MODELDAN KONSEP KEPERAWATAN
I. Menurut Dorothea Orem
A. Model
Konseptual Self Care Menurut Orem
Menurut
Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh
karena itu teorinya ini dikenal sebagai Self
Care (perawatan diri) atau Self Care
Defisit Teori. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan
bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self
Care mereka.
Keperawatan
menurut Orem (1971) adalah pelayanan manusia yang berpusat kepada
kebutuhan manusia untuk mengurus diri bagaimana mengaturnya secara terus
menerus untuk dapat menunjang kesehatan dan kehidupan, sembuh dari penyakit
atau kecelakaan dan menanggulangi akibat-akibatnya.
Tema sentral dari model konseptul Dorothea Orem adalah
konsep perawatan diri, dan ide defisit perawatan diri yang berkaitan erat.Orem
menyatakan idenya pertama kali pada
akhir tahun 1950-an. Bukunya yang berjudul Nursing : Concept of Practice
pertama kali dipublikasikan pada 1971 dengan edisi lanjutan diterbitkan pada
1980.
Sampai saat sekarang ini Orem masih
mengembangkan dan menyempurnakan model konseptualnya. Model Konseptual tersebut
terdiri dari 3 persektif teoritis yaitu sebagai berikut :
1.
Perspektif
teoritis perawatan diri.
Dalam pandangan Orem, perawatan diri merupakan proses pribadi yang sangat
unik dan dipengaruhi oleh faktor –faktor berikut ini :
a. Usia
b. Gender
d.
Lingkungan sosial budaya
e. Sistem
layanan kesehatan
f. Keluarga
g. Gaya hidup
Perawatan diri berorientasi pada tujuan. Orem menyebutkan kebutuhan
perawatan diri diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Kebutuhan perawatan diri universal
b.
Kebutuhan perawatan diri sebagai akibat dari
terganggunya kesehatan
c.
Perkembangan yang berhubungan dengan kebutuhan perawatan diri
Perawatan
diri yang diperlukan secara teraupetik mencakup bahwa :
a.
Setiap orang harus mengetahui mengapa kebutuhan
perawatan diri tertentu berhubungan dengan kesehatan
b.
Penelitian harus dilakukan untuk mengetahui cara apa
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
c.
Aktivitas perawatan diri yang diperlukan dilakukan
secara adekuat.
2.
Perspektif
teoritis defisiensi perawatan diri.
Defisiensi perawatan diri Menurut Orem adalah hubungan
yang kurang antara kemampuan perawatan seseorang dan perawatan diri yang
diperlukan secara teraupetik. jadi jika seseorang tidak cukup mampu untuk
merawat dirinya sendiri berkaitan dengan kesehatannya, maka ia dikatakan
mederita deficit perawatan diri. Defisit perawatan diri dapat terjadi akibat :
a. Tidak
cukupnya kemampuan untuk menentukan kuantitas dan jenis perawatan diri yang
diperlukan secara teraupetik.
b. Tidak
cukupnya kemampuan untuk melakukan jenis dan kuantitas perawatan diri
teraupetik yang sudah ditentukan secara adekuat.
Defisit
perawatan diri ditentukan secara individual. perawatan diri juga merupakan proses yang
bersifat unik danpribadi. dalam bagan, Orem menunjukkan hubungan antara ide
defisiensi perawatan diri, kemampuan perawatan diri, dan perawatan diri yang
diperlukan secara teraupetik.( gambar bagan
)
3. Perspektif teoritis teori Sistem Keperawatan
Orem menjelaskan sistem keperawatan sebagai serangkaian tindakan kontinu
yang dihasilkan ketika perawat menghubungkan satu atau sejumlah cara membantu
pasien dengan tindakannya sendiri atau tindakan seseorang dibawah perawatan
yang diarahkan untuk memenuhi tuntutan perawatan diri teraupetik orang tersebut
atau untuk mengatur perawatan diri mereka.
Merupakan hal yang selalu penting untuk memeriksa apakah pasien dapat
berkontribusi dan kontribusi apa yang harus diberikan perawat. Orem membedakan
tiga sistem keperawatan yaitu :
a. suportif - edukatif
b. kompensasi
parsial
c. kompensasi
total
Dalam konsep praktik keperawatan,
Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care yaitu sebagai berikut :
1.
Self
Care
Teori Self Care meliputi:
a) Self Care:
merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh
individu itusendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan
serta kesejahteraan.
b) Self Care
Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri,yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
c) Theurapetic
Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri
yangmerupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk
perawatan diri sendiri dengan menggunakanmetode dan alat dalam tindakan yang
tepat.
d) Self Care
Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan proses kehidupan manusia sertadalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.
Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Ø Universal
Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan
dasar),
Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan
oleh manusia selama siklus kehidupannya. Kebutuhan dasar menurut Orem adalah :
a) Air (udara):
pemelihraan dalam pengambian udara.
b) Water (air):
pemeliaraan pengambilan air
c) Food
(makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
d) Elimination
(eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
e) Rest and
Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
f) Solitude and
Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam
keseimbangan antarakesendirian dan interaksi sosial.
g) Hazard
Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan
manusia dalamkeadaan sehat .
h) Promotion of
Normality
Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan
pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi
kelangsungan hidupnya.
Ø Developmental
Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu)
Development
Selfa Care Requisite (Kebutuhan Perawatan diri Pengembangan)Kebutuhan yang
berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi,
peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi
premature dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap
perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang
siklus hidup.
Ø Health
Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
Health
Deviation Self Care Requisite (Kebutuhan diri Penyimpangan
Kesehatan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau
keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan cara,
struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, dan
integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan Self car. Tiga jenis
kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:
a. Human Being
(Kehidupan manusia)
Oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air,
dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup,
pembentukan dan pemeliharaan integritas struktural serta pemeliharaan dan
peningkatan integritas fungsional.
b. Perkembangan
manusia
Dari kehidupan didalam rahim hingga pematangan kedewasaan memerlukan
pembentukandan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan
perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
c. Kerusakan
genetik
Perkembangan
dan penyimpangan dari struktur normal dan interitas fungsional serta kesehatan
menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan
pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.
2.
Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam
perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada
saat perawatan dibutuhkan.Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self
care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan
dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
3.
Teori Sistem Keperawatan
Teori Sistem Keperawatan merupakan teori yang
menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi
oleh perawat atau pasien sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem memberikan
identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya:
a) Sistem
Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory Sistem ). Merupakan suatu tindakan
keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan
ketidak mampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan
secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan
ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. Contoh: pemberian bantuan pada
pasien koma.
b) Sistem
Bantuan Sebagian (Partially Compensatory Sistem). Merupakan sistem dalam
pemberian perawatan diri sendiri secara sebagian saja dan ditujukan kepada
pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada pasien
post operasi abdomen di mana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
perawatan luka.
c) Sistem
Supportif dan Edukatif. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien
yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan
perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan
keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Contoh: pemberian sistem ini dapat
dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi pada pengaturan kelahiran.
B.
Model Orem
ini memiliki hubungan dengan paradigma keperawatan yaitu dalam hubungannya
dengan manusia, lingkungan, sehat dan sakit, dan keperawatan.
1. Manusia,Model Orem
membahas dengan jelas individu dan berfokus pada ide diri
dan perawatan diri, namun demikian seseorang dianggap
paling ekslusif dalam konteks ini, sedangkan kompleksitas perawatan manusia
tidak dipertimbangkan. Manusia dianggap sebagai sejumlah kebutuhan perawatan
diri.
2. Lingkungan ,Lingkungan
juga dibahas dengan jelas dalam model ini. namun, hal ini terutama dianggap
sebagai situasi tempat terjadinya perawatan diri atau kurangnya perawatan diri.
3. Sehat dan sakit,Ide ini juga
terdapat dalam model tersebut,namun dibahas dalam kaitannya dengan perawatan
diri. Alasannya adalah bahwa jika individu dalam keadaan sehat mereka dapat
memenuhi sendiri defisit perawatan diri yang mereka alami. jika mereka sakit
atau cedera, orang tersebut bergeser dari status agens perawatan diri menjadi
status pasien atau penerima asuhan.
4. Keperawatan, Harus
diketahui bahwa keperawatan ditampilkan dalam bentuk pendekatan mekanistik
berdasarkan pendekatan suportif -
edukatif, kompensasi parsial, kompensasi total. Pendekatan tersebut merupakan
pendekatan langsung yang dapat ditatalaksanakan.
C. Tujuan
keperawatan pada model Orem secara umum adalah :
1. Menurunkan tuntutan self care pada
tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care
deficit.
2. Memungkinkan klien meningkatkan
kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
3. Memungkinkan orang yang berarti
(bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan dependen jika self care tidak
memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
4. Jika ketiganya diatas tidak tercapai
perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
D.
Tujuan keperawatan pada model Orem’s
yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga/ komunitas adalah :
1.
Menolong
klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik
2.
Menolong
klien bergerak kearah tindakan- tindakan asuahan mandiri
3.
Membantu
anggota keluarga untuk merawat anggota keluarKO
4.
ganya
yang mengalami gangguan secara kompeten.
5.
Dengan
demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem’s yang diterapkan pada
praktek keperawatan kelurga/ komunitas adalah:
a) aspek interpersonal : hubungan
didalam keluarga
b) aspek sosial : hubungan keluarga
dengan masyarakat disekitarnya.
c) aspek prosedural ; melatih
ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
d) aspek teknis : mengajarkan kepada
keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan
tindakan kompres secara benar
II. Model
Konseptual Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya.Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen
esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi
klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.Kemudian
asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi.
Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
a. Manusia
(individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau sosial.Masing-masing
dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka.System
terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan.Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.Dengan
perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana
setiap individu secara kontinyu
beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih
spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam
model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan.Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar
yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini
adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa
dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator.
b. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon
adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan
eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi
koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi
seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk.Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.
c. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan
dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara
keseluruhan, fisik,mental dan social. Integritas adaptasi individu
dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan
pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan
sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam
beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
d. Konsep
lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan
dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai
suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam
tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan
proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari
lingkungan sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan
proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
1.
Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan
masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian
perilaku,yaitupengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara
sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan
dukungan perawat.Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua.Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic;
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri,
fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya,
strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
2.
Perumusan diagnosa keperawatan
Roy
mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Ø Menggunakan
tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode
adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith
adalah “hypoxia”.
Ø Menggunakan
diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan
berpengaruh terhadap stimulusnya. Dengan
menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan
oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan
yang panas”.
Ø Menyimpulkan
perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang
sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada,
dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang
sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik
(myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
3.
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus
secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehingga total
stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif.Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi).Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual.
4.
Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang
dan kemampuan adaptasi meningkat.
5.
Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu.
A. Teori
Calista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia
adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Manusia
menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3. Setiap orang
memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada
dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
4. Kemampuan
adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan
sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
B. TEORI
PENEGASAN
Dalam
teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
1. Fungsi atau
proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
2. Efektor,
mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu:
Ø fisiologi
Ø konsep diri
Ø fungsi peran
Ø Interpendensi.
Regulator digambarkan sebagai aksi
dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan
dari empat efektor yang telah disebutkan.
d. Model Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a. Oksigenasi :
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas
dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b. Nutrisi :
Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).
c. Eliminasi :
Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
d. Aktivitas
dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/
perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense /
perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan
elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi
syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984
dalam Roy, 1991).
i.
Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran
horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon
stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine
dalam Roy,1991)
b. Mode Konsep
Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1. The physical
self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada
saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
2. The personal
self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode fungsi
peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya .
d.
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy.Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya.Ketergantungan ditunjukkan dengan
kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon
inefektif.Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan
integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu
integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut
masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan
kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional,
yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan
III.
Model konsep
dan teori keperawatan menurut Madeline Leininger
1.
Latar belakang
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan
transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori
asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat profesional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya.
Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat
dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.
2. Paradigma Keperawatan
a. Manusia, Manusia adalah individu atau kelompok
yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun ia berada.
b. Kesehatan, Kesehatan mengacu pada keadaan
kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek
serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan
kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
c.
Lingkungan, Lingkungan
mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman
yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial
dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
d.
Keperawatan, Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan
profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena
perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan,
menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh
kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan
atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
3.
Konsep Utama
Teori Madeline Leininger
Pada
akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian
traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di berbagai buku dan
artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia
(Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun 1998. Setelah
menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik, Leninger melanjutkan
studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli antropologi ia melakukan
banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah
rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan
perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh
dunia. Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian
asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan
persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal
ini mengarah pada di kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas dalam
asuhan kultural. Beberapa inti dari model teorinya adalah :
a.
Asuhan, Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau
kelompok yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya, Budaya dapat diekspresikan sebagai
norma-norma dan nilai nilai kelompok tertentu, berdasarkan cara hidup dan
pemberian asuhan yang di putuskan, dikembangkan , dan dipertahankan, oleh
anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural, Dalam pemberian asuhan transkultural,
perawat secara sadar mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya
tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk
membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara
hidup atau kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural, Keanekaragaman asuhan
kultural mengakui adanya variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal
memberikan bantuan dan dukungan. Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan
nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam
hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai,
norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini
berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan norma-norma
budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural, Bertentangan
dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan
atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-tindakan
seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan primer.
4.
Aplikasi model konsep dan teori
keperawatan menurut Madeliner Leinenger
a.
Konsep awal
1) Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu
antropologi, tapi konsep teori ini relevan untuk keperawatan.
2) Leininger mendefinisikan “Transkultural
Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus
pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan
pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of
knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan.
3) Tujuan dari transkultural dalam keperawatan
adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
4) Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan
didalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya,
termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan,
ekspresi bahasa dan etnik serta sistem professional
b.
Proses asuhan
keperawatan secara teoritis
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan
transkultural adalah sebagai berikut:
1.
Pengkajian (asesment), Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara
global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan
struktur sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi,
agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya
hidup, politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
2.
Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi), Peran perawat pada transkultural
nursing teory ini adalah menjembatani antara system perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan system perawatan professional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger seperti
dibawah ini:
·
Sistem generik atau tradisional
·
Asuhan keperawatan
·
Sistem profesional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan mempertimbangkan generic carring
dan professional carring.
3. Tindakan keperawatan ( Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan
3 prinsip askep, yaitu :
a.
Culture care preservation/ maintenance, Prinsip
membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan
b. Culture care accommodation/ negotiation, Prinsip
membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang merefleksikan
cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
dan gaya hidup klien.
c. Culture care repatterning/ restructuring, Prinsip
merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.
4. Evaluasi, Hasil akhir yang diperoleh melalui
pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya
culture congruent nursing carry health and well being yaitu asuhan keperawatan
yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive,
kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi klien
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, (2004), Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.
Kusnanto, (2004), Pengantar Profesi
& Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta, E G C
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental keperawatan, Konsep, Proses dan Praktek. Ed 4. Jakarta. EGC