BAB
I
1.
LATAR BELAKANG
Kanker
merupakan keganasan pada sel makhluk hidup yang prognosisnya sangat buruk dan
yang paling menyumbang banyak kematian di dunia ini. sel kanker bisa tumbuh di
mana saja contohnya kanker esophagus dan kanker lambung.
Di amerika
serikat, karsinoma esophagus terjadi dua kali lebih dering dari pada pria juga
pada wanita. Ini lebih sering terlihat pada orang afrika-amerika daripada
kaukasia dan biasanya terjadi pada dekade kelima kehidupan. Kanker esophagus
mempunyai insiden cukup tinggi pada belahan dunia lain, termasuk cina dan iran
bagian utara.
Iritasi
kronis dipertimbangkan beresiko tinggi menyebabkan kanker esophagus. Di amerika
serikat, kanker esophagus telah dihubungkan dengan salah cerna alcohol dan
penggunaan tembakau. Dibelahan dunia lain, kanker esophagus telah dihubungkan
dengan penggunaan pipa opium, mencerna minuman panas berlebihan, dan defisiensi
nutrisi khususnya kurang buah dan sayuran. Buah dan sayuran dianggap
meningkatkan perbaikan jaringan yang teriritasi. (Brunner dan suddarth,2001).
Kanker
lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini masih menjadi masalah
serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap tahunnya. Kebanyakan pada individu
dengan usia lebih dari 40 tahun, dan kadang-kadang pada individu yang lebih
muda. Kebanyakan kanker lambung terjadi padakurvatura kecil atau antrum lambung
dan adenokarsinoma. Insiden kanker lambung lebih banyak di jepang, yang telah
menyebarkan diadakanya skrining massal untuk diagnosis awal di Negara ini. diet
tampaknya menjadi faktor signifikan. Diet tinggi makanan asap dan kurang
buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan resiko terhadap kanker lambung.
(Brunner dan suddarth,2001).
Kanker
tersebut terjadi di sistem pencernaan oleh karena itu kami sebagai penulis
merasa perlu untuk mempelajari tentang kanker ini. karena kanker ini sering
dijumpai dalam dunia medis dan kesehatan. Kita buka satu per satu halaman untuk
membuka ilmu yang semakin dalam. Penatalaksanaan medic dan keperawatan
merupakan ujung tombak untuk melawan kanker. Dan upaya pencegahan harus
ditegakan setinggi-tingginya.
2. RUMUSAN
MASALAH
o Apakah
pengertian dari Kanker
Esofagus dan Lambung ?
o Apa
penyebab/etiologi Kanker
Esofagus dan Lambung ?
o Bagaimana
patogenesis dari Kanker
Esofagus dan Lambung ?
o Bagaimana
perjalanan Kanker Esofagus
dan Lambung ?
o Apakah
efek dari Kanker Esofagus
dan Lambung?
o Bagaimana penatalaksanaan Kanker Esofagus dan Lambung?
o Apa saja komplikasi dari Kanker Esofagus dan Lambung ?
o Apa tanda gejala dari Kanker Esofagus dan Lambung?
3. TUJUAN
o Untuk
mengetahui pengertian dari Kanker
Esofagus dan Lambung
o Untuk
mengetahui penyebab Kanker
Esofagus dan Lambung
o Untuk mengetahui patogenesis Kanker Esofagus dan Lambung
o Untuk
mengetahui pengaruh Kanker
Esofagus dan Lambung terhadap tubuh
o Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Esofagus dan
Lambung baik secara farmaklogi dan non farmakologi
o Untuk mngetahui komplikasi Kanker Esofagus dan Lambung
o Untuk mngetahui tnda gejala dari Kanker Esofagus dan Lambung
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
I.
ANATOMI SEL
- FISIOLOGIS SEL
1)
Nucleus fungsinya yaitu mengatur semua aktivitas di dalam sel
2)
Nucleolus fungsinya yaitu penyokong sintesis protein
3)
Ribosom fungsinya yaitu sintesis protein
4)
Sentrosom fungsinya yaitu pembentukan sentriol
5)
RE kasar fungsinya yaitu menampung protein yang di sintesis
oleh ribosom
6)
RE halus fungsinya yaitu transportasi molekul dari bagian sel
yang satu ke lain
7)
Badan golgi fungsinya yaitu untuk mengeksresi zat sisa dalam sel
8)
Rangka sel fungsinya yaitu sitoskeleton
9)
Mitokondria fungsinya yaitu tempat penghasil energy
10) Peroksisom
fungsinya yaitu memecah H2O2
menjadi air dan oksigen
11) Vakuola
fungsinya yaitu tempat
cadangan makanan
12) Sitoplasma sebagai medium dalam sel dan untuk pertumbuhan sel
13) Lisosom
fungsinya yaitu intra sel
14) Sentriol fungsinya yaitu pembelahan sel
15) Mikrotubular fungsinya yaitu bagian dari skeleton untuk
mempertahankan bentuk sel
16) Mikrofilamen fungsinya yaitu bagian dari skeleton untuk
mempertahankan bentuk sel
17) Kromosom
fungsinya yaitu mewariskan
genetic ke generasi penerus
- MITOSIS SEL
Mitosis adalah pembelahan sel dimana susunan kromosom sel anak tetap sama
dengan susunan kromosom sel induk, baik jumlah maupun macam kromosom itu.
Mitosis dibagi atas 2 fase utama :
·
Persiapan (interfase)
o
periode G1
G berasal dari kata gap yang artinya senggang. Periode G1 adalah
periode sel sedang aktif mensintesa ARN( ARN untuk transkripse) dan protein
(translasi). Ini untuk membentuk protoplasma baru yang membina sel anak kelak.
Selain bahkan genetis, seluruh bahkan sitoplasma dan organel dibikin rangkap 2.
Dengan proses transkripsi dan translasi serta sintesa bahan protoplasma baru
itu, menyebabkan inti dan sitoplasma membesar dari sebelumnya. Lama G1 30-40%
waktu daur(10 jam)
o
periode S
S berasal dari kata sintesis.Periode S adalah masa aktif
mensintesa ADN (replikasi). Pilinan benang ADN yang sepasang, terbuka dari oleh
enzim replikase, sehingga terangsang untuk replikasi. Cara replikasi itu
disebut semiortodok. A berpasangan dengan T dan G dengan C antara ADN yang lama
dan yang baru, dengan gulanya deoksiribosa. Pada transkripsi ARN yang terbentuk
basa T-nya ditempat U,gulanya ribosa,dan tiap benang ,tidak berpasangan.Dengan
replikasi terbentuk genetis baru yang persis sama susunan ADN-nya dengan yang
lama. Berarti sel anak mengandung bahan genetis sama dengan sel induk. Lama
peiode S 30-40% waktu daur (8 jam)
o
periode G2
ialah persiapan sitoplasma untuk membelah. Pada periode inilah bahan
yang disintesa pada periode G1 dirampungkan sehingga semua bahan sitoplasma dan
organel jadi rangkap dua. Lama G2 10-20% waktu daur (5 jam).
G2 segera disusul oleh pembelahan sesungguhnya (mitosis).
·
Pembelahan (mitosis)
Mitosis memiliki 4 fase yaitu:
·
Profase
ADN kromatin makin rapat dan padat menyebabkan bahan genetis itu jadi tebal dan pendek. Sekarang kromatin itu disebut kromosom. Karena dimasa persiapan kromatin sudah rangkap 2 maka kromosom yang terbentukpun rangka dua (kromatid). Muncul sentromer yang jumlahnya satu. Nukleus membesar kemudian pecah dan hancur. Sentromeryang mengandung satu pasang sentriol itu membelah jadi dua lalu sentrosom meregang. Selaput inti hancur dengan demikian kromosom terendam dalam sitoplasma. Serentak dengan hilangnya selaput inti antara sentrosom terentang serat mikrotubul dan mikrovilamen, yang disebut gelondong (spindel). Sentrosom kini disebut titik kutub.
ADN kromatin makin rapat dan padat menyebabkan bahan genetis itu jadi tebal dan pendek. Sekarang kromatin itu disebut kromosom. Karena dimasa persiapan kromatin sudah rangkap 2 maka kromosom yang terbentukpun rangka dua (kromatid). Muncul sentromer yang jumlahnya satu. Nukleus membesar kemudian pecah dan hancur. Sentromeryang mengandung satu pasang sentriol itu membelah jadi dua lalu sentrosom meregang. Selaput inti hancur dengan demikian kromosom terendam dalam sitoplasma. Serentak dengan hilangnya selaput inti antara sentrosom terentang serat mikrotubul dan mikrovilamen, yang disebut gelondong (spindel). Sentrosom kini disebut titik kutub.
·
Metafase
kromosom bergerak di bidang ekuador. Kini seluruh kromosom suatu sel bersama sentromelnya berada persis pada satu bidang datar, yakni bidang ekuator itu. Karena itu untuk memeriksa morfologi dan jumlah kromosom yang tepat pada sesuatu individu
kromosom bergerak di bidang ekuador. Kini seluruh kromosom suatu sel bersama sentromelnya berada persis pada satu bidang datar, yakni bidang ekuator itu. Karena itu untuk memeriksa morfologi dan jumlah kromosom yang tepat pada sesuatu individu
·
Anafase
Sentromer tiap kromosom membelah jadi dua, berikut kromatik dari
satu kromosom berpisah. Tiap kromatik pergi kekutub bersebrangan. Karena
kromatik dari tiap kromosom mengandung ADN yang sama persis maka tiap daerah
kutub kini mengandung kromosom yang jumlah dan kandungan ADN pun sama.
·
Telofase
Kromosom mengalami pelonggarann pilinan ADN lagi, menyebabkannya
jadi panjang dan halus. Nukleolus mulai muncul pada suatu bagian kromosom, yang
disebut pusat pengatur nukleolus. Serat gelondong hilang, disusul dengan muncul
selaput inti disekeliling kromosom. Pilinan ADN jadi sangat longgar, dan
kromosom kembali dalam bentuk kromatin.
·
Sitokinesis
Profase sampai telofase adalah kariokineis. Yakni pembikian inti
baru. Kariokinesis disusul oleh sitokinesis. Yakni pembikian sitoplasma bagi
tiap inti baru.
Meiosis
Adalah pembelahan reduksi yang hanya terjadi pada gametogenesis.
Sel induk ( gametogonium ) yang bersusunan diploid (2N) pada akhir pembelahan jadi sel anak atau
gamet yang bersusunan haploid (N). Meiosis terdiri dari dua tahap :
o
Meiosis pertama
o
Meiosis kedua
Masing- masing tahap memeiliki ke 4 fase yaitu profase, metafase,
anafase, dan telofase. Istrahat antara kedua tahap disebut interkinase
IV.
PENGERTIAN KANKER
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel
untuk:
·
Tumbuh tidak terkendali
(pembelahan sel melebihi batas normal)
·
Bermigrasi ke jaringan
tubuh yang lain melalui sirkulasi
darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
V.
PEMBELAHAN SEL TUMOR
Sel tumor atau karsinogen akan merusak Prontoonkogen , gen
supresor tumor dan akhirnya merusak regulasi atau siklus sel.
a.
Prontoonkogen dan Onkogen
Prontoonkogen adalah gen selular yang berfungsi untuk mendorong dan
meningkatkan pertumbuhan normal dan pembelahan sel dan memilki
kemungkinan besar untuk berkembang menjadi ganas dan bereplikasi menjadi banyak
dan tak terbatas
b.
Gen gen supresor tumor
Kebalikan dari protein mengubah protoonkogen yang meningkatkan
pertumbuan sel, gen gen supresor tumor menghambat atau “mengambil kerusakan”
pada pertumbuhan sel dan siklus pembelahan.
Mutasi pada gen supresor tumor menyebabkan sel mengabaikan satu
atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat, memindahkan kerusakan dari
siklus sel dan menyebabkan angka yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak
terkontrol (kanker). Pada cara yang menyerupai onkogen, hasil protein dari gen
supresor tumor berfungsi dalam semua bagian sel, pada permukaan sel dalam
sitoplasma dan nukleus.
Anti onkogen
atau supresor gen adalah gen yang resesif, yang kerjanya menghambat pertumbuhan
dan diferensiasi sel. Sehingga mencegah timbulnya transformasi sel. Biasanya ia
bekerja pada alel tipe wild. Anti onkogen mempunyai 2 alel. Jika kedua alelnya
hilang baru akan timbul transformasi sel, jika hanya satu saja tidak timbul
transformasi sel itu.
Gen supresor ini
umumnya terdapat pada kromosom 17, pada lengan pendek p53. Gen 17p53 ini
mensintesis protein p53 yang:
§
Bagian ujung yang satu mengandung amino yang berfungsi mentranskripsi
gen pertumbuhan
§
Bagian tengah untuk mengenal dan mengikat DNA
§
Bagian ujung yang lain berisi karboksi, memberi isyarat lokasi inti dan
tempat fosforilasi.
Gen supresor menghambat G1 ke S, untuk
memberi kesempatan mengadakan diferensiasi sel dan memperbaiki kerusakan sel
dan juga pada fase S.
Jika terjadi mutasi gen supresor, gen itu
menjadi rusak, dan produknya menjadi p53 “mutan” yang tidak stabil dan tidak
menghambat fase G1 ke S. sehingga ada kerusakan sel yang tidak sempat
diperbaiki. Makin lama kerusakan sel semakin parah kerusakannya. Protein p53
bereaksi dengan monoclonal antibody PAb 1620, sedang p53 ”mutan” dengan PAb
240.
c.
Kontrol siklus sel
Jika terjadi destruksi atau induktifasi, akan mengakibatkan
telomer normal (ujung kromosom yang memendek pada saat replikasi sel) jadi akan
stabil (panjang stabil atau tidak bisa memendek untuk pembelahan sel).
VI.
PATOFISIOLOGI KANKER
Penyebab dari kanker adalah dimana adanya agen perusak DNA yang
terdapat pada lingkungannya yaitu kimia,radiasi, dan virus. Sel
normal akan mengalami kerusakan DNA yang dimana akan terjadinya mutasi yang
dapat diturunkan dalam gen-gen yang menyerang perbaikan DNA dan Apoptosis.
Adanya mekanisme dimana aktifnya onkogen yang meningkatkan pertumbuhan,
mengganti gen yang mengatur Apoptosis
dan menon-aktifkan gen supresor kanker sehingga akan terjadinya hasil gen yang
sudah diganti dan hasil gen pengatur hilang. Jadi, adanya peluasan salinan
sehingga mutasi tambahan akan terjadi heterogenetik . Dan muncullah neoplasma
yang ganas yang akan menjadi kanker.
·
Kanker Esofagus adalah suatu keganasan
yang terjadi pada esofagus. (mutaqqin&sari 2011:350).
·
Karsinoma
Esofagus adalah keganasan pada esophagus yang biasanya berupa karsinoma jenis
epidermal dan berasal dari epitel skuamukosa. (Lin Inayah, 2004:34).
·
Kanker
esophagus adalah bentuk sel karsinoma skuamosa atau adenokarsinoma dari mukosa
esophagus (Black,2014)
·
Jadi
kanker esofagus adalah keganasan sel
pada esophagus (kerongkongan).
B. ANATOMI
DAN FISIOLOGI
v ESOPHAGUS
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang
sekitar 25cm dan diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk
menyatukan dengan lambung di gastroesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah
untuk membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung.
Submukosa esofagus tebal dan berlemak sehingga
mobilatas esofagus cukup tinggi. Lapisan otot mendorong makanan disepanjang
esofagus menuju lambung melalui gelombang peristaltic yang di rangsang oleh
saraf vagus, sedangkan pelumasan dihasilkan oleh mukosa penghasil mukus. Pada
bagian ujung bawah esofagus terdapat otot sirkular yang berfungsi sebagai
spingter yang tetap berkontriksi, kecuali jika terjadi proses menelan. Hal ini
mencegah terjadinya refluks isi lambung kedalam esofagus.
·
Proses Menelan
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama
karena hampir setiap saat faring melakukan beberapa fungsi lain disamping
menelan dan hanya di ubah dalam beberapa detik kedalam saluran gastrointestinal
untuk mendorong makanan. Hal ini terutama sangat penting adalah bahwa respirasi
tidak terganggu akibat menelan. Proses menelan dibagi menjadi :
1) Tahap
volunter
Bila makanan
sudah siap untuk ditelan”secara sadar” makanan ditekan atau digulung ke arah
posterior kedalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum,
setelah itu proses menelan menjadi hampir seluruhnya berlangsung secara
otomatis dan tidak dapat dihentikan. (gambar A)
2) Tahap
faringeal
Sewaktu bolus
makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah
reseptor menelan diseluruh pintu faring, khususnya pada tonsil. Impuls-impuls
dari sini berjalan kebatang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot
faringeal secara otomatis sebagai berikut : (gambar B)
a. Palatum
molle tertarik ke atas untuk menutupi naves posterior, dengan cara ini mencegah
refluks makanan ke rongga hidung.
b. Lipatan
palatofaringeal pada kedua sisi faring tertarik kearah media untuk saling
mendekat satu sama lain. Dengan cara ini, lipatan-lipatan tersebut membentuk
celah
sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk ke dalam faring posterior.
Celah ini melakukan kerja selektif sehingga makanan yang telah cukup dikunyah
dapat lewat dengan mudah, sementara menghalangi lewatnya benda yang besar.
c. Pita
suara laring bertautan secara erat, laring di tarik ke atas dan anterior oleh
otot-otot leher. Proses ini digabung dengan adanya ligamen yang mencegah
pergerakan epiglotis ke atas menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang di atas
pembukaan laring. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea.
d. Gerakan
laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan esofagus. Pada saat yang
bersamaan, 3-4 cm di atas dinding otot esofagus, suatu area yang dinamakan
spingter esofagus bagian atas atau spingter faringoesofageal berelaksasi
sehingga makanan dapat bergerak dengan mudah dan bebas dari faring posterior ke
dalam esofagus bagian atas. Diantara penelanan, spingter ini tetap berkontraksi
dengan kuat (sebesar tekanan 60mmHg didalam lumen usus), dengan demikian
mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi. Gerakan laring ke atas juga
mengangkat glotis keluar dari jalur utama makanan sehingga makanan biasanya
melewati sisi-sisi epiglotis dan bukan melintas di atas permukaannya. Hal ini
menambah pencegahan terhadap masuknya makanan kedalam trakea. Pada saat yang
bersamaan dengan terangkatnya laring dan relaksasi spingter faringoesofageal,
seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring dan
menyebar ke bawah sebgai gelombang peristaltik yang cepat melintas daerah
faring media dan inferior kemudian ke dalam esofagus, yang mending makanan ke
dalam esofagus.
3)
Tahan esophageal
Esophageal
berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring ke lambung, dan gerakkannya di
atur secara khusus. Normalnya, esofagus memperlihatkan 2 tipe gerakan
peristaltik : peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer
hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai di faring
dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal dari penelanan. Gelombang ini
berjalan dari faring ke lambung dlam waktu sekitar 8-10 detik. Makanan yang
ditelan seseorang dalam posisi tegak biasanya dihantarkan ke ujung bawah
esofagus bahkan lebih cepat daripada gelombang peristaltik itu sendiri, yaitu
sekitar 5-8 detik hal ini diakibatkan adanya efek gravitasi tambahan yang
menarik makanan ke bawah. Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong
semua makanan yang telah masuk ke esofagus kedalam lambung, maka akan terjadi
gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh
makanan yang tertahan, dan terus berlanjut sampai semua makanan di kosongkan ke
dalam lambung. Gelombang sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf
intrinsik dalam system saraf mienterikusesofagus dan sebagian oleh
refleks-refleks yang dihantarkan melalui serat-serat aferen vagus.
Susunan otot
faring dan 1/3 bagian atas esofagus adalah otot lurik. Oleh karena itu
gelombang peristaltic di daerah ini hanya diatur oleh impuls saraf rangka dalam
saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada 2/3 bagian bawah esofagus, ototnya
merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini juga secara kuat diatur oleh saraf
vagus yang bekerja melalui hubungannya dengan system saraf mienterikus. Sewaktu saraf vagus yang
menuju esofagus terpotong, setelah beberapa hari pleksus saraf mienterikus
esofagus menjadi cukup terangsang untuk menimbulkan gelombang peristaltik
sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan dari refleks vaga. Oleh karena itu
sesudah paralisis refleks menelan, makanan yang di dorong dengan cara lain ke
dalam esofagus bagian bawah tetap siap untuk masuk ke dalam lambung.
Esophagus bagian
atas mempunyai selaput lendir yang di bentuk oleh sel-sel berlapis gepeng
sedangkan di bagian bawah oleh sel-sel silindris yang sebagian menghasilkan
lendir. Lendiri ini penting untuk membasahi permukaaan dan melindungi diri dari
asam lambung yang tercecer ke atas, sedangkan sel berlapis gepeng perlu untuk
mengatasi gesekan oleh makanan yang masih keras.
Berbeda dengan proses menelan yang
aktif di pharyng, bahan makanan menuruni esophagus dengan bantuan gerakan
peristaltic dan gaya berat. Dalam keadaan normal, makanan akan menempuh jarak
kira-kira 25 cm dari esophagus dalam waktu 1-2 detik. Pada orang tua, gerakan
peristaltik yang melambat karena pengaruh usia memperlambat pula pengaruh
gravitasi sehingga proses itu berlangsung selama beberapa
menit.
Ada 3 tempat
penyempitan esophagus dimana makanan dapat tersangkut, yaitu pada pangkalannya
di leher laryng pada tempat di sebelah belakang percabangan batang tenggorokkan
(trachea) menjadi bronkus di tengah dada, dan pada tempat yang menembus sekat
rongga badan (diafragma).
Persarafan
parasimpatis esophagus diatur oleh saraf
vagus. Pada bagian bawah esophagus terdapat jaringan vena yang bisa
berhubungan dengan system pembuluh balik di hati. Bila terjadi kerusakan hati
yang akan membendung system pembuluh balik hati tersebut, kandungan ini akan
diteruskan ke vena yang di esophagus ini. Pada keadaan bendungan yang berat
vena akan memecah dan penderitanya mengalami muntah darah.
C. STADIUM
TUMOR
The
American Joint Committe on Cancer Staging membagi stadium
tumor berdasarkan TNM sistem. Metastasis dari karsinoma epidermal bermula dari
mukosa esofagus dan tumbuh intraluminar sebagai satu tumor dimana sering terdapat
ulserasi pada permukaannya
Stadium
kanker esofagus dengan menggunakan sistem TNM:
Tumor
primer
(T)
|
Kelenjar
getah bening (KGB)
Regional
(N)
|
Metastasis
jauh
(M)
|
|||
TX
|
Tumor
primer tidak dapat dinilai
|
NX
|
Kelenjar
getah bening regional tidak dapat dinilai
|
MX
|
Adanya
metastasis jauh tidak dapat dinilai
|
TO
|
Tumor
primer tidak terbukti
|
NO
|
Tidak
ada metastasis jauh
|
M0
|
Tidak
ada metastasis jauh
|
Tis
|
Carsinoma
in situ
|
N1
|
Ada
metastasis ke KGB regional
|
M1
|
Ada
metastasis jauh
|
T1
|
Invasi
ke lamina propria atau submukosa
|
||||
T2
|
Invasi
ke tunika muskularis propria
|
||||
T3
|
Invasi
ke tunika adventisia
|
||||
T4
|
Invasi
ke struktur sekitar
|
Pengelompokan
stadium dan prediksi bertahan hidup
Stadium
|
TNM
|
Bertahan
hidup setelah 5 tahun
|
||
Stadium 0
|
Tis
|
NO
|
MO
|
75%
|
Stadium I
|
T1
|
NO
|
MO
|
50%
|
Stadium IIA
|
T2
|
NO
|
MO
|
40%
|
T3
|
NO
|
MO
|
||
Stadium IIB
|
T1
|
N1
|
MO
|
20%
|
T1
|
N1
|
MO
|
||
Stadium III
|
T3
|
N1
|
MO
|
15%
|
T4
|
No
|
MO
|
||
Stadium Iva
|
Setiap T
|
Setiap N
|
M1a
|
<1%
|
Stadium Ivb
|
Setiap T
|
Setiap N
|
M1b
|
<1%
|
D. ETIOLOGI
Penyebab pasti kanker esofagus
tidak diketahui. Tetapi ada beberapa faktor yang dapat menjadi predisposisi
yang diperkirakan berperan dalam patogenesis kanker. Predisposisi penyebab
kanker esofagus biasanya berhubungan dengan terpajannya mukosa esofagus dari
agen berbahaya atau stimulus toksik, yang kemudian menghasilkan terbentuknya
displasia yang bisa menjadi karsinoma.
Beberapa faktor juga dapat memberikan kontribusi
terbentuknya karsinoma sel skuamosa, seperti berikut ini.
1. Defisiensi
vitamin dan mineral. Menurut beberapa studi, kekurangan riboflavin pada ras
china memberikan kontribusi besar terbentuknya kanker esofagus.
2. Pada
faktor merokok sigaret dan penggunaan alkohol secara kronik merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker esofagus.
3. Infeksi
papilomavirus pada manusia dan helicobacter pyltory disepakati menjadi faktor
yang memberi kontribusi peningkatan risiko kanker esofagus.
4. Alcohol dan zat karsinogen.
5. Lingkungan : Radiasi.
Penyakit
refluks gastroesofageal menjadi faktor predisposisi utama terjadinya
adenokarsinoma pada esofagus. Faktor iritasi dari bahan refluks asam dan garam
empedu didapatkan menjadi penyebab. Sekitar 10-15% pasien yang dilakukan
pemeriksaan endoskopik mengalami displasia yang menuju ke kondisi
adenokarsinoma. Pasien dengan iritasi refluks gastroesofageal sering
berhubungan dengan penyakit barret esofagus yang beresiko menjadi keganasan.
E.
PATOFISIOLOGI
Secara fisiologis jaringan esofagus
distratafikasi oleh epitel nonkeratin skuamosa. Karsinoma sel skuamosa yang
meningkat dari epitel terjadi akibat stimulus iritas kronik agen iritan. Alkohol,
tembakau, dan beberapa komponen nitrogen diidentifikasi sebagai karsinogenik
iritan.
Penggunaan alkohol dan tembakau
secara prinsip menjadi faktor resiko utama terbentuknya karsinoma sel skuamosa.
American cancer society mencatat
bahwa kombinasi yang lama antara minum alkohol dan tembakau akan meningkatkan
pembentukan substansi faktor resiko yang lebih tinggi. Nitrosamina dan
komponene lain nitrosil di dalam acar (asinan), daging bakar, atau makanan ikan
yang diasinkan memberikan kontribusi peningkatan karsinoma sel skuamosa pada
esofagus.
Beberapa kondisi medis yang
dipercaya meningkatkan karsinoma sel skuamosa, seperti akalasia, striktur,
tumor kepala dan leher, penyakit plummer-vinson
syndrome, serta terpajan dari radiasi. Karsinoma sel skuamosa meningkatkan
pada akalasia setelah periode 20 tahun kemudian. Hal ini dipercaya akibat
iritasi yang lama dari material lambung. Pada pasien striktur, akibat kondisi
kontak dengan cairan alkali akan meningkatkan sekitar 3% karsinoma sel skuamosa
setelah 20-40 tahun. Tumor kepala dan leher dihubungkan dengan karsinoma sel
skuamosa yang disebabkan oleh faktor penggunaan alkohol dan tembakau. Penyakit plummer-vinson sydrome akan mengalami
disfagia, anemia, defisiensi besi, dan web esofagus. Kondisi ini akan
meningkatkan insiden kejadian karsinoma sel skuamosa pastkrikoid.
Adenokarsinoma esofagus sering
terjadi pada bagian tengah dan bagian bawah esofagus. Peningkatan abnormal
mukosa esofageal sering dihubungkan dengan refluks gastroesofageal kronik. Metaplasia
pada startifikasi normal epitelium skuamosa bagian distal akan terjadi dan
menghasilkan epitelium glandular yang berisi sel-sel goblet yang disebut epitel barret. Perubahan genetik pada
epitelium meningkatkan kondisi displasia dan secara progresif membentuk
adenokarsinoma pada esofagus.
Penyakit refluks gastroesofageal
merupakan faktor penting terbentuknya epitel barret, pada pasien dengan
penyakit refluks gastroesofageal, sekitar 10% menghadirkan epitel barret pada
pasien dengan adanya epitel barret sekitar 1% akan terbentuk adenokarsinoma
esofagus. Oleh karena itu diperlukan untuk dilakukan biopsi endoskopik untuk
menurunkan risiko keganasan pada esofagus.
Adanya kanker esofagus bisa
menghasilkan metastasis ke jaringan sekitar akibat invasi jaringan dan efek
kompresi oleh tumor. Selain itu, komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap
tumor. Invasi oleh tumor sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum.
Invasi ke aorta mengakibatkan perdarahan masif, invasi ke aorta mengakibatkan
perdarahan masif, invasi ke perikardium terjadi tamponade jantung atau sindrom
vena cava superior, invasi ke serabut saraf menyebabkan suara serak atau
disfagia, invasi ke saluran nafas mengakibatkan fistula trakeoesofageal dan
esofagopulmonal, yang merupakan komplikasi serius dan progresif mempercepat
kematian.
F.
MANIFESTASI
KLINIK
·
Disfagia
·
Sakit
dada bagian depan dan bagian depan yang menetap meskipun tidak makan
·
Berat
badan menurun
·
Suara
serak karena nervus rekeren laringeus terkena
·
Fistula
trakeo brokhial dapat terjadi pada keadaan lanjut
·
Terasa
pembesaran limfe pada leher dan ketika melakukan pemeriksaan pita suara ,
ditemukan paralisis pada gerakan aduksi unilateral.
G. KOMPLIKASI
·
Invasi ke serabut saraf menyebabkan
suara serak atau disfagia,
·
invasi ke saluran napas mengakibatkan
fistula trakeoesofageal dan esofagopulmonal, yang merupakan komplikasi serius
dan progresif mempercepat kematian.
·
Sering terjadi obstruksi esofagus dan
komplikasi yang paling umum terjadi adalah pneumonia aspirasi yang pada
gilirannya akan menyebabkan abses paru dan empiema.
·
Selain itu, juga dapat terjadi gagal
napas yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau perdarahan. Perdarahan yang
terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan anemia defisiensi besi sampai
perdarahan akut massif. Klien sering tampak malnutrisi, lemah, dan gangguan
system imun yang kemudian akan menyulitkan terapi.
H.
PROGNOSIS
Buruk.
Terapi di atas biasanya tidak akan memperpanjang umur penderita lebih dari 5
tahun.
I.
TEST
DIAGNOSTIK
·
Pemeriksaan
fisik
·
Sinar
X
·
Radiologi
: Tumor esophagus, penyempitan esophagus
·
Esofagoskopi
dan biopsy
·
Sitologi
·
USG,
CT Scan dan MRI
·
Pemeriksaan
pita suara
J.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
·
Pemasangan
pipa plastic (Celestine tube) melewati lumen esophagus yang menyempit
·
Radiotrapi
·
Kemoterapi
·
Operasi
dan reseksi tumor
·
Gastrotomi
untuk pemberian makanan, tetapi tidak mengurangi bahaya obstruksi dan aspirasi
yang justru menjadi keluhan utama penderita.
Lambung kontak dengan cairan alkali
|
Kronik selama 20-40 tahun
|
Striktur
|
Iritasi material di lambung
|
Kronik selama 20 tahun
|
Akalasia
|
Terpajan
radiasi
|
Karsinoma sel skuamosa esofagus
|
Karsinogenik iritan
|
Alcohol
dan tembakau
|
Pathway kanker esophagus
Perubahan sel epithelium pada dinding esophagus
|
Biopsy endoskopi
|
Fase G1 (mensintesis RNA –DNA)
|
Fase S (pilinan DNA
dibuka,normalnya: Adenin-Timin, Guanin-Citosin)
|
Refluks gastroesofageal kronik
|
Terjadi di bagian tengah dan bawah
|
Terjadi mutasi DNA (pasangan DNA salah)
|
Fase G2 (normalnya terjadi apoptosis)
|
tidak terjadi apoptosis
|
muncul gen Onkogen berlebih
|
Gen rusak
|
Mutasi gen supresor
|
P53 normal di mutasi
|
P53 mutan
|
Kanker esofagus
|
Efek kompresi tumor
|
Serabut saraf local
|
Saraf vagus
|
Laring
|
Saraf rekeren laringeus
|
Aorta
|
Mediastinum
|
Vena Cava superior
|
perikardium
|
Saluran nafas
|
Persepsi nyeri
|
Nyeri
|
Disfagia
|
Anoreksia
|
Nutrisi kurang dari kebuthan
|
Suara serak
|
Perdarahan masif
|
CO menurun
|
Aliran darah seluruh tubuh merurun
|
Lemah , letih dan lesu
|
Ansietas
|
Tamponade jantung
|
Preload menurun
|
Fistula trakeosofageal
|
esofagopulmonal
|
Kematian
|
Korteks serebri
|
Talamus
|
O2menurun
|
sel
|
Metabolisme anaerob
|
Asidosis metabolik
|
Afterload menurun
|
CO menurun
|
Anemia
|
Trakea
|
metaplasia
|
Sel epitel glandular berisi sel goblet
|
Epitel barret
|
Inaktif gen suppressor (P53)
|
Muncul
neoplasma ganas
|
Proses profase, metaphase, anaphase dan
telofase terganggu
|
Proliferasi dan berdiferensisasi
|
Progresif pertumbuhan
|
Tidak stabil dan tidak menghambat fase G1
ke S
|
A. ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER ESOFAGUS
a)
Pengkajian
1)
Identitas klien
2) Riwayat
kesehatan
a. Keluhan
umum
Keluhan umum akan menentukkan prioritas
intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan
utama yang biasa muncul pada klien dengan gangguan saluran pencernaan bagian
atas seperti
1) Mual
dan Muntah
2) Badan
lemah
3) Nyeri
4) Nafsu
makan menurun (anoreksia)
5) Nyeri
tenggorokan.
6) Nyeri
Menelan
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Nafsu makan berkurang, Mengeluh nyeri bagian leher, Cepat merasa lelah,
dan Suara serak
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Perawat menanyakan
tentang riwayat penyakit pencernaan klien. Secara umum perawat perlu menanyakan
mengenai hal-hal berikut ini:
1) Apakah
klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
2) Riwayat
merokok, pernah terpapar radiasi atau zat karsinogen, hal tersebut merupakan penyebab
utama kanker esophagus dan kanker gaster . Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa nonperokok.
d. Riwayat
kesehatan keluarga dan
lingkungan
3) Pemeriksaan
fisik
a. Sistem respirasi
a) anamnese
v Kaji apakah klien perokok , jika ya kaji berapa banyak asupan setiap
harinya.
b)
Auskultasi
v
bunyi napas untuk menentukan adanya komplikasi
pulmonal
b. Sistem kardiovaskuler
Perdarahan massif akibat kompresi kanker
esophagus.
c. Sistem neurologi
Saraf local tertekan mengakibatkan nyeri, saraf
rekuren laringeus membuat suara serak
d. Sistem gastrointestinal
a) Anamnese
v Kaji nafsu makan
klien, apakah baik, meningkat atau menurun.
v Kaji adanya
ketidaknyamanan saat menelan, jika ya apakah yang terjadi hanya saat makanan
tertentu/ berhubungan dengan nyeri/ perubahan posisi mempengaruhi
ketidaknyamanan.
v Kaji adanya gejala
lain yang terjadi secara regular,
seperti regurgitasi, nocturnal, kembung, nyeri ulu hati, tekanan substernal,
sensasi makanan menyangkut di tenggorok, perasaan penuh setelah makan makanan
dalam jumlah sedikit, mual, muntah atau penurunan berat badan.
v
Kaji apakah klien mengkonsumsi alcohol, jika ya kaji berapa
banyak asupan setiap harinya.
v
Timbang berat badan klien dan ukur tinggi
badan untuk menentukan status nutrisi klien.
b) Inspeksi:
-
Adakah
pembesaran pada saluran esofagus
c) Palpasi
v Nyeri tekan bagian leher.
e. Sistem musculoskeletal
Pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan,
tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah :
malaise, kelemahan fisik umum, kram otot ekstremitas.
f. Sistem integumen
Biasanya didapatkan penonjolan di leher bila stadium nya lanjut
b)
Diagnosa Keperawatan Pada Klien Kanker Esofagus
v Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensinya
kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan, control nyeri
buruk dan kesulitan menelan.
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan
proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskulernya, obstruksi jaras saraf, inflamasi, efek samping berbagai
agen terapi saraf)
3. Kurang pengetahuan tentang gangguan esofagus,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksaan medic, intervensi bedah dan rehabilitasi.
Rencana
Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Operasi Kanker Esofagus
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker,konsekuensi kemotrapi, radiasi,
pembedahan, distres emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk dan kesulitan menelan.
|
Tujuan ; nyeri teratasi/hilang.pemenuhan kebutuhan nutrisi
adekuat
Kriteria Hasil:
a)
Nafsu
makan menigkat
b)
Makan
habis satu porsi (1 porsi)
c)
Berat
badan bertambah.
|
1. Kaji masukan makanan klien setiap hari.
2. Anjurkan klien mengunyah makanan dengan
sempurna dan menelan perlahan-lahan.
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
dengan makanan yang bersipat iritatif.
4. Anjurkan klien untuk diet tinggi kalori
kaya nutrien dengan memasukan cairan adekuat.
5. Berikan cairan pada makanan atau beri
minum saat makan.
6. Siapkan makanan dengan cara menarik.
7. Hindari makanan terlalu manis.
8. Ajarkan klien teknik relaksasi, dengan
latihan aktivitas sedang sebelum makan.
9. Timbang berat badan stip hari.
10. Berikan terapi antiemetik sebelum,
selama dan setelah pemberian agen antineoplastik.
11. Lakukan pemeriksaan laburatotrium:
limfosit, transfrien serum dan albumin.
12. Berikan vitamin A,D,E dan B6 sesuai program.
13. Berikan antasida sesuai program terapi.
14. Pemberian makanan enteral, atau jalur
sentral untuk hiperalimentasi parenteral sesuai indikasi.
Berikan makan enteral atau parenteral sesuai
program.
|
1.Mengidentifikasi status nutrisi klien
2. Memudahkan makanan masuk kedalam lambung.
3. Untuk mengurangi mual dan mencegah
muntah.
4.Menigkatkan pemenuhan kebutuhan jaringan
metabolik dan dab cairan.
5. Ciran memudahkan klien menelan makanan.
6. Untuk membantu merangsag nafsu makanan.
7. Untuk mencegah respon mual/muntah.
8. Dapat menurunkan perasaan mual. Dan
menigkatkan masukan oral.
9. Membantu dalam identifikasi terjadinya
malnutrisi.
10. Mual atau muntah merupakan efek samping
fisikologis kemoterapi.
11. Membantu mengidentifikasi malnutrisi
menentukan diet.
12. Mencegah kekurangan vitamin kerena kien
mengalami penurunan absrobsi vitamin.
13. Meminimalkan iritasi lambung dan
mengurangi resiko ulserasi mukosa.
14. Pemberian makanan melalui slang atau
NTP, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
|
2. Gangguan
rasa nyaman ;nyeri berhubungan dengan proses penyakit Komperasi/destruksi
jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskulernya, obstruksi jaras
saraf, inflamasi, efek samping
berbagai agen terapi saraf.
|
Kenyamanan klien terpenuhi :
a. nyeri hilang atau terkontrol
b. ekspresi wajah klien rileks
c. klien dapat istirahat dengan cukup
|
1. kaji karakteristik nyeri : lokasi,
frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10)
2. jelaskan kepada klien atau orang terdekat
tentang yang akan terjadi setelah program terapi : pembedahan, radiasi,
kemoterapi.
3. berikan tindakan kenyamanan dasar,
misalnya posisi, gosok punggung, dan aktivitas hiburan.
4. Ajarkan teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi.
5. jelaskan kepada klien agar menghindari
minuman terlalu panas atau dingin dan makan pedas.
6. jelaskan agar klien menghindari aktivitas
yang meregangkan area torakal.
7. anjurkan duduk tegak selama 1-4 jam
setiap selesai makan.
8. atur posisi tidur semi fowler
9. berikan antasida dan antagonis histamin
sesuai program prngobatan.
10. berikan analgesik sesuai program
pengobatan.
|
1. untuk mengevaluasi keefektifan i
ntervensi yang dilakukan.
2. meningkatkan pemahaman klien tentang
komlikasi terapi seperti : nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung
bawah, dan sakit kepala.
3. meningkatkan relaksasi otot dan membantu
memfokuskan perhatian.
4. memungkinkan klien untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
5. karena merangsang spasme esofagus dan
meningkatkan sekkresi asma hidroksida.
6. karena dapat meningkatkan nyeri.
7. untuk mecegah terjadinya refluk.
8. untuk mencegah terjadinya refluk.
9. untuk mencegah iritasi esofagus dan
lambung
10. dapat menurunkan atau menghilangkan
nyeri.
|
3.
Kurang pengetahuan tentang esofagus,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan medik, intervensi bedah dab
rehabilitasi.
|
Pemahaman klien tentang penyakitnya
meningkat. Dapat menjelaskan:
a. diagnosa
b. pemeriksaan diagnostik
c. pengobatan
d. efek samping pengobatan
klien siap untuk pengobatan
|
1.
kaji pemahaman
klien atau orang terdekat tentang diagnosa dan alternatif pengobatan yang
akan dilakukan
2. jelaskan tentang diagnosa penyakit dan
alternatif pengobatan atau prosedur tindakan dan tujuannya.
3. siapkan secara fisik dan psikologis untuk
tes diagnostik dan pengobatan yang akan diberikan
4. jelaskan efek samping yang mungkin timbul
setelah pengobatan diberikan.
|
1. mengindentifikasi pemahaman klien dan
menentukan kebutuhan informasi yang diperlukan.
2. klien mendapatkan penjelasan tentang
penyakitnya dan alternatif pengobatan yang akan dilakukan.
3. mengurangi kecemasan klien sehingga dapat
berpartisipasi dalam pengobatan.
4. klien mendapatkan kejelas tentang efek
samping pengobatan yang diberikan.
|
v Diagnosa Keperawatan Post Operasi/Pasca Bedah
Klien dengan Kanker Esofagus
1. Actual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang
adekuat
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
esofagus, respons pembedahan
3. Resiko tinggi berhubungan dengan adanya port de entree luka pascabedah
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1.
Actual/resiko tinggi ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
makanan yang adekuat
|
Tujuan ; Setelah 3x24 jam pada pasien
nonoperasi dan setelah 7x24 jam pasca bedah , intake nutrisi dapat optimal
dilaksanakan .
Kriteria evaluasi :
Pasien dapat menunjukan metode menelan
makanan yang tepat .Terjadi penurunan gejala refluk esofagus , meliputi ;
odinofagia berkurang ,pirosis berkurang , RR dalam batas norma 12-20 x/menit.
Berat badan pada hari ke 7 pascabedah meningkat 0,5 kg
|
1. Intervensi nonoperasi
1.
Anjurkan
pasien makan dengan pelahan dengan saksama
2.
Evaluasi
adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan
3.
Sajikan
makanan dengan cara yang menarik
4.
Fasilitasi
pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien ( sesuai indikasi )
5.
Pantau
intake dan output ,anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (
sekali seminggu)
6.
Lakukan
dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan ,serta sebelum dan
sesudah intervensi /pemeriksaan peroral
Intervensi pascabedah ;
|
1.
Makanan
dapat lewat dengan mudah ke lambung
2.
Beberapa
pasien mungkin mengalami alergi terhadap beberapa komponen makanan tertentu
dan beberapa penyakit lain ,seperti diabetes melitus ,hipertensi gout dan
lainnya sehingga memberikan manifestasi terhadap persiapan komposisi makanan
yang akan diberikan
3.
Membantu
merangsang nafsu makan
4.
Memperhitungkan
keinginan individu dapat memperbaiki intake nutrisi
5.
Berguna
dalam mengukue keefektfan nutrisi dan dukungan cairan
6.
Menurunkan
rasa tidak enak karena sisa makanan juga bau obat yang dapat merangsang
muntah
1.
Setelah
esofagektomi pasien tidak boleh mendapat asupan apapun dari mulut dalam waktu
7x24 jam untuk menghindari kebocoran pada anastomosis atau formasi fistula.
Pasien akan memakai selang nasogastrik yang terpasang pada alat pengisap
berkelanjutan dengan tekanan rendah ( low-level continous or intermittent
suction ). Obat-obatan oral akan dihancurkan dan dimasukan melalui selang
nasogastrik dan tidak boleh ditelan
2.
Intervensi
ini untuk menurunkan resiko infeksi oral
3.
Pembersihan
ini selain untuk menjaga kepatenan selang nasogastrik juga untuk meningkatkan
penyembuhan pada area pasca esofagektom
4.
Pemberian
nutrisi cair dilakukan untuk memenuhi itake nutrisi melalui gastroinstestinal
. Penentuan hari harus dikolaborasikan dengan tim medis yang merawat pasien
karena tim medis mengetahui bagaimana kondisi jaringan pada saat dilakukan
intervensi esofagektomi
5.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi kemampuan jaringan pasca bedah
6.
Pada
fase awal pemberian nutrsi oral pasien dianjurkan untuk makan 6-8 bolus kecil
makanan setiap hari karena bolus makanan tidak bisa ditoleransi
gastrointestinal. Pasien juga dihindari dari komponen makanan yang terlalu
hangat atau terlalu dingin ( Mackenzie,2004 )
7.
Ahli
gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu
8.
Intervensi
untuk mencegah terjadinya refluks
|
2. Nyeri b.d iritasi mukosa esofagus, respon
pembedahan
|
Tujuan ; dalam waktu 7x24 jam pascabedah
nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi ;
Secara subjektif (pernyataan nyeri berkurang
atau teradaptasi.
Skala nyeri 0-1 (0-4)
TTV dalam batas normal , wajah pasien rileks
|
1.
Jelaskan
dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif
2.
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan , meliputi ;
3.
Kaji
nyeri dengan pendekatan PQRST
4.
Istirahatkan
pasien pada saat nyeri muncul
5.
Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul
6.
Ajarkan
teknik distraksi pada saat nyeri
7.
Rawat
pasien di ruang intensif
8.
Lakukan
manajemen sentuhan
9.
Tingkatkan
pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung
10. kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
analgesik via intravena
|
1.
Pendekatab
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi nyeri
Manajemen nyeri merupakan kunci dari
penatalaksanaan pasien pasca operasi . Keadekuatan kontrol nyeri pasca
operasi esofagektomi merupakan unsur yang paling penting dalam menurunkan
mortilitas dan morbiditas (makenzei, 2004)
2.
Tsui (1997 ) melaporkan dengan keadekuatan
kontrol nyeri akan menurunkan resiko gangguan kardiovaskuler mempercepat hari
rawat dan menurunkan tingkat kematian pasca –esofagektomi transtorakal
Penelitan ini memberikan arti penting pada perawat yang melakukan manajemen
nyeri keperawatan agar kondisi nyeri yang dilaporkan pasien tidak disepelekan
dan harus dilakukan intervensi sesuai dengan tingkat toleransi individu
3.
Pendekatan
PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi nyeri pasien . Apabila
pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4 ) hal ini merupakan peringatan yang perlu
perawat waspadai karena memberikan manifesrasi klinik yang bervariasi dari
komplikasi pascaoperasi esofagektomi
4.
Istirahat
secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal
5.
Meningkatkan
intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
intestinal
6.
Distraksi
( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal
7.
Untuk
mampu mengontrol nyeri , pasien harus dirawat diruang intensif . Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan . Istrirahat akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan perifer
8.
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri
9.
Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik
10. Analgesik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat presepsi nyeri di korteks serebri sehingga
nyeri dapat berkurang
|
4.
Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de enteree
dari luka pembedahan
|
Tujuan ; Dalam waktu 12x24 jam tidak terjadi
infeksi ,terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak .
Kriteria evaluasi ;
Jahitan dilepas pada hari ke 12 tanpa adanya
tanda-tanda infeksi dan perdangan pada area luka pembedahan , leukosit dalam
batas normal , TTV dalam batas normal .
|
1.
Kaji
jenis pembedahan hari pembedahan dan apakah adanya order khusus dari tim
dokter bedah dalam melakukan perwatan luka
2.
Buat
kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering
Lakukan perawatan luka ;
7.
Tutup
luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester adhesif yang menyeluruh
menutupi kasa
8.
Angkat
drainase pascabedah sesuai pesanan medis
9.
Kolaborasi
penggunaan antibiotik
|
1. Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan
dari tujuan yang diharapkan.
2. Kondisi bersih dan kering akan menghindari
kontaminasi komensal dan akan menyebabkan respons inflamasi lokal dan akan
memperlama penyembuhan luka.
3. Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril
sehingga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah
4.
Insisi
pada leher yang basah akan dilakukan perawatan luka kering 2-3 kali sehari
dengan tujuan untuk mendeteksi kebocoran dari anastomosis pascaesofagektomi
5. Semua drain pascaoperasi esofagektomi
merupakan material yang menjadi jalan masuk kuman . Perawat melakukan
perwatan luka setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi pembalut drain
apabila kotor maka harus diganti
6.
Pembersihan
debris ( sisa fagositosis jaringan mati ) dan kuman sekitar luka dengan
mengoptimalkan kelebiha dari iodine providum sebagai antiseptik dan dengan
arah dari dalam keluar dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka
7.
Antiseptik
iodine providum mempunyai kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi
jaringan sehingga memperlambat pertumbuhan luka maka harus dibersihkan dengan
alkohol atau normal salin
8. Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari kontaminasi dan benda atau udara yang bersentuhan dengan luka
bedah
9. Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk
menurunkan risiko infeksi
10. Antibiotik infeksi diberikan selama 3 hari
pascaoperasi yang kemudian dilanjutkan antibiotik oral sampai jahitan dilepas
. peran perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat alergi antibiotik serta
memberikan antibiotik sesuai pesanan dokter
|
§ Evaluasi Keperawatan Klien dengan Kanker
Esofagus
Evaluasi yang
diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhi informasi pemeriksaan diagnostik ,
intervensi kemoterapi , radiasi dan prabedah
2. Tidak mengalami injuri dan komplikasi
pascabedah
3. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
4. Terjadi penurunan respons nyeri
5. Terjadi infeksi pasca bedah
6. Kecemasan pasien berkurang
A. PENGERTIAN
·
Kanker lambung adalah suatu keganasan
yang terjadi di lambung, sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis
kanker lambung lainnya adalah leimiosarkoma (kanker oto polos). Kanker lambung
sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker teertentu terjadi pada
orang dibawah usia 50 tahun (Ostern, 2003)
·
Kanker lambung adalah sejenis kanker
saluran cerna dengan insidensi paling tinggi, akhir tahun 1997 telah dibuktikan
bahwa Helcobacter pylori juga memegang peranan kausal pada semua tumor ini,
banyak pengidap kanker lambung semula melalui gastritis kronis dan atrifia sel
diduga berangsur-angsur menyebabkan berkembangnya tumor ganas, pembedahan dan
radiasi kini tidak diperlakukan lagi karena kuman dapat dibasmi dengan
antibiotika. (Tjay, Tan Joan:2002)
·
Kanker lambung adalah adekarsinoma yang
muncul paling sering sebagai massa irregular dengan
penonjolan ulserasi sentra yang dalam ke lumen dan menyerang lumen dinding
lambung. (Harnawatiah:2008)
B. ANATOMI FISIOLOGI LAMBUNG
v
LAMBUNG
Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai kantung dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Lambung terdiri dari antrum kardia (yang menerima esofagus), fundus besar seperti kubah, badan utama atau korpus dan pylorus (Price & Wilson, 2006)
Gambar
1. Anatomi Lambung manusia (Mooreet al, 2010)
Perdarahan
lambung berasal dari arteri gastrica sinistra yang berasal dari truncus
coeliacus, arteri gastricdekstra yang dilepaskan dari arteri hepatica, arteri
gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastroepiploica
cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastroomentalis yang berasal dari
arteri splenica, dan arteri gastrica breves berasal dari distal arteri splenica
(Mooreet al, 2010).
Gambar
2Arteriarteri gaster (Moore et al., 2010).
Vena- vena
lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak dan lintasan.Vena
gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra mencurahkan isinya ke dalam
vena porta hepatis, dan vena gastrica breves dan vena gastro-omentalis membawa
isinya ke vena splenica yang bersatu dengan vena mesentrika superior untuk
membentuk vena porta hepatis. Vena gastro-omentalis dekstra bermuara dalam vena
mesentrica superior (Mooreet al.,2010).
Gambar
3. Penyaluran vena-vena gaster (Moore et al, 2010)
Pembuluh limfe
lambung mengikuti arteri sepanjang curvatura mayordan curvatura gastric minor. Pembuluh-pembuluh
ini menyalurkan limfe dari permukaan ventraldan permukaan dorsal lambung kedua curvature
tersebut utuk dicurahkan kedalam nodi lymphoideigastroepiploiciyang tersebar
ditempat tersebut. Pembuluh eferen dari kelenjar limfe ini mengikuti arteri
besar ke nodi lymphoidei coeliaci (Moore et al,2010).
Persarafan
lambung parasimpatis berasal dari truncus vagalis anteriordan truncus vagalis
posteriorserta cabangnya. Persarapan simpatis berasal dari segmen medula
spinalis T6-T9 melalui plexus coeliacusdan disebarkan melalui plexussekeliling
arteria gastrica dan arteria gastro-omentalis(Moore et al.,2010)
2.Histologi
Lambung
Lambung
adalah organ endokrin-eksokrin campuran yang mencerna makanan dan mensekresi
hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang melebar dengan fungsi utama
menambahkan cairan asam pada makanan yang masuk, mengubahnya melalui aktifitas
otot menjadi massa kental (khimus)dan melanjutkan proses pencernaan yang telah
dimulai dalam rongga mulut dengan menghasilkan enzim proteolitik pepsin.
Lambung juga membentuk lipase lambung yang
menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual (Junqueiraet al.,2007)
Gambar
6. Potongan lambung (Junqueiraet al., 2007).
Pada
pemeriksaan mikroskopis dapat dibedakan menjadi empat daerah : kardia, fundus,
korpus dan pilorus. Bagian fundus dan korpus memiliki struktur mikroskopis yang
identik,sehingga secara histologi hanya ada tiga daerah. Mukosa dan submukosa
lambung yang tidak direnggangkan tampak makanan,maka lipatan ini akan merata
(Junqueiraet al., 2007
a. Mukosa
Mukosa
lambung terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan mukosa muskularis.
Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga
meluas kedalam dan melapisi foveola gastrica yang merupakan invaginasi epitel
permukaan. Di daerah fundus lambung, foveola ini tidak dalam dan masuk kedalam
mukosa sampai kedalaman seperempat tebalnya. Dibawah epitel permukaan terdapat
lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina propia, yang mengisi celah diantara
kelenjar gastrika. Lapisan luar mukosa dibatasi selapis tipis otot polos yaitu
mukosa muskularis yang terdiri atas lapisan sirkuler didalam dan longitudinal
diluar. Berkas serat otot polos dan mukosa muskularis meluas dan terjulur
kedalam lamina propria diantara kelenjar lambung kearah epitel permukaan (Junqueiraet al., 2007).
b. Kardia
Kardia
adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3cm pada peralihan antara esofagus
dan lambung. Lamina propria nya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks
atau bercabang. Bagian terminal kelenjar ini banyak sekali bergelung dan sering
dengan lumen lebar. Hampir semua sel sekresi menghasilkan mucus dan lisozim,tetapi
terlihat beberapa sel parietal (yang menghasilkan HCL). Struktur kelenjar ini
serupa dengan kelenjar kardia bagian akhir esofagus (Junqueiraet al.,2007).
c. Fundus dan Korpus
Lamina
propria didaerah ini terisi kelenjar lambung. Penyebaran sel-selepitel pada
kelenjar lambung tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel-sel pra kembang
dan sel mukosa leher, sedangkan bagian dasar kelenjar mengandung sel parietal
(oksitik), sel zimogen (chief cell) dan sel enteroendokrin.Sel parietal berupa
sel bulat atau berbentuk piramid,dengan satu inti bulat ditengah,dengan
sitoplasma yang sangat eosinofilikdan membentuk kanalikulus intraseluler
(Junqueiraet al., 2007).
d. Pilorus
Kelenjar
pilorus lambung adalah kelenjar mukosa tubular
bercabang atau bergelung. Kelenjar ini mengeluarkan mukus dan cukup
banyak lisozim. Sel gastrin (G)yang melepaskan gastrin, tersebar diantara sel-sel mukosa dari
kelenjar pilorus.Gastrin yang merangsang pengeluaran asam oleh sel parietal
dari kelenjar lambung. Sel enteroendokrin lain (sel D) mengeluarkan somatostatin
yang menghambat pelepasan hormon lain termasuk gastrin(Eroschenko, 2003)
e. Lapisan Lain Dari Lambung
Submukosa
adalah lapisan tepat dibawah mukosa muskularis. Pada lambung kosong, lapisan
ini meluas sampai ke dalam lipatan atau rugae. Submukosa mengandung jaringan
ikat tidak teratur yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen
dibandingkan dengan lamina propria.Muskularis mukosa tampak jelas pada sediaan
lambung, terdiri atas dua lapis otot polos yaitu lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar (Junqueiraet al., 2007)
3. Ketahanan Mukosa Lambung
Menurut
Enaganti(2006) ketahanan mukosa lambung(sering disebut sitoproteksi)memegang
peranan untuk mempertahankan integritas mukosa lambung dari bahan berbahaya
(faktor agresif) secara endogen yaitu asam klorida, pepsindan garam empedu,
maupun secaraeksogen seperti obat, alcohol dan bakteri. Sistem pertahanan
tersebut terdiri atas :
a. Mukus dan Bikarbonat (mucous
barrier)
Pada mukosa lambung dan duodenum
diproduksi mukus (glikoprotein) dan bikarbonat. Lapisan mukus ini
melapisipermukaan mukosa dengan tebal 2-3 kali tinggi sel epitel
permukaan.Mukus dan bikarbonat berfungsi melindungi mukosa terhadap pengaruh
asam dan pepsin, empedu dan zat perusak luar. Salisilat dan analgetik non steroid
lain dapat merusak lapisan mukus ini (Robbinset al.,2007).
b. Resistensi Mukosa(mucosal
resistance, barrier)
Faktor yang berperan disini adalah
daya regenerasi sel (cell turn over), potensial listrik membran mukosa dan
kemampuan penyembuhan luka. Cairanempedu dan salisilat dapatmenurunkan
potensial listrik membran mukosa.Kerusakanatau kehilangan sel akan segera dikompensasi
dengan mitosis sel, sehingga keutuhan permukaan mukosa dipertahankan(Enaganti,
2006).
Kemampuanproliferasiselmukosa sangat
penting untukmempertahankan keutuhan mukosa dan penyembuhan lesi mukosa. Pada
penderita dengan lesi mukosaakut dalam waktu singkat akan terjadi proliferasi sel untuk
menutupi lesi (Johnson et al., 2007)
c. Aliran Darah Mukosa(mikrosirkulasi)
Aliran
darah mukosa yang menjamin suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat adalah
pentinguntuk ketahanan mukosa. Setiappenurunan aliran darah baik lokal maupun
sistemik akan menyebabkan anoksia sel, penurunan ketahanan mukosa dan
memudahkan terjadinya ulserasi (Ramakrishnan& Salnas, 2007).Penurunan
perfusi darah pada mukosa lambung memegang peranan penting dalam patofisiologi
ulkus akibat stress (stress ulser) pada syok,sepsis, trauma berat dan
sebagainya.Pada orang tua dengan ulkus lambungternyata disertai
arteriosklerosis dan atrofimukosa, keadaan ini yang mempermudahkerusakan mukosa
lambung (Toruner, 2007).
d. Prostaglandindan Beberapa Faktor
Pertumbuhan
Disamping
ketiga faktor tersebut diatas, ternyata Prostaglandin (PG)yang dihasilkan
mukosa lambung dan duodenum mempunyai peranan penting dalam ketahanan mukosa
(efek sitoprotektif).Peranan PG tersebut antara lain meningkatkan sekresi mukus
dan bikarbonat,mempertahankan pompa sodium, stabilisasi membran sel dan
meningkatkan aliran darah mukosa.Komponen lain yang akan memelihara ketahanan
mukosa adalah epidermal growth factor (EGF) dan transforming growth factor
alpha (TGF-α).Kedua peptida ini pada lambung akan meningkatkan produksi mukus
dan menghambat produksi asam (Philipson et al., 2008).
4. Perarafan dan aliran darah pada
lambung
Persarafan
pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung
di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus
mencabangkan ramus gastric, pilorik, dan seliaka. Persarafan simpatis melalui
saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum. Serabut-serabut afferent simpatis
mengahambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus auerbach dan submukosa
(meissner) membentuk persarafan intrinsic diding lambung dan mengkoordinir
aktivitas motoric dan sekresi mukosa lambung. Suplai darah dilambung bersal
dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri duodenalis
dan pancreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus
posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri
menyebabkan perdarahan. Draah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari
pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena
porta.
5. Proses pencernaan makanan di
lambung
a. Mekanik
Beberapa
menit setelah makan memasuki perut , gerakan peristaltic yang lembut dan
berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut
setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurkannya dengan
hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang encer yang
disebut chime. Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang merupakan tempat
penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu jam atau lebih tanpa
tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air
liur tetap berlanjut.
Selama
pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai
dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pylorus. Pyloric spinchter hampir
selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pylorus,
setiap mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang
berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan
ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab
pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.
b. Kimiawi
Prinsip
dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa,
pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan
peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang tediri
dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil disebut peptide.
Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan
menjadi inaktif dilingkungan yang basa. Pepsin disekresikan mejadi bentuk
inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel
zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin
akttif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan
oleh sel parietal. Kedua sel-sel dilambung diindungi oleh mucus basa, khususnya
setelah pepsin diativasi. Mucus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara
mukosa dengan getah lambung.
Enzim lain
dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida rantai
pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan
baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang
dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase
pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan
renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk
memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu seringnyalewatnya susu dari
lambung menuju ke duodenum. Renin tidak terdapat pada sekresi orang dewasa.
Enzim dan hormone yang berperan
dalam pencernaan di lambung
Hormone Gastrin
Kerja
|
Makna Fisiologis
|
Merangsang
sekresi asam dan pepsin
|
Mempercepat
pencernaan
|
Merangsang
sekresi factor intrinsic
|
Mempermudan
absorpsi dalam usus
|
Meransang
sekresi enzim pankreas
|
Mempermudah
pencernaan
|
Merangsang
peningkatan aliran empedu hati
|
Mempermudah
pencernaan
|
Merangsang
pengeluaran insulin
|
Mempermudah
metabolisme glukosa
|
Menghambat
pengosongan lambung sebelum diteruskan ke usus
|
Mempermudah
pencampuran
|
Mempermudah
relaksasi reseptif lambung
|
Lambung
dapat dengan mudah meningkatkan volume, tanpa meningkatkan tekanan
|
Meningkatkan
tonus istirahat SEB
|
Mencegah
refluk lambung waktu pecampuran dan pengadukan
|
Menghambat
pengosongan lambung
|
Memungkinkan
pencampuran seluruh isi lambung
|
Tahapan perkembangan kanker lambung
Ada empat tahapan yang menentukan
tinkat keparahan penyakit kanker lambung di antaranya :
·
Stadium 1 :pada tahap ini kanker sudah mulai tumbuh di
dalam lapisan jaringan di dalam lambung atau sudah menyebar pada kelenjar getah
bening terdekat.
·
Stadium 2 : pada tahap ini penyebaran kanker di
dalam kelenjar getah bening makin meluas, serta telah menyebar lebih dalam pada
lapisan otot dinding lambung.
·
Stadium 3 : pada tahap ini seluruh lapisan
lambung sudah digerogoti kanker atau banyak pertumbuhan kanker kecil yang
menyebar ke banyak kelenjar getah bening
·
Stadium 4 : ini merupakan tingkat paling arah
dari kanker lambng. Pada taha ini kanker telah menyebar makin jauh dan
menyerang organ-organ tubuh lainnya.
C. ETIOLOGI
Konsumsi
tinggi makanan yang diasinkan dan diasap atau makanan terkontaminasi dengan
alfatoksin telah dikaitkan dengan peningkatan insiden kanker lambung. Perokok
dan engguna alkohol berhubungan dengan perkembangan dari kanker lambung.
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi sejumlah fator
dihubungkan dengan penyakit tersebut. Juga dipercaya bahwa actor exogen dalm
lingkungan seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil
bagian penting dalam karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak yang
lama dengan makanan, bahan-bahan makanan sudah dikaitkan. Ada yang timbul
sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit
dalam diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa
senyawa karsinogen seperti nitrosamine dan nitrosamide dapt dibentuk oleh gerak
pencernaan.
Ada
beberapa factor yang bias meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi
hal-hal sebagi berikut :
1. Factor
predisposisi
a) Factor
genetic
Sekitar 10% klien yang
mengalami kanker lambung memiliki hubungan genetic. Walaupun masih belum
sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada
50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip
adenomatis juga dihubungkan dengan kondisi genetic pada kanker lambung.
(Bresciani, 2003)
b) Factor
umur
Pada kasus ini
ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar 5% klien
kanker lambung berusia kurang dari 35 tahu dan 1% kurang dari 30 tahun.
(Neugut, 1996)
2. Factor
prespitasi
a) Konsumsi
makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan
Beberapa studi
menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi factor utama
peningkatan kanker lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines dalam lambung. Kondisi terlambatnya
pengosongan asam lambung dan peningkatan kmposisi nitrosamines didalam lambung
memberikan konstribusi terbentuknya kanker lambung. (Yabro, 2005)
b) Infeksi
H. Pylori adalah bateri penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80% tukak
lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini menempel dipermukaan dalam tukak lambung
melalui interaksi antara membrane bakteri lektin dan oligosakarida spesifik
dari glikoprotein mebran sel-sel epitel lambung (fuccio, 2009). Mekanisme utama
bakteri ini dalam mengnisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun
VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung
melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom,
peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membrane plasma, atau
apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H Pylori juga
mneginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi makan akan
menghasilkan yang lebih luas yang ridak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan
lambung, tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan dilendir
lambung juga merupakan factor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic
neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma MALT (Mucosa Lymfoid Tissue).
Infeksi H. Pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan
menyebabkan dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung
(santacroce, 2008).
c) Mengkonsumsi
rokok dan alcohol
Klien dengan konsumsi
rokok lebih dari 30 batang per hari dan kombinasi dengan konsumsi alcohol
kronik akan meningkatkan risiko kanker lambun. (Gonzalez. 2003)
d) NSAIDs
Inflamasi polip lambung
bias terjadi pada klien yang mengkonsumsi NSAIDs dalam jangka waktu yang lama
dalam hal ini (polip lambung) dapat menjadi precursor kanker lambung. Kondisi
polip lambung berulang akan menigkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006)
e) Anemia
pernisiosa
Kondisi ini merupakan
penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12) disebabkan
oleh kurangnya factor intrinsik sekresi lambung, kombinasi anemia pernisiosa
dengan infeksi H. Pylori, memberikan konstribusi penting terbentuknya
tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce, 2008)
Kanker lambung juga dapat timbul oleh penyebab
sebagi berikut :
1. Gastritis
kronis
2. Factor
infeksi (H. Pylory)
3. Herediter
4. Sering
makan dagng hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan
5. Sering
makan makanan yang terlalu pedas
6. Kurang
makanan yang mengandung serat
D. FAKTOR
RISIKO
Factor
risiko pekerjaan juga dikaitkan dengan batubara, pabrik pengelolaan tembaga,
pemrosesan karet, kayu, dan abses semua telah menunjukan insiden lebih tinggi.
Munculnya masalah kesehatan seperti anemia pernisiosa, ulkus lambung, atau
polip, gastritis kronis, metaplasti usus, dan tumor perimer lain, meningkatkan
insiden kanker lambung.
E. KLASIFIKASI
KANKER LAMBUNG
Adenoma
menunjuan hampir 90% tumor maligna lambung. Limfoma berjumlah sampai 8%,
leimiosarkoma terjadi 1%-3%. Lain-lain tipe tumor lambung maligna yang jarang
meliputi karsinoid, plasmatoma, dan kanker metastatik.
1. Early
gastric cancer (tumor ganas lambung dini)
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi,
gastroskopi pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas :
a) Tipe
I
Tumor ganas yang
menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk polipoid.
Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan denan atau tanpa ulserasi
b) Tipe
II
Dapat dibagi atas 3 sub
tipe:
1. Elevated
type
Tampaknya sedikit
elevasi mukosa lambung,. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan
lebih meluas dan melebar
2. Flat
type
Tidak terlihat elevasi
atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna mukosa
3. Depressed
type
Didapatkan di permukaan
yang irregular dan pinggir tidak rata (irregular) hiperemik/perdarahan.
c) Tipe
III
Meneyerupai Bormann II (tumor
ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti IIC + III atau III + IIc
dan IIa +Ic
2. Advance
gastric cancer (tumor ganas lanjut)
Menurut klasifikasi
Bormann dapat dibagi atas :
a) Bormann
I
Bentuknya berupa
polipoid karsinoma yang sring juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
sekitar tumor atropik dan irregular
b) Bormann
II
Merupakan Non
Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya
menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna
kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat
hiperemik
c) Bormann
III
Berupa infiltrating
carsinomastous type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dari infiltrasi
difud pada meluruh mukosa
d) Bormann
IV
Berupa bentuk diffuse
infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus
pada seluruh mukosa.
F. PATOFISIOLOGI
Seperti
pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaste juga belum
diketahui secara pasti. Factor yang mempermudah timbulnya tumor ganas gaster
adalah perubahan mukosa yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik,
polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di samping itu juga pengaruh keadaan
lingkungan mungkin memegang peran penting terutama pada penyakit gaster seperti
dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia. Ternyata
pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas
gaster kebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan hidup mempunyai peran
penting, makanan panas dapat menimbulkan factor timbulnya tumor ganas seperti
juga makanan yang diasap ikan asin yang mungkin mempermudah timbulnya tumor
ganas gaster. Selain itu factor lain yang memepengaruhi Adalah factor herediter, dan faktro
ifeksi H. Pylori. Karsinoma gaster bersal dari pertumbuhan epitel pada membrane
mukosa gaster. Kebanyakan karsinoma gaster erkembang pada bagian bawah gaster.
Sedangkan atrofi gaster didapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk seperti berikut :
1. Seperempatnya
berasal dari propria tang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen sebagai
massa
2. Seperempatnya
berbentuk tumor yang berulserasi
3. Massa
yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot
4. Penyebarannya
melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan
5. Bentuk
linisplastika
6. Sepertiganya
karsinoma berbagai bentuk di atas
Prognosis yang baik berhubungan dengan
bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada
bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster sering ke hati, arteri hepatica
dan celiac, pancreas dan hilussekitar limpa. Dapat juga tulang, paru, otak dan
bagian lain saluran cerna
G. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala
awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai
di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Pada tahap awal kanker
lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa
gejala awal, seperti nyeri yang hilang
dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada klien dengan ulkus
benigna.
Gejala penyakit progresif dapat meliputi :
·
Tidak dapat makan
·
Anoreksia
·
Dyspepsia
·
Penurunan berat badan
·
nyeri abdomen
·
Konstipasi,
·
Anemia
·
Mual serta muntah.
·
Asites (perut membesar)
·
Keram abdomen
·
Darah yang nyata atau samar dalam tinja
·
Hematemesis
·
Kelemahan
·
Regurgitasi
H. KOMPLIKASI
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi
akut dan perforasi kronis
2. Hematemesis
Hematemesis yang massif
dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat menimbulkan
anemia
3. Obstruksi
Dapat terjadi pada
bagian bawah lambung dekat daerah pylorus yang disertai keluhan muntah-muntah
4. Adhesi
Jika tumor mengenai
dinding lambung dapat tejadi perlengketan dan infiltasi dengan organ sekitarnya
dan menimbulkan keluhan nyeri perut.
Komplikasi setelah pembedahan meliputi :
·
Steatorea, sindrom dumping, mual dan
muntah
·
Penurunan berat badan, defisiensi
vitamin, dan diare
·
Kebocoran daerah anastomosa
·
Terjadinya perkumpulan massa dari esidu
makanan yang mungkin menyebabkan obstruksi usus yang disebut benzoar
·
Metastase dengan cepat karena lambung
adalah organ dengan banyak pembuluh limfatik dan pembuluh darah.
I. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
Pemeriksaan radiologi
Pemberian barium oral
atau seri gastrintesinal bagian atas dapat mengindikasikan adanya lesi dalam
lambung
·
CT Scan dan MRI
Untuk mengetahui massa
dan menetukan luasnya penyebaran (metastasis) dari kanker lambung
·
Endoskopis dengan biopsi atau sikat
sitology tetap merupakan metode amat penting untuk mendiagnosis kanker lambung
·
Ultrasonografi dilakukan untuk
mengetahui adanya massa dalam lambung
J. PENATALAKSANAAN
MEDIK
·
Pembedahan
Pembedahan merupakan
penanganan utama, biasanya gastrektomi subtotal atau total dan dgunakan untuk
pengobatan maupun paliasi. Klien dengan kanker lambung tanpa biopsy dan tidak
ada bukti metastasis jauh harus menjalani laparatomi eksplorasi atau seliotomi
untuk menetukan apakah klien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif.
Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah infeksi, perdarahan, ileus dan
kebocoran anastomis.
·
Kemoterapi
Kemoterapi saat ini
telah diggunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi penuh tumor, untuk
kanker lambung tingkat lanjut, dan pada kombinasi dengan terapi radiasi. Obat
yang digunakan untuk kemoterapi antara lain :
1. 5-Fluorourasil
2. Doksorubisin
3. Mitomisin-C
4. Etoposid
5. Sisplatin
6. Leukovorin
·
Terapi Radiasi
Terapi radiasi telah
digunakan secara tunggal dengan sejumlah respon, tetapi lebih menguntungkan
bila dikombinasi dengan kemoterapi. Dosis yang dapat ditoleransi adalah 45-50Gy
yang diberikan dalam fraksi 1,8Gy/hari. Terapi radiasi intraoperasi telah
bermanfaat dalam kontrol penyakit dengan angka bertahan hidup lima tahun.
Karsinogenik niitroasamine di dalam lambung
|
Konsumsi makan yang diasinkan atau
diawetkan
|
Limfoma MALT
|
Anemia pernisiosa
|
Infeksi H. Pylori
|
Kondisi sosio-ekonomi rendah
|
Polip lambung berubah
|
Konsumsi
OAINs
|
Mutasi gen E-cadherin
|
Faktor genetik
|
Kontak agen dan karsinogenik
|
Merokok dan alkohol
|
Merusak membran sel
|
Pathway kanker lambung
Masuk ke inti sel
|
Fase G1 (mensintesis RNA –DNA)
|
Fase G2 (normalnya terjadi apoptosis)
|
Inaktif gen suppressor (P53)
|
tidak terjadi apoptosis
|
muncul gen Onkogen berlebih
|
Gene p21 dihambat
|
Fase S (pilinan DNA
dibuka,normalnya: Adenin-Timin, Guanin-Citosin)
|
Terjadi mutasi DNA (pasangan DNA salah)
|
Proses profase, metaphase, anaphase dan
telofase terganggu
|
Muncul
neoplasma ganas
|
Proliferasi dan berdiferensisasi
|
Progresif pertumbuhan
|
Kanker
Lambung
|
Invasi jaringan dan efek kompresi oleh
tumor
|
Perubahan metaplasia pada epitalium dinding
lambung
|
Post de entere pasca bedah
|
Resiko infeksi
|
anoreksia
|
Disfagia
|
Nyeri
|
Nyeri retrosternal
|
Kompresi saraf local
|
Intervensi bedah gastrektomi
|
Respon psikologis
|
Intervensi radiasi dan kemoterapi
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Asupan nutrisi tidak adekuat
|
Kecemasan pemenuhan informasi
|
Pasca bedah
|
Resiko injuri dan pre operatif
|
Perubahan intake nutrisi
|
Luka pasca bedah
|
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1
PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien
yang memfokuskan pada isu seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan
dan masukan buah dan sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan BB,
jika ya seberapa banyak.Apakah pasien perokok? Jika ya seberapa banyak sehari
dan berapa lama? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau
setelah merokok? Apakah pasien minum alkohol? Jika ya seberapa banyak? Perawat
menanyakan pada pasien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila demikian
anggota keluarga dekat atau langsung atau kerabat jauh yang terkena? Apakah
status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan
emosional? Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi
massa. Perawat harus mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa untuk nyeri
tekan atau massa. Nyeri biasanya gejala yang lambat. Pengkajian dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pengkajian secara umum pada klien dengan
kanker lambung adalah :
1.
Persepsi
kesehatan-pemeliharaan kesehatan
·
Apakah
ada riwayat kanker pada keluarga
·
Status
kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
·
Lingkungan
tempat tinggal klien
2.
Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
·
Hal-hal
yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan,
polusi, lingkungan, ventilasi.
3.
Nutrisi
metabolik
·
Jenis,
frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
·
Adanya
mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
·
Adanya
kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
·
Ketaatan
terhadap diet, kaji diet khusus
·
Jenis
makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
·
Adanya
makanan tambahan
·
Napsu
makan berlebih/kurang
·
Kebersihan makanan yang dikonsumsi
4.
Eliminasi
·
Pola
BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan
·
Adanya
mencret bercampur darah
·
Adanya
Diare dan konstipasi
·
Warna
feses, bentuk feses, dan bau
·
Adanya
nyeri waktu BAB
5.
Aktivitas
dan latihan
·
Kebiasaan
aktivitas sehari hari
·
Kebiasaan
olah raga
·
Rasa
sakit saat melakukan aktivitas
6.
Tidur
dan istirahat
·
Adanya
gejala susah tidur/insomnia
·
Kebiasaan
tidur per 24 jam
7.
Persepsi
kognitif
·
Gangguan
pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
·
Adanya
gangguan proses pikir dan daya ingat
·
Cara
klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
·
Adanya
kesulitan dalam mempelajari sesuatu
8.
Persepsi dan konsep diri
·
Penilaian
klien terhadap dirinya sendiri
9.
Peran
dan hubungan dengan sesama
·
Klien
hidup sendiri/keluarga
·
Klien
merasa terisolasi
·
Adanya
gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
10. Reproduksi dan seksualitas
·
Adanya
gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
·
Pengaruh/hubungan
penyakit terhadap seksualitas
11.
Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
·
Adanya
perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
·
Mekanisme
koping yang biasa digunakan
·
Respon
emosional klien terhadap status saat ini
·
Orang
yang membantu dalam pemecahan masalah
12. Sistem kepercayaan
·
Agama
yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu
2
Diagnosa Keperawatan
a)
Pre-OP
1)
Nyeri berhubungan
dengan proses pada pertumbuhan sel-sel kanker
2)
Kecemasan
berhubungan dengan rencana pembedahan
3)
Perubahan
nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak napsu
makan
4)
Intoleransi
beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
b)
Post-OP
1)
Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan adanya pengaruh anastesi
2)
Nyeri
berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau
intervansi operasi
3)
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa
4)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
prosedur invasive
5)
Kecemasan
berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker
3. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1) Nyeri berhubungan dengan proses
pertumbuhan sel-sel kanker
|
Nyeri berkurang sampai hilang setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang
|
1.Kaji
karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
2.Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut
, marah, cemas)
3.Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas
dalam
4.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik
|
1. mengetahui tingkat nyeri sebagai
evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. dengan mengetahui faktor penyebab nyeri
menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3.tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa
nyeri
4. analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
|
2) Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan
|
Kecemasan dapat diminimalkan setelah
dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan :
Kecemasan pasien berkurang
|
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaan akan
ketakutannya
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien /
orang terdekat tentang diagnosa medik
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan
dorong mengekspresikan perasaan
|
1. pasien kooperatif dalam segala tindakan
dan mengurangi kecemasan pasien
2. untuk
mengurangi kecemasan
3.memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat
4.dukungan memampukan pasien memulai membuka/
menerima kenyataan penyakit dan pengobatan
|
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
|
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah
dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
– Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
|
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan hangat.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik
napas dalam.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
vitamin
|
1. Makanan yang hangat menambah nafsu
makan.
2. Jenis
makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien
3. Tarik nafas dalam membantu untuk
merelaksasikan dan mengurangi mual.
4.Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5.Mencegah kekurangan karena penurunan
absorsi vitamin larut dalam lemak
|
4) Intoleransi beraktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
|
Intoleransi aktivitas teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi
dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak mengeluh lemas, klien
beraktivitas secara bertahap.
|
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
|
1. Istirahat akan memberikan energi yang
cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.
2. Mengidentifikasi kelainan beraktivitas
3.Menentukan aktivitas yang boleh
dilakukan.
4. Terpenuhinya
kebutuhan klien.
|
b. Post –Operasi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya
pengaruh anastesi.
|
Pola nafas kembali efektif setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Suara nafas vesikuler
– Bunyi nafas bersih, tidak ada suara
tambahan
|
1.Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
2.Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat
radio inspirasi/ekspirasi.
3.Catat adanya derajat dyspnea misalnya
keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan
otot bantu.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum
misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
6. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau
bibir.
7. Observasi karakteristik batuk misalnya
menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan
upaya batuk.
8. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai
pengganti makanan.
|
1.Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi
nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi
nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas
(asma berat).
2. Tachipnea biasanya ada pada beberapa
derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
3.Disfungsi pernafasan adalah variabel yang
tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4.Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Sokongan
tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
5.Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan
yang dapat, mentriger episode akut.
6. Memberikan
pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebakan udara.
7. Batuk
dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut
atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di
bawah setelah perkusi dada.
8.Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
sekret. Mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan
spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekanan pada diafragma.
|
2)Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh
sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi operasi.
|
Nyeri berkurang sampai hilang setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang
sampai dengan hilang
|
1.Kaji karakteristik nyeri, lokasi,
frekfensi
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut
, marah, cemas)
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas
dalam
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik
|
1.mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi
untuk intervensiselanjutnya
2.dengan mengetahui faktor penyebab nyeri
menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. tehnik
relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. analgetik
efektif untuk mengatasi nyeri
|
3). Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
|
Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
|
1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan hangat.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik
napas dalam.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
vitamin
|
1.Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2.Jenis makanan yang disukai akan membantu
meningkatkan nafsu makan klien.
3. Tarik
nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Untuk
mengetahui kehilangan berat badan.
5.Mencegah kekurangan karena penurunan
absorsi vitamin larut dalam lemak
|
4) Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
prosedur invasive.
|
Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Tidak ada tanda-tanda infeksi.
-Proses penyembuhan luka tepat waktu.
|
1. Observasi tanda-tanda vital, adanya
demam, menggigil, berkeringat.
2. Observasi daerah luka operasi, adanya
rembesan, pus, eritema.
3. Berikan informasi yang tepat, jujur pada
pasien/orang terdekat.
4. Kolaborasi dengan medik untuk terapi
antibiotik.
|
1.Sebagai indikator adanya
infeksi/terjadinya sepsis.
2. Deteksi
dini terjadinya proses infeksi.
3.Pengetahuan tentang kemajuan situasi
memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi ansietas.
4. Membantu
menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.
|
5)Kecemasan berhubungan dengan
ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker
|
Kecemasan dapat diminimalkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien
berkurang
|
1.Jelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien /
orang terdekat tentang diagnosa medik
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan
dorong mengekspresikan perasaan
|
1.pasien kooperatif dalam segala tindakan
dan mengurangi kecemasan pasien
2. Untuk
mengurangi kecemasan
3.Memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat
4.Dukungan memampukan pasien memulai
membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan
|
c) Evaluasi
1.
Penurunan ansietas
a.
Mengekspresikan rasa takut dan masalah
tentang pembedahan
b.
Mencari dukungan emosional
2.
Mendapat nutrisi optimal
a.
Makan makanan porsi kecil dan sering
tinggi kalori ,besi dan vitamin A dan C
b.
Mendapat nutrisi enterla atau perenteral
sesuai kebutuhan
3.
Rasa nyaman terpenuhi : nyeri berkurang
/hilang
4.
Melakukan perawatan diri dan
menyesuaikan dengan gaya hidup
a.
Melakukan kembali aktivitas normal dalam
tiga bulan
b.
Mengubah periode istirahat dan aktivitas
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
|
MATA
AJARAN :
ASKEP PENCERNAAN
POKOK
BAHASAN : KANKER
ESOFAGUS DAN LAMBUNG
SASARAN : MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
WAKTU : 15 MENIT
HARI/TANGGAL : KAMIS, 31-MARET-2015
PUKUL : 08.00
WIB
TEMPAT :
RUANG KELAS
PENYULUHAN : KELOMPOK 3
I.
LATAR
BELAKANG
Di amerika
serikat, karsinoma esophagus terjadi dua kali lebih dering dari pada pria juga
pada wanita. Ini lebih sering terlihat pada orang afrika-amerika daripada
kaukasia dan biasanya terjadi pada dekade kelima kehidupan. Kanker esophagus
mempunyai insiden cukup tinggi pada belahan dunia lain, termasuk cina dan iran
bagian utara.
Iritasi
kronis dipertimbangkan beresiko tinggi menyebabkan kanker esophagus. Di amerika
serikat, kanker esophagus telah dihubungkan dengan salah cerna alcohol dan
penggunaan tembakau. Dibelahan dunia lain, kanker esophagus telah dihubungkan
dengan penggunaan pipa opium, mencerna minuman panas berlebihan, dan defisiensi
nutrisi khususnya kurang buah dan sayuran. Buah dan sayuran dianggap
meningkatkan perbaikan jaringan yang teriritasi. (Brunner dan suddarth,2001).
Kanker
lambung terus berkurang di Amerika Serikat. Namun, ini masih menjadi masalah
serius dengan jumlah 14.700 kematian setiap tahunnya. Kebanyakan pada individu
dengan usia lebih dari 40 tahun, dan kadang-kadang pada individu yang lebih
muda. Kebanyakan kanker lambung terjadi padakurvatura kecil atau antrum lambung
dan adenokarsinoma. Insiden kanker lambung lebih banyak di jepang, yang telah
menyebarkan diadakanya skrining massal untuk diagnosis awal di Negara ini. diet
tampaknya menjadi faktor signifikan. Diet tinggi makanan asap dan kurang
buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan resiko terhadap kanker lambung.
(Brunner dan suddarth,2001).
II.
TUJUAN PENYULUHAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan Mahasiswa memahami dan mengetahui penyakit kanker esophagus dan kanker lambung.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Setelah
mengikuti proses penyuluhan Mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan pengertian kanker
esophagus dan kanker lambung.
2. Mengetahui tanda dan
gejala kanker esophagus dan kanker lambung.
3. Mengetahui komplikasi kanker esophagus dan kanker lambung.
4. Mengetahui pencegahan kanker esophagus dan kanker lambung.
III.
KEGIATAN PENYULUHAN
A. MATERI
a) Pengertian kanker esophagus dan kanker lambung.
b) Tanda dan gejala kanker
esophagus dan kanker lambung.
c) Komplikasi kanker esophagus dan kanker lambung.
d) Pencegahan kanker esophagus dan kanker lambung.
B. STRATEGI
PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN
a. Survei
karakter dan lokasi sasaran
b. Koordinasi
dengan Mahasiswa
c. Menyiapkan
materi
2. Pelaksanaan
NO.
|
KEGIATAN
|
WAKTU
|
RESPON
PASIEN
|
MEDIA
|
1.
|
Pendahuluan
a. Menyampaikan salam pembuka
b. Memperkenalkan
diri
|
3’
|
a. Menjawab salam
b. Memperhatikan
|
Lisan
Lisan
|
2.
|
Apersepsi
Mengkaji Pengetahuan Mahasiswa
|
Menjawab
Pertanyaan
|
Lisan
|
|
3.
|
Tahap
informasi
a.
Menyampaikan
tema penyuluhan
b.
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
|
Mahasiswa mendengarkan
|
Lisan
|
|
4.
|
Kegiatan inti :
a) Pengertian kanker esophagus dan kanker lambung.
b) Tanda dan gejala kanker
esophagus dan kanker lambung.
c) Komplikasi kanker esophagus dan kanker lambung.
d) Pencegahan kanker esophagus dan kanker lambung.
|
7’
|
a. Mahasiswa memperhatikan materi yang disampaikan
|
Lisan
|
5.
|
Penutup
a.
Tanya
jawab
b.
Menyimpulkan
hasil
penyuluhan
c.
Salam penutup
|
5’
|
a. Menjawab
b. Memperhatikan
c. Membalas salam
|
Lisan
Lisan
Lisan
|
IV.
SARANA
PENUNJANG
A.
METODE
1.
Ceramah
2.
Diskusi
3.
Tanya jawab
B.
MEDIA
Leaflet
V.
EVALUASI
A.
Struktur
1. Ruang
kondusif untuk kegiatan
2. Peralatan
memadai dan berfungsi
3. Media dan
materi tersedia dan memadai
B.
Proses
1. Ketepatan
waktu pelaksanaan
2. Peran serta
aktif pasien dan keluarga
3. Kesesuaian
peran dan fungsi dari penyuluhan
4. Faktor
pendukung dan penghambat kegiatan
C.
Hasil
1. Prosedur : Lisan
2. Jenis : Formatif
3. Bentuk soal : Tanya jawab
4. Soal-soal :
a. Apa Pengertian kanker esophagus dan kanker lambung ?
b. Apa Tanda dan gejala kanker
esophagus dan kanker lambung ?
c. Apa Komplikasi kanker esophagus dan kanker lambung ?
d. Apa Pencegahan kanker esophagus dan kanker lambung ?
DAFTAR PUSTAKA
Timby,Barbara K dan
Smith Nancy E. 2014. Medical surgical
nursing ed 11. China : Wolters Kluwer Health.
Sukardja, I dewa
Gede. 2000. Onkologi Klinik Ed 2.
Surabaya : Airlangga University press.
Desen wan. 2013. Buku
ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.Fakultas
Kedokteran : UI.
Syaifuddin.(1997). Anatomi
Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
Brunner, Suddarth. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah”.Jakarta :
EGC.
Gibson, John. 2003. “Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat”. ed. 2. Jakarta: EGC
Lewis, Sharon. 2007. “Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical
Problems Ed 7 Vol 2”.
Problems Ed 7 Vol 2”.
Mutaqqin, Arif. 2011. “Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah”. Jakarta : EGC.
Bedah”. Jakarta : EGC.
Pearce, C. Evelyn. 2008. “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis”. Jakarta: Gramedia.
Priyanta Agus. 2008. “Endoskopi Gastrointestinal”.Jakarta : Salemba Medika.
Suratun. 2010. “Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal”. cet.
1. Jakarta: Trans Info Media.
Wilkinson, Judith M. 2011. “Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA,
intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC Edisi 9”.Jakarta : EGC.
Kriteria Hasil NOC Edisi 9”.Jakarta : EGC.