BAB I
PENDAHULUAN
Kunjungi Juga Artikel Menarik Lainnya :
Kunjungi Juga Artikel Menarik Lainnya :
asuhan keperatan pada kanker esofagus dan kanker lambung 2016
A.
Latar
Belakang
Selama sekresi hormone paratiroid,
kelenjar paratirid bertanggung jawab mempertahankan kadar kalsium dalam
ekstraseluler, hiperparatiroid adalah karakter penyakit yang disebabkan
kelebihan sekresi hormone paratiroid. Hormone paratiroid di atur secara
langsung oleh konsentresi ion calcium , efek utama paratiroid peningkatan
konsentrasi kalsium dengan peningkatan kalsium dan fosfat dari matriks tulang,
meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal dan meningkatakn produksi ginjal
hormone paratiroid menyebabkan postpaturia jika kekurangan fosfat biasanya
terjadi hiperparatiroiisme primer, sekunder dan tersier
Hipoparatiroid adalah gabungna gejala
dari paratiroid yang tidak adekuat keadaan ini jarang ditemukan dan umumnya di
sebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar tiroid pada saat
operasi.yang lebih parah lagi adalah tidak ada kelenjar paratiroid secara
kongenital kadang kadang penyebab tidak diketahui.Insiden pada hiperparatiroid
terjadi pada 60 tahunan.
B.
Rumusan
Masalah
1) Apa
pengertian dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
2) Apa
etiologi dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
3) Bagaimana
manifestasi klinis dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
4) Bagaimana
prosen terjadi nya hiperparatiroid hipoparatiroid ?
5) Apa
saja komplikasi dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
6) Bagimana
penatalaksanaan dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
7) Bagaiman
konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit hiperparatiroid hipoparatiroid ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa dapat
memahami asuhan keperawatn pada pasien gangguan paratiroid
2.
Tujuan
Khusus
1) Mahasiwa
mampu memahami pengertian dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
2) Mahasiwa
mampu memahami etilogi dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
3) Mahasiwa
mampu memahami manifestasi klinis dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
4) Mahasiwa
mampu memahami proses terjadi nya
hiperparatiroid dan hipoparatiroid
5) Mahasiwa
mampu memahami komplikasi dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
6) Mahasiwa
mampu memahami penatalaksanaan dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
7) Mahasiwa
mampu memahami konsep daar asuhan keperawatan
dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Anatomi
dan Fisiologi
Pada
manusia terdapat empat kelenjar paratiroid yang terletak dibelakang kelenjar
tiroid, masing-masing berukuran sebesar biji apel dan dipisahkan oleh jaringan
ikat. Bagian atas kelenjar paratiroid terletak dekat pertemuan antara arteri
tiroid dan nervus laringeus. Aliran darah berasal dari arteri tiroid inferior.
Kelenjar paratiroid bagian bawah memiliki letak yang lebih bervariasi karena
selama perkembangannya mengalami migrasi. Umumnya bagian ini ditemukan
disebelah lateral trakea dan bagian bawah tiroid. Bagian ini mendapat aliran
darah dari arteri tiroid inferior. Berat total keempat kelenjar ini dapat
mencapai 120mg, berwarna coklat gelap sampai kuning tergantung dari
banyaknyakandungan lemak, ukuran dan bentuk kelenjar ini umumnya berbentuk
elipsoidal (6 x 5 x 2 mm). Kandungan lemak dalam kelenjar meningkat saat
pubertas dan terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Didalam
kelenjar paratiroid terdapat 2 jenis sel terdiri sel utama yang mensekresi
hormon paratiroid dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
Hormon
paratiroid (HPT)
Hormon
Paratiroid (HPT) merupakan hormon polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari
84 asam amino. Fungsi utama HPT adalah mengatur kadar kalsium dalam cairan
ekstraseluler. Kadar kalsium darah berasal dari kalsium yang ditransfer melalui
tulang, filtrasi glomerulus dan traktus gastrointestinal. Hormon paratiroid
merangsang reabsobsi kalsium melalui filtrasi glomerulus, meningkatkan resorpsi
tulang dan mempengaruhi absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal secara
sekunder melalui metabolit aktif vitamin D yaitu 1,25 dihidroxy cholecalsiferol. Organ target utama kerja hormon
paratiroid adalah tulang dan ginjal.
Hormon paratiroid juga mempengaruhi kadar fosfat dalam
cairan ekstraseluler melalui 2 mekanisme. Penurunan kadar fosfat serum secara
langsung akibat pengaruh hormon paratiroid pada ginjal melalui mekanisme
fofaturia, sedangkan peningkatan kadar fosfat serum terjadi akibat induksi
hormon paratiroid terhadap tulang secara masif yang akan mempengaruhi
reabsorbsi fosfat dan mineral lain dari tulang.
B.
Hiperparatiroidisme
1.
Pengertian
Hiperparatiroidisme adalah penyakit yang
disebabkan oleh aktivitas berlebih satu atau lebih kelenjar paratiroid. Terbagi
atas primer, sekunder, atau tersier. Keadaan ini terjadi pada usia lebih dari
60 tahun dan mengenai perempuan dua kali lebih banyak dari pada laki-laki,
serta penderita dengan gagal ginjal. ()
Hiperparatiroiddisme adalah berlebihan produksi
hormone paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi
tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroid
primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita dari pada laki-laki
dan pada pasien berusia 60-70 tahun. Hiperparatiroid sekunder disertai
manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis. Rakitisi ginjal akibat
retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan
meningkatkan sekresi hormone paratiroid (Brunner& suddath,2001).
Jadi hiperparatiroid adalah keadaan dimana
kelenjar paratiroid memproduksi banyak hormone paratioid biasanya penyakit ini
terjadi pada usia 60 tahunan.
2.
Etiologi
Hiperparatiroid primer
terjadi ketika hubungan normal antara kadar kalsium dan sekresi paratiroid
hormone terganggu. Interupsi terjadi pada adenoma atau hiperplasi kelenjar
tanpa adanya cedera.
Hiperparatiroid sekunder
terjadi pada kelenjar yang hyperplasia akibat malfungsi sistem organ lainnya.
Keadaan ini biasanya akibat gagal ginjal tetapi dapat juga terjadi akibat
kanker seperti myeloma multiple, atau metastasis kanker tulang.
Hiperparatiroid tersier
terjadi jika produksi PTH adalah ireversibel (autonom) pada penderita dengan
kadar kalsium yang normal atau rendah.
3.
Patofisiologi
Hiperparatiroid
ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja pada tulang
dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkat resorpsi kalsium dari limen tubulus
ginjal. Dengan demikian mengurangi ekresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan
ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofostmia
kompensatori adalah abnormalitas biokimia yang dideteksi melalui analisis
darah. Konsentrasi PTH serum juga meningkat.
Produksi
hormone paratiroid yang berlebihan disertai dengan gagal ginjal dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulang yang sering terjadi
adalah osteitis fibrosa cytica, suatu penyakit meningkatkan kadar hormone
paratiroid penyakit tulang lainnya.
Kelebihan
jumlah sekresi PTH menyebabkan hipekalsemia yang langsung bisa menimbulkan efek
pada reseptor di tulang, traktus serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan
adenoma, atau hyperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung
bersamaan dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan
absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH.
Pada
saat kedar kasium serum mendeteksi 12mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium
secra berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat
meningkatkan nefrolithiasis, yang mana dapat menimbulkan penurunan kreanini
klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraseluler dapat
mengendap pada jaruingan halus. Rasa sakit timbul akibat klasifikasi berbentuk
nodul pada kulit .vitamin D meningkatkan peranan penting dalam metabolism
kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ.
4.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis
hiperparatiroid primer bervariasi mulai dari asimptomatik sampai yang
menunjukan gejala seperti kelemahan otot,fatigue, nyeri kepala, penurunan berat
badan, atau mungkin juga dapat depresi. Gambaran klinis dapat dibagi dalam tiga
kategori. Yang paling ringan adalah tidak di dapatkan tanda atau gejala, dan
hanya ditemukan dari pemeriksaan rutin kadar kalsium serum. Tingkat kedua
ditandai dengan kolik ginjal, sedangkan pada tingkat ketiga, interval antara
timbulnya gejala dengan penegakan diagnose lebih pendek,yaitu ditemukan
hiperperkalsemia, debilitas, nyeri tulang, dan kadang-kadang terjadi fraktur
patologis. Bila didapatkan penurunan berat badan , anemia, peningkatan laju
endap darah maka hal ini menunjukan kemungkinan proses keganasan. Gejala lain
mungkin timbul adalah polidipsi, poliurin, pruritus, anoreksia, mual, dan
muntah.
Kolik ginjal merupakan
manifestasi klinis tersering hiperparatiroid pada ginjal. Dapat terjadi juga
nefrokalsinosis dan asidosis metabolik. Kelainan tulang seperti nyeri tulang
fraktur patologis, kista, pembengkakan pada tulang yang terlokalisir dan epulis
pada rahang atau tumor coklat menunjukan tanda adanya hiperparatiroid.
Pada hiperparatiroid terjadi
kelainan neurologis seperti emosi labil, adanya daya ingat lemah, depresi dan
abnormal neuromuscular yang terutama menyerang otot bagian proksimal, tanda
yang paling sering adalah ditemukan mudah lelah. Kadang pasien juga mengeluh
pendengaran berkurang, disfasia dan disestesia.
5. Pemeriksaan
penunjuang
·
Pemeriksaan urine
·
Kimia darah
·
CT scan
·
Ultrasonografi
·
Radioimmunoassay
6.
Komplikasi
·
Peningkatan ekskresi kalsium
dan fosfor
·
Dehidrasi
·
Batu ginjal
·
Hiperkalsemia
·
Osteoklastik
·
Osteitis fibrosa cystic
7.
Penatalaksanaan
1. Terapi
obat :
·
Lasik dapat digunakan untuk
mempercepat kalsiuria
·
Mithracia menghambat resorpsi
kalsium tulang
·
Glukokortikoid dapat
digunakan absorpsi gastrointestinal dari kalsium
2. Paratiroidektomi
Tindakan bedah untuk
mengangkat kelenjar yang menyabakan hipersekresi PTH. Pada waktu oprasi
pemeriksaan hormone paratiroid memastikan keberhasilan pengangkatan jaringan
paratiroid yang hiperfungsi.
3. Autotrasplantasi
kelenjar paratiroid modalitas yang sangat berguna pada manajemen
hiperparatiroidisme sangat mungkin untuk mentrasplatasikan jaringan paratiroid
yang sehat pada lokasi yang aman seperti muskulus brakioradialis di lengan.
8.
Asuhan
Keperawatan untuk Hiperparatiroidisme
a.
Pengkajian
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang
hiperparatiroidisme dan hiperkalsemia resultan. Kumpulan riwayat kesehatan yang
lengkap dari klien untuk mencari apakah terdapat risiko. Klien mungkin
menunjukkan perubahan psikologis, seperti letargi, mengantuk, penurunan memori
dan labilitas emosional, semua manifestasi yang tampak pada hiperkalsemia.
Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup:
1. Riwayat
kesehatan klien
2. Riwayat
penyakit dalam keluarga
3. Keluhan
utama, antara lain:
·
Sakit kepala,
kelemahan, letargi dan kelemahan otot
·
Gangguan pencernaan,
seperti mual, muntah anoreksia, obstipasi dan nyeri lambung yang akan disertai
penurunan berat badan
·
Depresi
·
Nyeri tulang dan sendi
4. Riwayat
trauma/fraktur tulang
5. Riwayat
radiasi daerah leher dan kepala
6. Pemeriksaan
fisik mencakup:
·
Observasi dan palpasi
adanya deformitas tulang
·
Amati warna kulit, tampak
pucat
·
Perubahan tingkat
kesadaran
7. Bila
kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik, seperti
bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
8. Pemeriksaan
diagnostic termasuk:
·
Pemeriksaan
laboratorium, adanya peningkatan kadar kalsium dalam plasma dan peningkatan
kadar fosfat dalam urine, namun terjadi penurunan kadar serum fosfat anorganik.
·
Pemeriksaan radiologi,
akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang
b.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada
klien dengan hiperparatiroidisme antara lain:
1) Risiko
terhadap cedera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi
2) Perubahan
eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia
3) Perubahan
nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual
4) Konstipasi
yang berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal
c.
Intervensi
No.
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Risiko terhadap
cedera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi.
|
Klien tidak menderita
cedera, seperti ditunjukkan dengan tidak terdapatnya fraktur patologis
|
-Lindungi
klien dari kecelakaan jatuh.
Bila mengalami
penurunan kesadaran pasang tirai tempat tidur.
-Hindari klien dari
satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan hati-hati
-Bantu klien memenuhi
kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan fisik
-Atur aktivitas yang
tidak melelahkan klien
-Ajarkan cara
melindungi diri dari trauma fisik, seperti cara mengubah posisi tubuh dan
cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
-Ajarkan klien cara
menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan klien agar berjalan
secara perlahan-lahan.
|
Klien rentan untuk
mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun.
Pemasangan hack akan
mencegah klien jatuh dan meningkatkan keamanan.
Perubahan posisi
memberi rasa tidak nyaman, namun dibutuhkan agar tidak kaku pada otot serta
tulang klien.
Meningkatkan keamanan
dan kenyamanan selama terjadi kelemahan fisik.
Meminimalisir
terjadinya fraktur patologis dan
mencegah kelelahan
Memberi gambaran pada klien untuk lebih hati-hati dan
mencegah terjadinya fraktur patologis karena perubahan posisi yang tiba-tiba.
Meningkatkan
kemandirian klien dan mencegah klien jatuh
|
2.
|
Perubahan eliminasi
urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia
dan hiperfosfatemia.
|
Klien kembali pada
output urine normal, seperti yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya batu
dan output urine 30-60 ml/jam
|
-Perbanyak asupan
klien sampai 2500ml cairan per hari.
-Berikan sari buah
canberry atau prune untuk membantu agar urine lebih bersifat asam.
|
Dehidrasi merupakan
hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme karena akan
meningkatkan kadar kalsium serum dan memudahkan terbentuknya batu ginjal.
Keasaman urine yang
tinggi membantu mencegah pembentukan batu ginjal, karena kalsium lebih larut
dalam urine yang asam dibandingkan dengan urine yang basa.
|
3.
|
Perubahan nutrisi
berhubungan dengan anoreksi dan mual
|
Klien mendapat asupan
makanan yang mencukupi ditunjukkan dengan tidak adanya mual dan kembali pada
berat badan ideal
|
-Berikan dorongan
pada klien untuk mengonsumsi diet rendah kalsium untuk memperbaiki
hiperkalsemia.
-Jelaskan pada klien
bahwa tidak mengonsumsi susu dan produk susu
-Bantu klien untuk
mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori tanpa produk yang mengandung
susu
-Rujuk klien ke ahli
gizi untuk membantu perencanaan diet klien
|
Produk susu
mengandung kalsium yang akan merangsang pengeluaran hormone paratiroid
sehingga tidak dapat mengatasi hiperkalsemia
Dapat menghilangkan
sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak menyenangkan.
Produk susu
mengandung kalsium yang akan merangsang pengeluaran hormone paratiroid
sehingga tidak dapat mengatasi hiperkalsemia
Perencanaan diet yang
baik akan memberikan indikasi nutrisi yang baik untuk perkembangan kesembuhan
klien.
|
4.
|
Konstipasi
berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
|
Klien dapat
mempertahankan pola BAB norma, seperti yang dibuktikan dengen BAB setiap hari
(sesuai dengan kebiasaan klien)
|
-Upayakan tindakan
yang dapat mencegah konstipasi dan pergeseran fekal yang diakibatkan oleh
hiperkalsemia.
-Bantu klien untuk
tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
-Tingkatkan asupan
cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum sedikitnya 6-8 gelas air per
hari, kecuali bila ada kontra indikasi.
-Jika konstipasi
menetap walaupun sudah dilakukan tindakan, maka mintakan pada dokter pelunak
feses atau laksatif.
|
Tindakan pencegahan
lebih baik dilakukan segera untuk mencegah komplikasi dan menghindari rasa
tidak nyaman pada klien.
Klien yang aktif akan
membuat pergerakan peristaltik tidak kaku sehingga dapat melancarkan
pencernaan dan mencegah konstipasi.
Serat akan
melancarkan proses pencernaan dan mencegah konstipasi.
Minum 6-8 gelas untuk
menghindari klien dehidrasi.
Pelunak feses atau
laksatif akan memudahkan pengeluaran feses.
|
C.
Hipoparatiroidisme
1.
Pengertian
Hipoparatiroidisme
adalah suatu keadaan dimana sekresi kelenjar paratiroid berkurang sehingga terjadi
hipokalsemi dan peninggian fosfor dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Hipoparatiroidisme
adalah hiposekresi kelenjar paratiroid dimana kadar kalsium serum menurun,
sedangkan fosfat serum meninggi. (Elsevier, 2009).
Hipoparatiroidisme
adalah defisisensi hormon paratiroid akibat dari defisiensi absolut HPT ,
abnormalitas molekul HPT, atau resistensi terhadap HPT. Manifestasi sangat
bervariasi mulai dari gejala ringan sampai berat bahkan dapat mengakibatkan
kematian. (Jose DKK, 2010).
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana terjadi
hiposekresi kelenjar paratiroid akibat dari defisiensi absolut HPT dapat
terjadi hipokalsemi dan menyebabkan kematian.
2.
Etiologi
Penyebab
hipoparatiroidisme baik iatrogenik (terinduksi oleh terapi) atau idiopatik
(dengan penyebab spesifik) adalah :
1) Penyebab
hipoparatiroidisme iatrogenik
a) Kecelakaan
pengangkatan paratiroid pada waktu operasi tiroidektomi.
b) Kematian
kelenjar paratiroid karena tidak cukup mendapat aliran darah ketika pembedahan.
c) Strangulasi
pada satu atau lebih kelenjar oleh jaringan ikat pascaoperasi.
d) Pengobatan
kanker dengan kemoterapi
2) Penyebab
hipoparatiroidisme idiopatik, seperti penyakit graves dan hashimoto, penyebabnya
meliputi :
1) Autoimun
dengan dasar genetik
2) Pseudohipoparatiroidisme
(albright hereditary osteodystrophy),
merupakan penyakit keturunan bentuk hipoparatiroidisme akibat tidak
responsifnya jaringan target pada HPT.
3.
Klasifikasi
Hipoparatiroid
dapat dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan kadar kalsium serum sebagai berikut
:
a. Derajat
1 : tanpa hipokalsemia
b. Derajat
2 : hipokalsemia spontan yang tidak
tetap
c. Derajat
3 : kadar kalsium serum <8,5 mg/dL
d. Derajat
4 : kadar kalsium serum <7,5 mg/dL
e. Derajat
5 : kadar kalsium serum <6,5 mg/dL
Hipoparatiroidisme
Akut
Hipoparatiroidisme
akut dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan paratiroid akibat operasi
tiroidektomi. Ditandai oleh peningkatan iritabilitas neuromuskuler yang
berakibat tetani. Dibeberapa kasus, tetani berlangsung berat dan tindakan
trakeostomi diperlukan untuk mengoreksi obstruksi jalan napas akibat
laringospasme. Hipoparatirodisme derajat 3 termasuk dalam hipoparatiroidisme
akut.
Hipoparatiroidisme
Kronis
Hipoparatiroidisme
kronis biasanya bersifat idiopatik. kalsifikasi ektopik dapat terjadi di mata
dan basal ganglia. Ktarak dan kerusakan permanen ganglia diikuti psikosis dapat
terjadi. Sebagai tambahan hipokalsemia persisten yang berat dapat merusak
jantung berakibat disritmia dan terkadang gagal jantung. Hipoparatiroidisme
derajat 4 dan 5 termasuk dalam hipoparatiroidisme kronis.
4.
