Konsep Hipertensi (Concept Hipertenssion) 2016



A.    KONSEP PENYAKIT TENTANG HIPERTENSI
1.      PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.(WAJAN JUNI 2010)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaantekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa factor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.(Tagor 2003)

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastolic atau tekanan keduanya.Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan drah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140mmhg dan tekanan diastolikdiatas 90mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160mmhg dan tekanan diastolic 90mmhg.(Brunner&Suddarth,2005)
Hipertensi adalah peingkatan tekana darah setelah beberapa kali pengukuran dimana tekanan sistolik diatas 140mmhg dan diastolik diatas 90mmhg.

2.      KLASIFIKASI HIPERTENSI
1.      Berdasarkan pentebabnya hipertensi  terbagi menjadi dua golongan:
a.       Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).
Beberapa factor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
1)      Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,beresiko tinggi untuk terkena.
2)      Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamenopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3)      Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4)      Berat badan: obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5)      Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
b.      Hipertensi sekunder.
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress.
2.      Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi:
a.       Berdasarkan JNC VII :
Derajat
Tekanan Sistolik (mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
dan < 80
Pre-Hipertensi
120 – 139
atau 80 – 90
Hipertensi derajat I
140 – 159
atau 90 – 99
Hipertensi derajat II
≥ 160
atau ≥ 100

b.      Menurut European Society of Cardiology :
Kategori
Tekanan Sistolik (mmHg)
Tekanan Diastolik
Optimal
< 120
< 80
Normal
120 – 129
80 – 84
Normal tinggi
130 – 139
85 – 89
Hipertensi derajat I
140 – 159
90 – 99
Hipertensi derajat II
160 – 179
100 – 109
Hipertensi derajat III
≥ 180
≥ 110
Hipertensi Sistolik terisolasi
≥ 190
< 90

3.      MANIFESTASI KLINIS
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1.      Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
2.      Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3.      Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4.      Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5.      Edema dependen dan pembngkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

4.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2.      Kimia darah.
a.       BUN, kretinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal renal.
b.      Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c.       Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
d.      Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer.
e.       Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
f.       Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.
3.      Elektrolit
a.       Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
b.      Serum kalsium bila meningkatkan berkontribusi terhadap hipertensi.
4.      Urine
a.       Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi renal atau dibetes.
b.      Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
c.       Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s; kadar renin juga meningkat.
5.      Radiologi
a.       Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH).
b.      Rontgen toraks: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaraan jantung.
6.      EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.

5.      PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan Nonfarmakologi:
a.       Mempertahankan berat badan ideal
b.      Kurangi asupan natrium (sodium)
c.       Batasi konsumsi alkohol
d.      Intake  K dan Ca yang cukup dari diet
e.       Menghindari merokok
f.       Penurunan stress
g.      Terapi masase (pijat)
2.      Pengobatan Farmakologi:
a.       Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b.      Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
3.      Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

a.       Menurunkan daya pompa jantung.
b.      Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronchial.
c.       Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi gejala hipoglikemia.
4.      Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
5.      ACE inhibitor (Captopril)
a.       Menghambat pembentukan zat Angiotesin II.
b.      Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6.      Penghambat Reseptor Angiotesin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotesin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.
7.      Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

6.      KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
1.      Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkatan, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru-paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2.      Otak
Komplikasi hipetensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3.      Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu menbuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
4.      Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.(Yahya, 2005)

7.      PATOFLOW DIAGRAM
   Penyebab yang tidak jelas
                                                                                secara medis
Tumor otak                                                                         
 
     T.I.K                                                      Vasomotor medulla otak                                              
                                                                                                Impuls jaras simpatis
        Aliran darah otak iskemia
                                                                                Medulla spinalis
                                                                                                        Asetil Kholin
                                                                                                                                                       obat-obatan      stress psikologi
Perubahan Endokrin                      Ganglia simpatis toraks dan abdomen       
     dan Metabolik
        Vasokonstriksi                                                stress psikologi
 



                                                                                                   GFR    






























B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
1.      PENGKAJIAN
1.      Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung jawab, catatan kedatangan.
2.      Riwayat kesehatan
·         Keluhan utama : biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bias tidur,
·         Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunang, tidak bias tidur.
·         Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang menaruh yang sudah lama dialamioleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti Captopril.
·         Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan.
3.      Data dasar pengkajian
a.       Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b.      Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda: kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
c.       Integritas Ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stres multipel
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
d.      Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e.       Makanan / Cairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak, dan kolesterol
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema
f.       Neurosensori
Gejala: keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic
g.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
h.      Pernapasan
Gejala: dispena yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispena nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
i.        Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda: episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
j.        Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: faktor risiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, faktor risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
b.      Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
c.       Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
d.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri.

3.      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Hasil yang diharapkan :
·         Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
·         Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
·         Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intevensi keperawatan :
1.      Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3.      Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
5.      Catat edema umum
6.      Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas
7.      Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi
8.      Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9.      Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
10.  Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11.  Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12.  Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13.  Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2.      Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
Hasil yang diharapkan :
·         Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
Intervensi keperawatan :
1.      Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2.      Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3.      Batasi aktivitas
4.      Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin
5.      Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
6.      Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
3.      Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu
Hasil yang diharapkan :
·         Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal
·         Haluaran urine 30 ml/menit
·         Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2.      Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
3.      Pertahankan cairan dn obat-obatan sesuai pesanan
4.      Amati adanya hipotensi mendadak
5.      Ukur masukan dan pengeluaran
6.      Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7.      Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
4.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Hasil yang diharapkan :
·         Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
·         Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
Intervensi :
1.      Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2.      Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3.      Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
4.      Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5.      Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah
6.      Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7.      Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8.      Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
9.      Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol
10.  Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »