BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Campak
merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak, sangat
infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum muncul ruam)
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak timbul karena
terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program imunisasi campak
dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali meningkat. Di
Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal
Januari hingga awal Februari 2015.3 Di Indonesia, kasus campak masih banyak
terjadi dan tercatat peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2014.
Penyakit
campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700
kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian
setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5
tahun. Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak
kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222
kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar
kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4
tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591
kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari Morbili
2. Bagaimana
anatomi fisiologi dari sistem integumen yang terganggu dalam penyakit Morbili
3. Apa
etiologi dari Morbili
4. Bagaimana
stadium stadium dari Morbili
5. Apa
Patofisiologi dari Morbili
6. Bagaimana
manifestasi klinis dari Morbili
7. Bagaimana
diagnosis banding dari Morbili
8. Apa
komplikasi dari Morbili
9. Bagaimana
prognosis, pencegahan dan penatalaksaan dari Morbili
10. Bagaimana
asuhan keperawatan dari Morbili
C. Tujuan
Dalam
makalah ini tujuan penulisan dibagi menjadi 2 yaitu menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini yaitu setelah membaca
mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa/i dan masyarakat dapat lebih
mengerti mengenai konsep Morbili.
Sedangkan
tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1) Untuk
mengetahui pengertian dari Morbili
2) Untuk
mengetahui anatomi fisiologi dari sistem integumen yang terganggu dalam
penyakit Morbili
3) Untuk
mengetahui etiologi dari Morbili
4) Untuk
mengetahui stadium stadium dari Morbili
5) Untuk
mengetahui Patofisiologi dari Morbili
6) Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari Morbili
7) Untuk
mengetahui diagnosis banding dari Morbili
8) Untuk
mengetahui komplikasi dari Morbili
9) Untuk
mengetahui prognosis, pencegahan dan penatalaksaan dari Morbili
10) Untuk
mengetahui asuhan keperawatan dari Morbili
D. Sistematika Penulisan
Penyusunan
makalah ini terdiri dari atas tiga (III) bab yang disusun secara sistematis
meliputi:
BAB
I : pendahuluan yang terdiri atas latarbelakang, tujuan umum, tujuan khusus, sistematika
penulisan.
BAB
II : Pembahasaan yang terdiri atas konsep dasar medik, asuhan keperawatan
konsep maupun asuhan keperawatan kasus limfoma, meliputi pengertian, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, tes diagnostik,
stadium-stadium, komplikasi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep Dasar Medik
1.
Definisi
Morbili adalah penyakit
virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium
erupsi, dan stadium konvalensi. (yuliani, 2010).
Morbili (campak) adalah
organisme virus yang sangat menular melalui udara dari seseorang yang
terinfeksi virus pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001).
Morbili adalah penyakit
anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan,
ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi (Nelson, 2000)
2.
Etiologi
Campak
adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus,
famili Paramyxoviridae.1,5,6 Virus ini dari famili yang sama dengan virus
gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV
(Respiratory Syncytial Virus).Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung
inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus
campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan
penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion)
meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan
dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian
dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L
dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan protein NP
berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus campak dikelilingi
lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan
lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi
dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta
kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek
(short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.
3.
Patofisiologi
Penyebaran infeksi
terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus
campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran
napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke
kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar
limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada
hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14,
virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Tabel 1).
Tabel.
Patogensis Infeksi Campak
Hari
|
Patogenesis
|
0
|
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada permukaan epitel nasofaring
ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus bermultiplikasi.
|
1-2
|
Infeksi menyebar ke jaringan limfatik
regional
|
2-3
|
Viremia primer
|
3-5
|
Virus bermultiplikasi di epitel
saluran napas, virus melekat pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar
|
5-7
|
Viremia sekunder
|
7-11
|
Timbul gejala infeksi di kulit dan
saluran napas
|
11-14
|
Virus terdapat di darah, saluran napas
kulit, dan organ-organ tubuh lain.
|
15-17
|
Viremia berkurang dan menghilang
|
Sumber.
Artikel Ricky Gustian Halim RS Hosana Medica Lippo
Cikarang, Cikarang, Indonesia
3.b Pathway
4.
Manifestasi
Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari
(8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga
stadium:
a. Stadium prodromal:
berlangsung kira- kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam yang
dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa
malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis
(mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala
infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain.
Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya
(fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut
Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk
tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda
putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam,
sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
(Soegijanto S, Salimo H, 2011)
b. Stadium eksantem:
timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada,
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul
selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3
setelah munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya
mengindikasikan adanya komplikasi. (Elzouki AY, Harfi HA, 2012)
c. Stadium penyembuhan
(konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam
berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan
berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.
(Cherry
JD, Harrison GJ, 2014)
5.
Diagnosis
Banding
Campak harus dibedakan
dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa ruam makulopapular. Gejala
klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal demam disertai coryza,
batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular.7,9 Penyakit lain yang
menimbulkan ruam yang sama antara lain:9 „
Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk. „
Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam
muncul. „ Parvovirus
(fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal. „
Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa
konjungtivitis ataupun coryza. „
Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi
tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan
sendi yang tidak ada pada campak. (Khuri-Bulos N, 2012)
6.
Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada anak
risiko tinggi, yaitu:
·
Usia muda, terutama di
bawah 1 tahun „
·
Malnutrisi (marasmus
atau kwasiorkor) „
·
Pemukiman padat
penduduk yang lingkungannya kotor „
·
Anak dengan gangguan
imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi, atau keganasan „
·
Anak dengan defisiensi
vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ
tubuh, antara lain: „
·
Saluran pernapasan:
bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup)
·
Saluran pencernaan:
diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi „
·
Telinga: otitis media „
·
Susunan saraf pusat:
-
Ensefalitis akut:
timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala,
letargi, dan perubahan status mental yang biasanya muncul antara hari ke-2
sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh
sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24
jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang.
-
Subacute Sclerosing
Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang
disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah
infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah laku,
retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan motorik. „
·
Mata: keratitis „
·
Sistemik: septikemia
karena infeksi bakteri sekunder (Khuri-Bulos N, 2012)
7.
Prognosis
Campak merupakan self limited
disease, namun sangat infeksius. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada
penderita dengan faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di
negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat
terjadi KLB campak. (Cherry & Harrison, 2014)
8.
Pemeriksaan
diagnostik
·
Pemeriksaan fisik
-
Anamnesis berupa demam,
batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai timbul dari belakang telinga
sampai ke seluruh tubuh. „
-
Pemeriksaan fisik
berupa suhu badan tinggi (>380 C), mata merah, dan ruam makulopapular. „
·
Pemeriksaan darah
-
Pemeriksaan penunjang:
pemeriksaan darah berupa leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan
imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah
dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam. IgM campak
ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.
(Maldonado, 2012)
9.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan
dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai
jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia
9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila
vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia
2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin
campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
Imunisasi ini tidak
dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien
tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti
kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. (Dubey &
Parthasarsthy, 2013)
Reaksi KIPI (Kejadian
Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-vaksinasi campak berupa demam
pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi, dan
berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul
pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi
KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat, seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua efek samping
tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000
dosis vaksin. (The American Academy of Pediatrics, 2012)
Reaksi KIPI vaksinasi
MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa
malaise, demam, atau ruam 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari.
Vaksinasi MMR dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen
campak.14 Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,40 C setelah
imunisasi MMR.6,8,14 Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari
setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi,
dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi
pada. (Soegijanto, 2011)
10.
Penatalaksanaan
Terapeutik
-
Pemberian vitamin A
-
Istirahat baring selama
suhu tubuh meningkat, pemberian antipiretik
-
Pemberian antibiotik
pada anak-anak yang berisiko tinggi
-
Pemberian obat batuk
dan sedativum
B. Asuhan Keperawatan pada
Morbili
1)
Pengkajian
-
Riwayat keperawatan:
riwayat immunisasi, kontak terinfeksi dengan orang yang terinfeksi
-
Kaji tanda-tanda demam,
koriza, batuk, konjungtivitis, bercak komplik, eritema pada bagian belakang
telinga, leher, dan bagian belakang, tidak nafsu makan, lemah, lesu.
2)
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2.
Resiko kurang volume
cairan berhubungan dengan adanya diare
3.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
4.
Resiko terjadi gangguan
pola nafas berhubungan adanya batuk, pilek, RR meningkat
5.
Gangguan persepsi
sensori berhubungan dengan adanya radang konjungtivis
6.
Gangguan integritas
kulit berhubungan dengan proses inflamsi di kulit sebagai kompensasi tubuh
7.
Gangguan istirahat
tidur berhubungan dengan adanya ruam-ruam dan rasa gatal
8.
Intolenransi Aktivitas/Gangguan
aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya
3)
Perencanaan
1.
Perluasan infeksi tidak
terjadi
2.
Anak menunjukkan tanda
tanda pola napas efektif
3.
Anak dapat
mempertahankan integritas kulit
4.
Anak menunjukkan tanda
tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi
5.
Anak dapat melakukan aktivitas
sesuai dengan usiadan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman
sebaya atau anggota keluarga.
4)
Implementasi
1.
Mencegah perluasaan
infeksi
-
Tempatkan anak pada
ruang khusus
-
Pertahankan isolasi
yang ketat di rumah sakit
-
Gunakan prosedur
perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
-
Mempertahankan
istirahat selama periode prodormal (kataral).
-
Beriakan antibiotik
sesuai order
2.
