konsep teori keperawatan Florence Nightingale, jean orlando dan betty neuman

Konsep Teori Keperawatan


1.      Florence Nightingale
Merupakan pelopor ilmu keperawatan yang lahir pada tanggal 12 mei 1820. Nightingale membuat sebuah konsep teori yang dikenal dengan sebagai teori keperawatan modern. Titik berat teori ini adalah lingkungan, pasien dipandang dalam konteks lingkungan, yaitu terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain. Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
Tujuan konsep keperawatan ini adalah memfasilitasi proses penyembuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien.
Deskripsi Konsep Keperawatan Florence Nightingle.
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
a.       Lingkungan fisik (physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yangberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi sembilan komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi:
a)      Udara bersih,
b)      Ventilasi 
c)      Air bersih,
d)     Tempat tidur yang bersih
e)      Kebersihan
f)       Penerangan/pencahayaan
g)      Minuman
h)      Nutrisi
i)        Kehangatan
j)        Drainage
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
b.      Lingkungan psikologi (psychologi environment)
Folence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

c.       Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Walaupun memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja ide yang dikemukakan Nightingale tentang seseorang yang sedang sakit mempunyai semangat hidup yang lebih besar daripada mereka yang sehat, sebenarnya terkait dengan dimensi psikologik dari manusia.
Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan keperawatan sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan menyembuhkan pasien. Oleh karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a)      Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b)      Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan
c)      Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya:
(1)   Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
(2)   Ventilasi
(3)   Pembuangan sampah
(4)   Pencemaran lingkungan
(5)   Komunikasi sosial, dll

d)     Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain:
(1)   Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
(2)   Penyesuaian terhadap lingkungan.
(3)   Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e)      Implementasi
Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu.
f)       Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
Gambaran model konseptual keperawatan Florence Nightingale:
a.       Definisi keperawatan adalah profesi untuk wanita dengan tujuan menemukan dan menggunakan hukum alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Nightingale menegaskan bahwa keperawatan adl. Ilmu dan kiat yang memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang sakit.
b.      Tujuan tindakan keperawatan adalah memelihara, mencegah infeksi, dan cedera, memulihkan dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan
c.       Alasan tindakan keperawatan yakni menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
d.      Konsep individu adalah merupakan kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang lengkap dan berpotensi.
e.       Konsep sehat adalah keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya secara penuh.
f.       Konsep lingkungan adalah bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.

'
Physical environment













Psychogical environment                                                            Social environment

Teori Nightingle merupakan langkah awal dalam formalisasi dan pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Disadari atau tidak disadari Nightingle telah memberikan pedoman umum bagi perawat dalam merawat klien.


2.      Jean Orlando

a.         Konsep teori        
     Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
               Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan
1)      Tanggung jawab perawat
                        Tanggung  jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui  kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran  profesionalnya, aktivitas perawat  profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai  tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada  aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.  
2)      Mengenal perilaku pasien
                        Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3)      Reaksi segera
            Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
4)      Disiplin proses keperawatan
            Menurut George  (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai  interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tidakan yang tepat.
5)      Kemajuan / peningkatan
             Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
b.      Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan
        Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan  untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses keperawatan didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien  adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan.
1)      Perilaku Pasien                        
               Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan  perilaku pasien. seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ”dengan diketahuinya perilaku pasien, atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan”.
                  Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor  kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang  untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci
2)      Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu  pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian
               Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengana ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
               Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi “beberapa observasi dilakukan  dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.
              Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu:
a)      Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan  perilaku nonverbalnya epada pasien
b)      Perawat harus dapat mengkomunikasikannya  dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya
c)      Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
3)      Tindakan Perawat
               Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
               Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana  yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:
a)      Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b)      Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk  memenuhi kebituhan pasien.
c)      Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara  lengkap
d)     Perawat  membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi  reaksi perawat
4)      Fungsi profesional
            Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat  perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
            Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien  dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tidakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan anatar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi, perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
Assessment                                                                                 Nurse Reaction

Diagnosis                                                                                      Need for Help
 


Planning                                    Reassessment
 


Implementation                                                                              Nurse Action

       Evaluation


3.      Teori Neuman

a.         Dasar Perkembangan Teori Neuman
Model keperawatan menurut Betty Neuman ini disebut “The Newman Health Care System Model”. Newman menggambarkan peran dan fungsi perawat yang bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi) dalam satu sistem yang terbuka yang merupakan rangkaian dari input, proses dan output.
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka sistem kliennya meliputi individu, keluarga, kelompok,  komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan, yang terdiri dari struktud dasar dikelilingi lingkungan yang diikat garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten.
Tujuan dari Neuman adalah untuk membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal melalui intervensi-intervensi tertentu
Kurang pengetahuan, perubahan lingkungan dapat merubah stabilitas individu (fisiologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual). Individu dalam memberikan respon harus mempunyai koping yang stabil terhadap stressor, karena lingkungan internal dan eksternal dapat menyebabkan stress. Untuk itu individu akan bereaksi terhadap stressor dari lingkungan dengan mekanisme pertahanan diri. Upaya tersebut juga dapat dinamakan pencegahan primer,sekunder dan tersier
Asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pola pengembangan ilmu keperawatan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas sistem. Hal ini dapat dilukiskan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti. Cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk elawan stressor seperti sistem pertahanan tubuh dan defens mekanism. Cincin terluar merupakan garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien. Defens mekanism tersebut adalah mekanisme pertahanan koping.
b.         Konsep Utama dan Definisi Teori Neuman
Betty Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang termasuk dalam konsep mayor menurut Neuman antara lain:
1)        Stressor/tekanan
Rangsangan yang timbul yang diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman tentang tekanan yaitu :
                                              a)          Intrapersonal : secara individu atau perorangan, misalnya emosi dan perasaan;
                                              b)          Interpersonal : antara individu satu dengan individu yang lain lebih dari satu, misalnya harapan peran;
                                              c)          Ekstrapersonal : diluar individu, misalnya pekerjaan atau tekanan keuangan.
2)        Struktur pokok sumber energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktifitas
3)        Garis pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal.
a)      Garis Fleksibel Pertahanan
Garis pertahanan fleksibel adalah hambatan luar atau bantal ke garis pertahanan normal, garis perlawanan, dan struktur inti. Jika garis pertahanan fleksibel gagal untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap garis pertahanan normal, garis perlawanan menjadi aktif. Para garis pertahanan  fleksibel bertindak sebagai bantal dan digambarkan sebagai akordeon seperti sejalan dengan berkembangnya menjauh dari atau kontrak lebih dekat dengan garis pertahanan normal. Pada garis pertahanan fleksibel bersifat dinamis dan dapat berubah / diubah dalam waktu yang relatif singkat waktu.
b)      Normal Pertahanan
Garis normal mewakili garis pertahanan stabilitas sistem dari waktu ke waktu. Hal ini dianggap sebagai tingkat biasa stabilitas sistem. Garis normal pertahanan dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai respons untuk mengatasi atau menanggapi lingkungan. Contohnya adalah kulit, yang stabil dan cukup konstan, tetapi dapat menebal menjadi kalus dari waktu ke waktu.
c)      Lines Of Resistance-Garis Pertahanan
Garis-garis perlawanan melindungi struktur dasar dan menjadi aktif ketika tekanan lingkungan yang menyerang garis pertahanan normal. Contoh: aktivasi respon kekebalan setelah invasi mikroorganisme. Jika garis resistensi yang efektif, sistem ini dapat menyusun kembali dan jika garis resistensi yang tidak efektif, kehilangan energi yang dihasilkan dapat mengakibatkan kematian..
4)        Tingkat-tingkat pencegahan
a)      Pencegahan primer (sebelum terjadi tindakan)
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
b)      Pencegahan sekunder (ketika terjadi tindakan)
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
c)      Pencegahan tersier (adaptasi pada tindakan)
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
5)        5 variabel sistem klien
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual
6)        Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.
7)        Tingkat reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan. Reaksi mengantungkan faktor individu yang tak tetap yaitu :
a)      Struktuk dasar / struktur ke istimewaan
b)      Resistensi kebiasaan dan pengatahuan
c)      Waktu bertemu dengan stresor

8)        Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.
9)   Rekonstitution
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor. Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai sistem klien.





Aplikasi model Newman dalam asuhan keperawatan
Model ini banyak digunakan untuk melakukan pengkajian di komunitas dan keluarga.
Misalnya:
Stresor primer mencakup perkawinan dan kedatangan anak dalam keluarga

Stresor sekunder mencakup tidak bekerja/PHK, bencana alam dan kematian anggota keluarga

Stresor tersier mencakup penyalahgunaan obat penyakit mental atau fisik yang kronik, kehin=langan fungsi tubuh dan perceraian.















DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC. 2008
Dermawan Deden. Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta. Gosyen. 2013
George, Julia B. Nursing Theories. The Base For Profesional Nursing Practice. Third Edition. California. California. Prentice-Hall International Inc. 1989
Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. 2004
Perry & Potter. Nuku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika2005












      

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »