Catatan Perawat: Asuhan Keperawatan dan Apa itu Inkontinensia Urine ?

hallo sobat semua kali ini saya admin anggi setiawan akan membagikan ilmu keperawatan yang admin pernah pelajari semua askep dan pathway terangkum secara singkat dan menarik.semoga terbantu.

Admin kali ini akan membagikan materi tentang apa sih itu penyakit Inkontinensia Urine? supaya semua pembaca paham baca lah artikel ini semoga dapat membantu. admin akan mengupas semuanya secara singkat dan padat., selamat membaca.

Catatan Perawat: Asuhan Keperawatan dan Apa itu Inkontinensia Urine ?



1.      INKONTINENSIA URINE
A.    Pengertian
Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya urine. Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain: masalah medik, sosial, maupun ekonomi. Masalah medik berupa iritasi dan kerusakan kulit di sekitar kemaluan akibat urine, masalah sosial berupa perasaan malu. (Basuki, 2012)
Inkontinensia Urine merupakan eliminasi urine dari kantung kemih yang tidak terkendali atau di luar keinginan. Jika Inkontinensia ini terjadi akibat kelainan inflamasi(sistitis), sifatnya hanya sementara. Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius (paraplegia), kemungkinan besar sifatnya permanen  (Black, 2014)
Inkontinensia Urine  adalah pengeluaran urine tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial. Inkontinensia Urinee biasanya dialami oleh usia lanjut bisa juga pada pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit.(Brunner and Suddart, 2001)
Jadi, Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan   keluarnya urine akibat kelemahan otot disekitar kandung kemih atau kelainan neurologis (sacrum 2-3).

B.     Klasifikasi
Ada beberapa pembagian Inkontinensia Urine, tetapi pada umumnya dibagi dalam 4 Kelompok:
1.      Inkontinensia Urine Stress
Terjadi apabila urine secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut. Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul, merupakan penyebab tersering Inkontinensia Urine pada lansia di bawah 75 tahun.
2.      Inkontinensia Urine Urge
Timbul pada keadaan otot detrusor yang tidak stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan Inkontinensia Urine urgensi, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia, dan cidera medula spenalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga timbul peristiwa Inkontinensia Urine.
3.      Inkontinensia Urine Total
Di mana kencing mengalir keluar sepanjang waktu dan pada segala posisi tubuh, biasanya disebabkan oleh adanya fistula (saluran abnormal yang menghubungkan satu organ dalam tubuh), misalnya fistula vesikovaginalis (terbentuk saluran antara kandung kencing dengan vagina) dan atau fistula uretrovaginalis ( saluran antara uretra dengan vagina.
4.      Inkontinensia Urine Overflow
Tidak terkendalinya pengeluaran urine dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang berlebihan. Disebabkan oleh obstruksi anatomis seperti pembesaran prostat, factor neurogenik pada diabetes melitus, yang menyebabkan berkurangtidaknya kontraksi kandung kemih, dan fakor obat-obatan. Pasien mengeluh keluarnya sedikit urine tanpa ada sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh. Urine yang mengalir isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih akibat otot detrusor yang lemah.

C.     Faktor penyebab
a.       Komplikasi dari penyakit seperti infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter dan perubahan tekanan yang tiba-tiba pada abdominal.
b.      Perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, sering dengan bertambahnya usia akan mengalami kelemahan otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali pada perempuan atau wanita, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis.
c.       Adanya kontraksi abdominal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
D.    Manifestasi Klinis
Wanita cenderung mudah terangsang infeksi saluran kemih bila dibandingkan dengan pria. Inkontinensia Urine dapat terjadi dengan berbagai tanda dan gejala antara lain :
1.      Perkemihan di luar keinginan
2.      Kontraksi kandung kemih yang tidak dihambat
3.      Tidak mempunyai control yang tinggi untuk mengeluarkan urine
4.      Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan Inkontinensia Urine
5.      Nokturia lebih dari dua kali selama tidur
6.      Kencing pada saat batuk, mengedan, tertawa, bersin, dan berlari
7.      Kencing berulang kali, kencing malam hari, mendadak ingin kencing
E.     Komplikasi
Komplikasi potensial dari kateterisasi suprapubis mencangkup lepasnya kateter yang terdiri dari :
·         Hematuria ( terutama setelah penggunaan kateter yang sangat besar),
·         Perforasi usus saat penggunaan trokar
·         Gagalnya penyembuhan luka, yang akan menimbulkan fistula saluran kencing.
·         Resiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih.  (Black, 2014)
F.      Test Diagnostic
1.      Mengukur sisa urine setelah berkemih
Dilakukan dengan cara: setelah buang air kecil pasang kateter, ukur urine yang keluar dari kateter atau menggunakan pemeriksaan ultrasonik pelvis
2.      Tes lanjutan
a)      Tes laboratorium : kultur urine, blood urea nitrogen, kreatinin, kalsium, glukosa sitologi, elektrolit, ureum
b)      Tes tekanan uretra, untuk mengukur tekanan di dalam uretra saat istirahat
3.      Urinalisis
Digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah, dan glukosa dalam urine
4.      Uroflometer
Untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran pasien berkemih
5.      USG Kandung Kemih, Sistoskopi, dan IVP (IntraVenous Pyelographi)
Untuk mengkaji struktur dan fungsi saluran kemih
G.    Penatalaksanaan
Pengelolaan Inkontinensia Urine dapat dilakukan dengan:
1.      Terapi Non Farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya Inkontinensia Urine seperti hyperplasia prostat, inveksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi. Terapi yang dapat dilakukan adalah:
a)      Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi berkemih 6-7 kali per hari
b)      Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia
c)      Prompted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih
d)     Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang
2.      Katerisasi baik secara berkala maupun menetap
Ada 3 macam katerisasi pada Inkontinensia Urine :
a)      Katerisasi luar
Terutama pada pria yang memakai sistem kateter kondom. Efek samping yang utama yaitu iritasi pada kulit dan sering lepas
Catatan Perawat: Asuhan Keperawatan dan Apa itu Inkontinensia Urine ?

b)      Katerisasi intermiten
Frekuensi pemasangan 2-4 kali sehari
Catatan Perawat: Asuhan Keperawatan dan Apa itu Inkontinensia Urine ?


c)      Katerisasi secara menetap


3.      Terapi pembedahan
Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urine. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hyperplasia prostat, dan prolaps pelvic ( pada wanita )
4.      Terapi farmakologi
a) Obat-obatan yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti oxybutinin, propantteine, dicylomine, flavoxat, imipramine
b) Inkontinensia stress diberikan alfa adrenergik argonis yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retrensi uretra.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »