analisis Evidence Based Nursing Practice in Indonesia
Ø
Judul : membandingkan jurnal
“PERBEDAAN KEKUATAN OTOT SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN LATIHAN (MIRROR
THERAPY) PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN HEMIPARESIS DI RSUP Dr.HASAN SADIKIN BANDUNG
DAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN MOBILISASI DINI
TERHADAP TONUS OTOT, KEKUATAN OTOT DAN KEMAMPUAN MOTORIK FUNGSIONAL PASIEN HE
MIPARISE PASCA STROKE
Ø
Kata Kunci: kecemasan, teknik relaksasi napas
dalam dan pre operasi.
Ø
Pengertian
ü
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu
tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan dan bertujuan
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasinya (Hasri, 2012)
ü
Bedah mayor melibatkan rekonstruksi atau
perubahan yang luas pada bagian tubuh sehingga menimbulkan resiko yang tinggi
bagi kesehatan. Salah satu jenis tindakan operasi bedah mayor adalh bedah
abdomen.( Perry dan Potter,2005).
ü
Teknik relaksasi yang lebih dipilih untuk
menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi yaitu teknik relaksasi nafas
dalam. Teknik relaksasi napas dalam bermanfaat memberikan efek yang menenangkan
pada seluruh tubuh(Natinal Safety Council, 2004).
ü
Kecemasan pre operasi merupakan suatu respon
antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman
dalam peran hidup, integritas tubuh, bahkan kehidupan itu sendiri (Smeltzer dan
Bare, 2013).
ü
Kecemasan pasien pre operasi bedah mayor
abdomen (laparatomi) akan semakin meningkat mendekati waktu operasi yang dapat
berakibat pasien mengalami kecemasan berat. Kecemasan yang berat sangat
mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukan untuk mengurangi ketegangan(Stuart, 2006).
Ø Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
dari penerapan teknik relaksasi napas dalam sebelum melakukan operasi bedah
mayor abdomen.
Ø Metode Penelitian :
Penelitian ini
menggunakan Quasi Eksperimen, dengan
metode yang digunakan pretest-posttest control group design. Sampel dalam
penelitian ini sebanyal 16 responden untuk kelompok perlakuan dan 16 responden
untuk kelompok control. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
pretest-posttest kemudian perbandingan hasil pretest dan posttest pada kelompok
perlakuan. Pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Penelitian
ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang,
pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 Maret – 12 april 2014.
Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur
lembar observasi pengukuran skala kecemasan Numeric Rating Scale of anxiety
(NRS-A). analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat
untuk mengetahui distribusi frekuensi (presentase) yaitu data usia, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Data yang berjenis numeric dilakukan
analisis dengan pemusatan data (mean) dan nilai penyebaran data (standar
deviasi) yaitu skala kecemasan. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan
uji normalitas data yaitu Shapiro-wilk dengan syarat sampel ≤ 50 responden.
Ø Pembahasan
Berdasarkan
usia, kecemasan yang paling tinggi pada rentang usia 26-35 tahun yaitu 17
responden dari 32 responden. Pada masa dewasa awal merupakan masa yang penuh
ketegangan emosional. Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam
kekhawatiran. Kekhawatiran yang timbul pada umumnya bergantung pada tercapainya
penyesuaian terhadap persoalan yang dihadapi pada saat tertentu. Ketidakmampuan
dalam mengatasi masalah akan menyebabkan gangguan emosional (Pieter dan Lubis,
2010).
Berdasarkan
jenis kelamin, laki = 8 responden dan perempuan = 24, laki-laki dan perempuan
mempunyai perbedaan tingkat kecemasan, dimana perempuan lebih mudah
tersinggung, sangat peka, dan menonjolkan perasaannya. Adapun laki-laki
memiliki karakteristik maskulin yang cenderung dominan, aktif , lebih rasional,
dan tidak menonjolkan perasaan (Videbeck, 2008).
Berdasarkan
jenjang pendidikan, responden terbanyak yaitu berpendidikan tinggi sebanyak 15
responden. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
reponden tersebut terhadap tingkat kecemasan (kusmarjathi, 2009).
Berdasarkan
pekerjaan, respoden terbanyak yaitu yang tidak bekerja sebanyak 20 responden. Seseorang tidak bekerja kurang
mendapat informasi terkait prosedur operasi, karena kurang memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pertukaran informasi dari lingkunagan kerja maupun luar.
Selain itu seseorang yang tidak bekerja, tidak mendapatkan penghasilan yang
akan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan pengobatan sehingga
menambah tingkat kecemasan (kusmarjathi,2009).
Ø Teori-teori
yang mendukung :
ü
Waktu penerapan teknik relaksasi nafas dalam
sebelum pasien masuk ke ruang operasi perlu dilakukan guna menghindari
meningaktnya kecemasan mendekati tindakan pembedahan.teknik nafas dalam dapat
bermanfaat memberikan perasaan yang tenag, nyaman dan dapat menurunkan
ketegangan pada selurh tubuh ( Smeltzer dan Bare, 2013).
ü
Melakukan
relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Hal ini dikarenakan
nafas dalam merupakan suatu usaha untuk inspirasi dan ekspirasi sehingga
berpengaruh terhadap peregangan kardiopulmonal (Izzo, Sica dan Black, 2008).
ü
Peregangan kardiopulmonal dapat meningkatkan
baroreseptor yang akan merangsang saraf parasimpatis sehingga dapat menurunkan
ketegangan, kecemasan, serta mengendalikan fungsi denyut jantung sehingga
membuat tubuh rileks (Muttaqin, 2009).
Ø Kesimpulan
Hasil
penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan antara kelompok perlakuan dan
kelompok control dengan didapatkan p-value 0,000. Waktu penerapan teknik
relaksasi nafas dalam 1 jam sebelum pasien masuk ruang operasi lebih efektif
dibandingkan 4 jam sebelum pasien masuk ruang operasi terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor abdomen.
Ø Implikasi
Keperawatan
Hasil
penelitian ini merekomendasikan bahwa
memberikan edukasi kepada klien tentang begitu pentingnya kesehatan klien.
·
Bagi pelayanan
kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi rumah sakit dalam
penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk menurunkan kecemasan pada
pasien pre operasi, melalui teknik rellaksasi nafas dalam dengan menerapkan
waktu 4 jam sebelum pasien masuk ruang operasi kemudian di ulang kembali 1 jam
sebelum pasien masuk ke ruang operasi agar kecemasan pasien dapat benar-benar
berkurang dan hilang.
·
Bagi
keperawatan, hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan ilmiah
dan teoritis, sehingga memacu institusi keperawatan untuk lebih
mempertimbangkan waktu penerapan intervensi yang efektif terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi.
·
Bagi penelitian,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan waktu penerapan teknik relaksasi
nafas dalam pada pasien pre operasi yang efektif.