Efektor ( model adaptasi )
Adaptasi dijelaskan oleh Roy melalui sistem efektor / model adaptasi yang terdiri dari
empat faktor, yaitu :
Ø Fisiologis ; terdiri dari ; oksigenasi,
eliminasi, nutrisi, aktifitas dan istirahat, sensori, cairan dan elektrolit,
fungsi syaraf, fungsi endokrin dan reproduksi.
Ø Konsep Diri ; menunjukkan pada nilai, kepercayaan
, emosi, cita – cita serta perhatian yang diberikan untuk menyatakan keadaan
fisik.
Ø Fungsi Peran ; menggambarkan hubungan interaksi
seseorang dengan orang lain yang tercermin pada peran primer, sekunder,
tersier.
Ø Saling ketergantungan ( interdependent ) ; mengidentifikasi
nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan dengan
individu dan kelompok.
d.
Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku
yang dapat diamati, diukur atau secara obyektif dapat dilaporkan baik berasal
dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupan umpan balik untuk sistem.
C. Aplikasi Konsep
Menurut
Roy ( 1991 ), elemen dari proses keperawatan meliputi ; pengkajian tingkat
pertama, pengkajian tingkat kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan,
intervensi dan evaluasi.
Dalam
praktik keperawatan penerapan konsep holistik pada proses asuhan keperawatan
melalui pendkatan model adaptasi Roy dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Pengkajian Tingkat Pertama
Pada tahap ini pengumpulan data yang dilakukan
oleh perawat berfokus pada sekumpulan tingkah laku sebagai sistem adaptasi yang
berhubungan dengan empat model adaptasi; yaitu ; fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependen melalui pandekatan sistem dan memandang manusia
sebagai makhluk bio – psiko – sosial secara utuh ( holistik ).
2.
Pengkajian Tingkat Kedua
Pada tahap ini perawat menganalisa kegawatan dan gambaran tingkah laku
klien, baik pada individu, keluarga maupun masyarakat secara menyeluruh terkait
dengan kognator, yaitu proses pikir individu ( psiko – sosio ) dan regulator,
yaitu proses fisiologis tubuh ( biologi ).Kemudiandiidentifikasi sebagai respons yang adaptif
atau maladaptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Perawat mengumpulkan
data stimulus yang menjadi penyebab (etiologi), baik stimulus fokal,
konstektual maupun
residual yang juga terkait dengan empat model adaptasi; yaitu: fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependen.
3.
Diagnosis
Keperawatan
Keputusan tentang diagnosis keperawatan, oleh Roy terkait
dengan kondisi ketidakmampuan beradaptasi(maladaptif). Diagnosis
keperawatandirumuskan dengan mengobservasi tingkahlaku klien terhadap pengaruh
lingkungan.Dalam menetapkan diagnosis keperawatanRoy (1988, dalam
Marriner-Tommey,1994), menyatakan ada tiga alternatif yangdapat digunakan,
yaitu:
a.
Menggunakan
tipologi diagnosis yangdikembangkan oleh Roy dan terkaitdengan model adaptasi,
yaitu: fisiologis,konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
b.
Merumuskan
diagnosis dengan mengobservasitingkah laku yang berhubungan denganstimulus,
baik fokal, konstektualmaupun residual.
c.
Sebagai kesimpulan satu atau lebihmodel adaptasi yang
berhubungandengan stimulus.
Diagnosis yang ditetapkan tersebut dapat berupa diagnosis
adatif (potensial), maladaptif (Aktual) maupun risiko maladaptif (risiko).
Jenis diagnosis keperawatan yang dikaitkan dengan empat model adaptasi, adalah:
a.
Fisiologi,
terdiri dari sembilan kelompok,yaitu: aktivitas istirahat, nutrisi, eliminasi,cairan
dan elektrolit, oksigenasi dan sirkulasi, sistem endokrin, perlindungankulit,
sensori rasa serta fungsi gerak.
b.
Konsep
diri, terdiri dari dua, yaitu:physical self dan personal self.
d.
Fungsi
peran; ditekankan pada psikososialdalam menjalankan peran individualdan sosial.
e.
Interdependen;
terkait dengankeseimbangan antara ketergantungan
sesuatu untuk dirinya.
4.
Penentuan
Tujuan
Pada asuhan keperawatan adalah terkait dengan kemampuan klien yang tergambar dari
keseluruhan tingkah laku yang menunjukkan resolusi dari masalah adaptasi.
Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari kemampuan adaptasi klien dan
kemampuan tersebut terkait dengan kemampuan klien secara menyeluruh, seperti:
kemampuan hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekuasaan. Sedangkan tujuan jangka
pendek adalah tujuan yang diharapkan dari tingkah laku klien setelah dilakukan
manipulasi stimulus. Misalnya tentang kemampuan klien mencegah terjadinya
kembali masalah yang sudah pernah dialami.
5.
Intervensi
Pelaksanaan direncanakan dengantujuan mengubah atau
memanipulasipenyebab (stimulus), baik fokal, kontektualmaupun residual dan
difokuskan padakemampuan individu dalam beradaptasiterhadap simulus. Hal ini
dilakukan denganmempertimbangkan keseluruhan aspekyang ada pada klien meliputi
bio-psikososial(holistik).
6.
Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap
ini, hal yang dilakukan adalah membandingkan tingkah laku klien sebelum dan
sesudah implementasi. Hal ini terkait dengan kemampuan klien dalam beradaptasi
dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi
ini meliputi seluruh aspek, baik bio, psiko maupun sosial.
D.
Kesimpulan
Teori Roy
1.
Memandang
klien sebagai sistem yang adaptif.
2.
Tujuan
Keperawatan adalah untuk membantu orang beradaptasi terhadap perubahan –
perubahan tersebut.
3.
Kebutuhan
untuk perawatan timbul pada saat klien tidak dapat beradaptasi terhadap
perubahan.
III.
Model konsep
dan teori keperawatan menurut Madeline Leininger
A.
Latar belakang
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan
transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori
asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat profesional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya.
Dia lahir di Sutton, Nebraska Tgl 13 Juli 1925 dan memulai karir keperawatannya
setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di
Denver.
B.
Konsep dan
definisi dalam teori Leinenger
1.
Budaya (Kultur) adalah norma atau aturan
tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
- Nilai budaya adalah keinginan individu atau
tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
- Cultur care diversity
(Perbedaan budayadalam asuhan keperawatan)merupakan
bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
- Cultural
care universality (Kesatuan perawatan kultural)
mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun
pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau
simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta
mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu
cara yang memungkinkan untuk
menolong orang lain (Terminology universality) tidak
digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang
signifikan.
5.
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
- Etnis berkaitan dengan manusia dari
ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan
kebiasaan yang lazim.
- Ras adalah perbedaan macam-macam
manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia. - Etnografi adalah ilmu yang mempelajari
budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya
setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan
dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
- Care adalah fenomena yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
- Caring adalah tindakan langsung yang
diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. - Cultural Care berkenaan dengan kemampuan
kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang
dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
- Culturtal imposition
berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
C.
Paradigma
Keperawatan Transkultural
1. Manusia, Manusia adalah individu atau kelompok
yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun ia berada.
2. Kesehatan, Kesehatan mengacu pada keadaan
kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek
serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan
kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
3.
Lingkungan, Lingkungan
mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman
yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial
dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
4.
Keperawatan, Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan
profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena
perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan,
menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh
kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan
atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
D. Proses Keperawatan “ Transkultural Nursing “
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model) seperti yang terlihat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir
dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.
The Sunrise
Model ( Model matahari terbit)
Sunrise
Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
a.
Matahari terbit sebagai lambang/ symbol
perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan
pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah
yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan
atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan
sistem perawatan kesehatan secara umum.
b.
Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi
penyebab atau garis hubungan.
c.
Garispada model ini mengindikasikan sistem terbuka.
Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat
dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa
masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini.Tujuan
yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut
dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan
ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan
dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu
sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat
yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang
sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan
pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7
(tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor
Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah
dalam pelayanan kesehatan.Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan
mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan.
2. Faktor
keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah
suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis
bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor
agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor
sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh
perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai
budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji
berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan,
bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan
pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor
peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor
ekonomi ( Economical Factor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber
ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya
kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain
seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.
7. Faktor
pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman
individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin
tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya.Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi
tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
5. Proses asuhan keperawatan secara teoritis
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan
transkultural adalah sebagai berikut:
a.
Pengkajian (asesmen), Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara
global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan
struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi,
agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya
hidup, politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
b.
Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi), Peran perawat pada
transkultural nursing teory ini adalah menjembatani antara system perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan profesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger seperti
dibawah ini:
·
Sistem generik atau tradisional
·
Asuhan keperawatan
·
Sistem profesional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan mempertimbangkan generic carring
dan professional carring.
c.
Tindakan keperawatan ( Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan
3 prinsip askep, yaitu :
Ø
Culture care preservation/ maintenance, Prinsip
membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan
Ø Culture care accommodation/ negotiation, Prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
Ø Culture care repatterning/ restructuring, Prinsip
merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
d.
Evaluasi, Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan
transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing
carry health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.
E.
Contoh Penerapan Pada Kasus
Seorang
Wanita bersuku jawa, bernama Ny. M berumur 61 thn, pendidikan terakhir S1
dengan gelar Spd, masuk RS 3 hari yang lalu karena stroke dan sedang dalam masa
pemulihan. Sekarang Ny. M menderita kelemahan tubuh bagian kiri. Dia dirawat di
RS B dikelas 1 dengan 1 pasien lainnya (
1 kamar 2 pasien ). Sebelum dia masuk RS karena Stroke Ny. M memelihara
rumahnya sendiri dan cukup mendiri. Dia merupakan wanita yang ulet dan mandiri
serta percaya dengan kemampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia juga aktif
dalam berpolitik. Rumahnya berada dilingkungan tempat tinggal yang masih
memegang kepercayaan tradisional yaitu tidak boleh merubah bentuk rumah
sehingga daerah itu mempunyai nilai historis.
Pembahasan :
1. Pengkajian :
Dikaji berdasar aspek – aspek yang biasanya melekat
dalam budaya sesuai dengan tujuh komponen dalam sunrise model.
Cont : Struktur Sosial : Berperan sebagai apa dalam keluarga dan
aktifitas sosial yang dilakukan setiap hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari area Diversity dan University
yang belum terpenuhi, termasuk kebutuhan akan kemandirian akan mobilitas,
makan, BAB, BAK dan kebutuhan interaksi dengan orang lain dalam klompok lansia.
3. Perencanaan :
Pemberian perawatan berdasarkan kebudayaan (
culture care preservation ), mengakomodasikan perawatan berdasarkan kebudayaan,
restrukturisasi perawatan berdasarkan kebudayaan ( culture care repatterning )
atau kombinasi dari ketiganya.
4. Implementasi
a. Pemeliharaan ( preservation ) : membantu Ny. M
melakukan hubungan dengan anggota kelompok lansia lain.
b. Akomodasi : membantunya dalam belajar menggunakan
alat bantu jalan.
c. Repattering : menemaninya makan dengan
menggunakan tangan kanan.
5.
Evaluasi :
a.
Apakah sudah terpenuhi cultural diversity dan universality.
b. Apakah
Ny. M bisa memandang dirinya untuk melanjutkan kemandirian?
F. Kesimpulan
1. Teori Leininger pada intinya menitik beratkan
pada kebudayaan seseorang.
2. Teori Leininger telah diusahakan untuk dapat
diaplikasikan ke dalam berbagai budaya oleh
M. Leininger.
3. Kekuatan utama dari teori ini adalah pentingnya
pengenalan budaya dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.