Manifestasi
Klinis
Pada hipoparatiroidisme dapat ditemukan gejala
seperti :
Hipoparatiroidisme Akut
a. Adanya
peningkatan iritabilitas neuromuskular yang berakibat tetani
b. kejang
c. Spasme
otot
d. Kesemutan
di ujung jari
e. Laringospasme
f. Disritmia
Hipoparatiroidisme Kronis
a. Letargi
b. Rambut
yang tipis dan jarang
c. Kuku
rapu
d. Kulit
kering, bersisik dan kasar
e. Perubahan
mental termasuk depresi dan psikosis
Manifestasi pada gigi
meliputi kelainan pembentukan gigi, hipoplasia gigi, tidak adanya erupsi gigi dan defek
pembentukan akar gigi.
5.
Patofisiologi
Normalnya
HPT beraksi dalam meningkatkan resorpsi tulang, yang memelihara keseimbangan
kadar kalsium. HPT juga mengatur bersihan fosfat di tubulus renalis, sehingga
mengatur keseimbangan antara kadar kalsium dan fosfat.
Ketika
sekresi paratiroid diturunkan resorpsi tulang berjalan lambat, kadar kalsium
menurun dan iritabilitas neuromuskuler meningkat. Selain itu, tanpa kecukupan
HPT, lebih sedikit ion fosfat disekresikan oleh tubulus renalis ginjal,
ekskresi fosfat di ginjal menurun dan kadar fosfat serum meningkat. Klien bisa
pulih secara total jika terdapat kondisi terdiagnosis sejak awal sehingga belum
ada komplikasi. Namun, jika sudah terkomplikasi dengan kalsifikasi otak maka
kondisinya irreversibel.
Pada hipoparatiroidisme
terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum
menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5
mgr%). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon
paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi
yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat
kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid
yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi
kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena
letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan
atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi
tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid
bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid,
jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.Pada
pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi
kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons
terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua
bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital
aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
6.
Insiden
Hipoparatiroidisme
lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Insidenya terkait tindakan
bedah tiroid. Insiden hipoparatiroidisme sementara setelah tiroidektomi totalis
bervariasi mulai dari 6,9% sampai 25%. Insiden setelah paratiroidektomi
subtotal adalah 1,6% sampai 9%.
7.
Test
Diagnostik
1) Pemeriksaan
Laboratorium
Didapatkan
hipokalsemia, hipofosfatemia, kadar kalsium ion dalam serum juga rendah
(biasanya sekitar 45% dari kalsium total). kadar HPT rendah kecuali
pseudohipoparatiroid, pada pseudohipoparatiroid kadar HPT dapat normal atau
tinggi sehingga perlu dilakukan pengukuran kadar cAMP dan fosfat.
2) Pemeriksaan
Radiologi
Foto
rontgen atau CT Scan tulang dapat menunjukkan adanya kalsifikasi pada ganglia
basalis.
3) Electroensefalografi
Terdapat
perlambatan umum yang akan normal kembali dalam beberapa minggu setelah hipokalsemia
terkoleksi, kecuali telah terjadi kerusakan otak yang ireversibel atau
insufisiensi paratiroid yang terjadi berhubungan dengan epilepsi.
4)
Elektromielografi ?
8.
Komplikasi
1) Hiperkalsemia
2) Hiperkalsiuria,
terjadi karena hormon paratiroid tidak lagi mempertahankan reabsorbsi kalsium
yang normal pada tubulus ginjal.
3) Batu
ginjal
9.
Penatalaksanaan
1) Terapi
Kalsium Intravena
Terapi
ini digunakan untuk mencegah spasme laring dan kejang, setelah jalan napas
dipastikan bebas, berikan 10-20 ml larutan glukonas 10% secara intravena
perlahan-lahan, sampai gejala hilang dan kadar kalsium serum diatas 7
mg/dl. Namun , harus dicegah kadar
kalsium serum antara 7,5-9 mg/dl.
2) Terapi
Obat Per-Oral
Dimulai
denganpemberian 200mg kalsium elemental setiap 2 jam, bila diperlukan dapat
ditambahkan secara bertahap sampai 500mg setiap 2 jam. Obat anti kejang mungkin
dapat membantu klien kejang yang resisten terhadap terapi kalsium dan harus
diberikan segera setelah dicurigai keadaan resistensi.
Hipoparatiroidisme
Akut
Pada klien
dengan hipoparatioidisme derajat 3 memerlukan suplementasi kalsium 1-5 gram per
hari dan retriksi fosfat sedang (digabung dengan gel alumunium hidroksida)
untuk mempertahankan kalsium serum dalam rentang 8-9,5 mg/dl.
Hipoparatiroidisme Kronis
Pada klien
dengan hipoparatiroidisme derajat 4 dan 5 membutuhkan terapi Vitamin D jangka
panjang, dengan memberikan dihidrotakisterol 4mg/hari dengan dosis tunggal
selama 2 hari. Kemudian 1mg/hari, lalu dosis disesuaikan dengan kadar kalsium
serum yang idealnya dipertahankan antara 8,5-9 mg/dl.
Terapi
Ergokalsiferol (vitamin D2)
Terapi
dengan obat ini sangat penting untuk mencegah hiperkalsemia. Dapat dilakukan
dengan pemberian dosis kecil pada awal terapi (0,6 mg/hari) kemudian
ditingkatkan secara bertahap untuk setiap tingkat dosis sampai didapatkan kadar
kalsium yang stabil.
Kalsium
Suplemen
dapat diberikan dalam bentuk kalsium glukonas, laktat, klorida, atau garam
karbonat. Kalsium dalam bentuk glukonas dan laktat menfandung sedikit kalsium
elemental, sehingga harus diberikan dengan dosis yang lebih besar. Kalsium
klorida mengandung kalsium dalam jumlah yang cukup besar. Kalsium sitrat
dirokemendasikan untuk klien dengan hiperkalsiuria karena ion sitrat dalam
urinbersifat profilaktik terhadap pembentukan batu ginjal.
10.
Asuhan
Keperawatan untuk Hipoparatiroidisme
a. Pengkajian
Kaji dengan
cermat klien yang berisiko mengalami hipoparatiroidisme akut, seperti pada
klien pascatiroidektomi, terhadap terjadinya hipokalsemia. Tanyakan klien
tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar mulut atau ujung jari
tangan atau jari kaki. Periksa juga terhadap temuan tanda chvosteks atau
trouseaus positif. Yang penting adalah mengkaji manifestasi distres pernafasan
sekunder terhadap laringospame. Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut,
perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan
rambut kering, juga kaji terhadap sindrom seperti parkinson atau adanya
katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencangkup:
1) Riwayat
Penyakit
·
Sejak kapan klien
menderita penyakit
·
Apakah anda anggota
keluarga yang berpenyakit sama
·
Apakah klien pernah
mengalami tindakan operasi khususnya angkatan kelenjar paratiroid atau kelenjar
tiroid
·
Apakah ada riwayat
peninaran pada leher
2) Keluhan
utama meliputi :
·
Keluhan bentuk tulang
·
Perdarahan yang sulit
berhenti
·
Kejang-kejang,
kesemutan dan lemah
3) Pemeriksaan
fisik mencakup :
·
Kelainan bentuk tulang
·
Tetani
·
Tanda trosseaus dan
chovsteks.
·
Pernapasan berbunyi
(stridor)
·
Rambut jarang dan
tipis; pertumbuha kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan
kasar
4) Pemeriksaan
penunjang :
·
Pemerikasaan kadar
kalsium serum
·
Pemerikasaan radiologi
b.
Diagnosa
Keperawatan
Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap
hipokalsemia, yang dapat mengarah pada masalah kolaborasi tetani otot yang
berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan karena hipoparatiroidisme
dapat menjadi kondisi yang kronis, klien harus dapat melakukan perawatan diri,
sehingga membuat diagnosa keperawatan risiko terhadap inefktif penatalaksanaan
egimen terapetik yang berhubungan dengan regimen diet dan medikasi menjadi
penting untuk klien ini. Secara umum diagnosa keperawatan utama pada klien ini
adalah:
2) Risiko
terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapetik yang berhubungan dengan
kerang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
c.
Intervensi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Tetani otot
yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.
|
Klien tidak akan
menderita cedera, seperti yang dibuktikan oleh kadar kalsium kembali kebatas
normal, frekuensi pernapasan normal, dan gas darah dalam batas normal.
|
-Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme
hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernapasan
siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop dan trakeostomi saat
merawat klien dengan tetani akut.
-Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia
mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium
karbonat didekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika diperlukan.
- Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya
di klem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang
cepat.
|
Agar jalan nafas tetap efektif dan tidak terjadi
obtruksi jalan nafas
Menjaga kesetabilan cairan kalsium
Untuk memperlancar aliran darah vena
|
2.
|
Risiko terhadap
inefektif penatalaksannaan regimen terapetik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan regimen dan diet dan medikasi.
|
Klien akan mengerti
tentag diet dan medikasinya seperti yang dibuktikan oleh pertanyaan lklien
dan kemampuana klien untuk mengikuti regimen diet dan terapi.
|
- Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme
kronis sangat penting karena klien akan membbutuhkan medikasi dan modifikasi
diet sepanjang hidupnya.
- Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang
semua obat obatan yang harus digunakan di rumah, pastikan klien mengetahui
bahwa semua bentuk vitamin D. Kecuali dehidrokalsiferol, diamilasi dengan
lambat dalam tubuh. Oleh karananya akan membutuhkan waktu satu minggu atau
lebuh untuk melihat hasilnya.
- Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun
dengan fosfor rendah.ingatkan klien untuk menyingkirkan keju dan produk susu
dari dietnya, karena makanan ini mengandung banyak fosfor.
- Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang
hidup bagi klien hipoparatiroidisme kronis. Instruksikan klien untuk
memeriksakan kadar kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun. Kadar kalsium
serum harus dipertahankan normal untuk mencegah komplikasi.
|
Untuk menyesuaikan pola hidup yang baru
Meningkatkan pengetahuan terhadap obat yang
dikonsumsi
Meningkatkan kenyamanan & pemenuhan informasi
Jika terjadi hiperkalsemia atau hipokalsemia, dokter
harus menyesuaikan regimen terapetik untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
|
3.
|
Potensial cedera
berhubungan dengan resiko kejang atau tetani akibat hipokalsemia.
|
Klien tidak mengalami
cedera dengan kriteria, refleks normal, tanda-tanda vital dalam keadaan
normal, kadar kalsium normal.
|
-Kaji tanda-tanda vital dan gerak tiap 2 atau 4
jam sekali.
-Pantau gambaran EKG
-Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan
pada tempat tidur dan pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah.
-Kolaborasi dengan dokter dalam menangani kejang
-Berikan kalsium secara teliti
-Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium
|
Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran
keadaan pasien.
Untuk
mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG
Untuk mencegah terjadinya cedera
Untuk menghindari cedera yang terjadi akibat benda
yang berada di lingkungan klien dan mencegah kerusakan akibat lebih berat
akibat kejang.
Antisipasi terhadap hipokalsemia
Untuk mengontrol kadar kalsium
|
4.
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kekakuan pada ekstremitas
|
Klien dapat memenuhi
kebutuhan mobilisasi
|
-Kaji pola aktivitas lalu
-Kaji respon terhadap aktivitas saat sebelum sakit
-Atur waktu istirahat dan aktivitas
-Simpan benda-benda da barang dalam jangkauan yang
mudah bagi klien
|
Untuk membandingkan aktivitas saat sebelum sakit.
Untuk melihat perkembangan klien secara bertahap.
Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan
Untuk memudahkan klien serta tidak membutuhkan
tenaga besar dalam mengambilnya.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperparatiroidisme ,penyakit yang disebabkan
oleh aktivitas berlebihsatu atau lebih kelenjar paratiroid. Terbagi atas
primer, sekunder, atau tersier. Keadaan ini terjadi pada usia lebih dari 60
tahun dan mengenai perempuan dua kali lebih banyak dari pada laki-laki, serta
penderita dengan gagal ginjal.
Hipoparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana
terjadi hiposekresi kelenjar paratiroid akibat dari defiseinsi absolut HPT
dapat terjadi hipokalsemi dan menyebabkan kematian.
B. Saran
Menjaga
pola hidup itu sangatlah penting, hiperparatiroid dan hipoparatiroid dapat
terjadi karena pola hidup yang tidak sehat dan kurang menjaga kesehatan diri.
Maka dari itu sebagai perawat atau tenaga medis harus meningkatkan Health education kepada masyarakat
mengenai bahaya dari komplikasi kedua penyakit.