Hallo Sobat kali ini saya akan membagikan Atikel tentang penggunaan EKG dalam dunia Kesehatan semoga bermanfaat ya.
Kunjungi Juga Artikel Terbaru Kami : Asuhan Keperawatan Pada Klien ISPA lengkap dan Singkat
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung. Rekaman EKG sangat berguna untuk mengetahui adanya:
1. Hipertrofi atria dan ventrikel
2. Infark miokard
3. Aritma
4. Perikarditis
5. Efek obat-obatan khususnya digitalis
6. Gangguan elektrolit, misalnya kalium
7. Beberapa penyakit sistemik misalnya
hipertiriod
Elektrokardigram (EKG) berfungsi untuk menentukan kelainan seperti
gangguan iraama jantung (disritma), pembesaran atrium dan ventrikel, iskemik
atau infark pada otot jantung, infeksi lapisan jantung (perikarditis), efek
obat-obatan, gangguan elektrolit atau penilaian fungsi pacu jantung.
Hukum dasar Goldberger
EKG
merupakan aktifitas bioelektrik jantung dengan sepasang electrode, yaitu satu
electrode positif (anode) dan satu electrode negative (katode).
Ada tiga
hokum dasar EKG dari Goldberger yang perlu diketahui:
1. Arus depolarisasi jantung yang
menuju ke electrode positif atau meninggalkan electrode negative akan
menimbulkan defleksi positif
2. Arus depolarisasi jantung yang
menuju ke electrode negative atau meninggalkan electrode positif akan
menimbulkan defleksi negative
3. Arus depolirisasi jantung yang
berjalan tegak lurus terhadap sumbu antara dua electrode menimbulkan defleksi
yang bifasik.
Proses
terjadinya perubahan muatan akibat rangsanagn disebut depolarisasi, setelah sel
depolarisasi akan terjadi pengembalian mutatan keadaan semula yang disebut
repolarisasi. Seluruh proses dinamakan aksi potensial
Aksi
potensial terdiri atas 5 fase, antara lain :
1. Fase 0 :
Merupakan fase depolarisasi, adalah penanjakan pertama dari potensial
istirahat (resting potensial) sebagai akibat masuknya natrium secara tiba-tiba
kedalam sel.
2. Fase 1 :
Adalah fase repolarisasi singkat yang terjadi sesaat setelah fase 0.
Fase ini disebabkan karena tertutupnya kanal natrium secara tiba-tiba keluarnya
kalium dari dalam sel.
3. Fase 2 :
Adalah fase plateau dalam aksi potensial, fase ini terjadi secara
perlahan-lahan sebagai akibat masuknya calcium kedalam sel dan fase ini sangant
penting untuk mengatur kontraksi jantung.
4. Fase 3:
Adalah repolarisasi lebih lanjut setelah fase 2. Fase ini terjadi karena
tertutupnya kanal calcium dan keluranya kalium dari dalam sel, sehingga
menguranggiu muatan positif di dalam sel.
5. Fase 4
Adalah fase diantara kedua potensial aksi. Pada fase ini terjadi
redistribusi ion-ion ke keadaan sel istriharat, dimana bagian dalam sel bermuat
negative dan bagian luar bermuatan positf.
Terdapat
tiga ion yang berfungsi penting dalam elektrofisiologi sel otot jantung, yaitu
:
a. Kalium
b. Natrium
c. Calcium
Kertas EKG
merupakan kertas grafik terdiri dari garis horizontal dan garis vertical dengan
jarak 1 mm. garis horizontal menggambarkan waktu dimana 1 mm = 0,04 detik dan 5
mm = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase/amplitude, dimana 1 mm =
0,1 milivolt dan 10 mm = 1 milivolt. Perekaman EKG dibuat dengan kecepatan 25
mm/detik. Kalibrasi biasa dilakukan 1 milivolt yang menghasilkan defleksi
setinggi 10 mm. keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar menjadi 2 milivolt
atau diperkecil menjadi 0,5 milivolt. Hal ini harus dicatat pada kertas rekaman
sehingga tidak menimbulkan kesalahan saat orang lain membacanya.
Komponen
gelombang p[ada EKG merupakan gambaran dari :
1. Gelombang p berhubungan dengan
sistol atrium (depolarisasi atrium), merupakan gelombang pertama siklus
jantung. Setengah gelombang p pertama terjadi karena stimulasi atrium kanan
serta bentuk downslope berikutnay terjadi karena stimulasi atrium kiri.
Karakteristik gelombang p yang normal :
a. Lembut dan tidak tajam
b. Tinggi 0,25 milivolt
c. Lebar 0,11 detik
d. Durasi normal 0,08 -0,10 detik
2. Interval PR merupakan gambaran dari
waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya arus listrik
melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel. Interval PR diukur
dari awal gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Normal interval PR adalah
0,12 sampai 0,20 detik
3. Gelombang QRS merupakan sistol
ventrikel (depolarisasi ventirkel), lebar normal 0,06- 0,10 detik dan terdiri
dari :
a. Gelombang Q, yaitu bagian defeksi
negative sebelum suatu defleksi positif.
b. Gelombang R, yaitu defleksi positif
Yang pertama, disertai atau tidak diserati gelombang Q. defleksi gelombang
kedua disebut R
c. Gelombang S, yaitu bagian defleksi
negative setelah gelombang R. defleksi kedua disebut gelombang S.
Gambaran
gelombang QRS akan berbeda-beda di setiap lead tergantung arah dan besarnya
arus depolarisasi ventrikel, Karena gambaran gelombang QRS bervariasi bentuk
dan ukurannya, maka untuk membedakan hali ini dalam penulisan digunakan huruf
besar sebagai tanda defleksi yang besar dan huruf kecil untuk defleksi yang
kecil.
Nilai gelombang Q adalah lebar <0,04 detik
dan dalamnya < 1/3 tinggi gelombang R. gelombang Q yang abnormal disebut Q
pathologis. Pada keadaan normal gelombang R akan berdefleksi positif di semua
lead kecuali aVR. Paada lead prekodial dikenal istilah R wave progression yaitu
deflksi positif gelombang R yang semakin membesar dari lead V1 ke V6. Nilai
normal QRS: lebar 0,06-0,12 detik dan tingginya tergantung lead yang direkam.
4. Gelombang T merupakan repolarisasi
ventrikel, biasanya tinggi kurang dari 5 mm pada sadapan ekstremitas atau 10 mm
pada sadapan prekordial. Gelombang T bisa positif, negative atau bifasik.
Bentuk gelombang T yang normal sedikit asimetris, diman defleksi positif
terjadi perlahan sampai mencapai puncak dan kemudian menurun curam. Tinggi
gelombnag T minimal 1 mm, bila < 1 mm disebut gelombang T datar atau flut,
maksimal tinggi gelombang T tidak boleh lebih dari 10 mm di lead prekordial dan
tidak lebih dari 5 mm di lead ekstremitas.
5. Interval QT merupakan aktivitas
total ventrikel (mulai dari depolarisa hingga repolarisasi ventrikel). Diukur
mulai awal kompleks QRS hingga akhir gelombang T. durasi normal tergantung dari
umur, jenis kelamin dan denyut jantung. Rata-rata kurang dari 0,38 detik.
GAMBAR
Disritmia adalah gangguan urutan irama atau
gangguan kecepatan dari prose depolarisasi dan atau repolarisasi. Disritmia
dapat disebabkan karena hipoksia, iskemia, rangsangan susunan saraf otonom,
obat-obatan , gangguan keseimbangan ellektrolit, regangan dinding otot jantung,
atau adanya kelaian struktur system konduksi.
Disritmia
terdapat dua golongan, yaitu disritma karena gangguan pembentukan impuls dan
disritmia karena gangguan system konduksi.
Disritmia
karena gangguan impuls
Sinus takhikardia
Kriterianya
:
1. Irama teratur
2. Frekuensi laju jantung 100-150 x/
menit
3. Gelombang P normal dan selalu
diikuti gelombang QRS
4. Interval PR normal (0,12-0,20 detik)
5. Gelombang QRS normal (durasi
0,06-0,12 detik)
Sinus bradikardia
Kriterianya
:
1. Irama teratur
2. Frekuensi laju jantung kurang dari
60 x/ menit
3. Gelombang P normal dan selalu
diikuti gelombang QRS
4. Interval PR normal (0,12-0,20 detik)
5. Gelombang QRS normal (durasi
0,06-0,12 detik)
Sinus aritmia
Kriterianya
:
1. Irama tidak teratur
2. Gelombang P normal dan selalu
diikuti gelombang QRS
3. Interval PR normal (0,12-0,20 detik)
4. Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12
detik)
GAMBAR
Sinus arrest
Kriterianya
:
1. Irama teratur, kecuali pada siklus
yang hilang.
2. Frekuensi laju jantung biasanya
kurang dari 60 x/ menit
3. Gelombang P normal dan selalu
diikuti gelombang QRS
4. Interval PR normal (0,12-0,20 detik)
5. Gelombang QRS normal (durasi
0,06-0,12 detik) hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan T, tapi tidak
merupakan kelipatan dari R-R interval
Atrial takhikardi (paroksisma atrial
takhikardia)
Kriterianya
:
1. Irama teratur
2. Frekuensi laju jantung 150-250 x/
menit
3. Gelombang P sukar dilihat, kadang
terlihat tapi kecil
4. Interval PR tidak dapat dihitung
atua memendek
5. Gelombang QRS normal (durasi
0,06-0,12 detik)
Atrial flutter
Kriterianya
:
1. Biasanya teratur tapi dapat juga
tidak teratur
2. Frekuensi laju jantung bervariasi
(bisa normal/lambat/cepat)
3. Gelombang P tidak normal bentuknya
seperti gigi gergaji (saw tooth), teratur dan dapat di hitung, tidak semua
gelombang P diikuti gelombang QRS sehingga frekuensi atrial tidak sama dengan frekuensi
ventrikel, dapat 2 : 1, 3: 1atau 4 : 1
4. Interval PR tidak dapat dihitung
5. Gelombang QRS normal (durasi
0,06-0,12 detik)