Mempertahankan pola
napas yang efektif
-
Mengkaji ulang status
pernapasan (irama, kedalaman, suara napas, penggunaan otot bantu pernapasan,
bernapas melalui mulut).
-
Mengkaji ulang
tanda-tanda (denyut nadi, irama dan frekuensi)
-
Memberikan posisi tidur
semi fowler/fowler
-
Membantu klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
-
Menganjurkan anak untuk
banyak minum
-
Memberikan oksigen
sesuai indikasi
-
Memberikan obat-obat
yang dapat meningkatkan efektifnya jalan napas (seperti Bronkodilator,
antikolinergik, dan anti peradangan)
3.
Memperthankan
integritas kulit
-
Mempertahankan kuku
anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash
-
Memberikan obat
antipruritus topikal dan anestesi topical
-
Memberikan antihistamin
sesuai order dan memonitor efek sampingnya.
-
Memandiakn klien dengan
menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah indeksi
-
Jika terdapat
fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar klien
-
Membersihkan bulu mata
dengan air hangat untuk mengangkat sekret atau krusta, menjelaskan kepada anak
untuk tidak mengusap mata
-
Memeriksa kornea mata
terhadap kemungkinan ulserasi
4.
Mempertahankan
kebutuhan nutrisi
-
Kaji ketidakmampuan
anak untuk makan
-
Ijinkan anak untuk
merasakan makanan yang dapat ditoleransi anak rencakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-
Berikan makanan yang
disertai dengan sliplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
-
Kolaborasi untuk
melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
-
Menilai indikator
terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa)
-
Menganjurkan kepada
orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-
Meningmbang berat badan
setiap hari pada waktu yan sama, dan dengan skala yang sama
-
Mempertahanakna
kebersihan mulut anak
-
Menjelaskan pentingnya
intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
5.
Mempertahankan
kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
-
Memberikan aktivitas
ringan yang sesuai dengnan usia anak (permaianan, keterampilan tangan, nonton
televesi)
-
Memberikan makana yang
menarik unutk memberikan stimulus yang bervarisi bagi anak
-
Melibatkan anak dalam
mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diiginkan
-
Mengijinkan anak untuk
mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, mengajurkan anak untuk
berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkin.
Perencanaan
Pemulangan
-
Jelakan terapi yang
diberiakn: dosis, efek samping
-
Melakukan imunisasi
jika imunisasi belum lengkap sesuai dengnan prosedur
-
Menekankan pentingnya
kontrol ulang sesuai jadwal
-
Informasikan jika
terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Morbili/
Campak merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus
campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi klinis berupa
demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh. Tatalaksana
umumnya suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan
dilakukan dengan imunisasi vaksin campak ataupun vaksin MMR. Pengobatan campak
dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan
ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diarenya. Batuk akan
diatasi dengan mengobati batuknya.
Komplikasi
dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan
tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah
komplikasi radang paru-paru (bronchopneumonia) dan radang otak (ensefasilitis).
Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Pada
kasus dapat disimpulkan dan sesuai ddengan diagnosa medis dari dokter bahwa
klien menderita Morbilli yang ditandai dengan tibulnya ruam-ruam di seluruh
tubuh klien disertai adanya rasa gatal-gatal, batuk, epitaksis, hipertermia
yang klien alami selama seminggu yang lalu pada tanggal 3 Oktober 2016. Klien
menggunakan madu untuk mengurangi rasa gatal. Klien merasakan immobilisasi
selama perawatan di Ruang Maria kamar 14 ISO Rumah Sakit Santo Yusup.
B.
SARAN
a)
Bagi klien yang
menderita Morbili: untuk lebih menyadari bilamana terjadinya perubahan pada
bagian tubuhnya untuk segera berkonsultasi ke pelayanan kesehatan
b)
Bagi perawat: agar
lebih menekan dan mengkaji keluhan klien secara optimal sehingga dapat menjadi
data bagi laporan ke dokter penanggung jawab
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : MORBILI
(CAMPAK) DI
RUANG MARIA KAMAR 14 ISOLASI
RUMAH
SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG
I.
PENGKAJIAN
A. Pengumpulan
Data
1. Data
umum
a. Identitas
Klien
Nama : Tn. D
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : L
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Status perkawinan : Belum kawin
Tanggal, jam masuk : Sabtu, 8 Oktober 2016
Tanggal, jam pengkajian : Senin, 10 Oktober 2016
No. Register : tidak dikaji
Diagnosa Medis : Morbili
Alamat : KSR F12
Rt.03 Rw. 07
b. Identitas
Keluarga/ Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : L
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
Alamat : KSR F12
Rt.03 Rw. 07
2. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan Klien
1) Riwayat
Kesehatan Sekarang
a) Alasan
masuk Rumah Sakit
Klien
mengatakan muncul ruam merah di seluruh tubuh sejak tanggal 3 oktober 2016 dan
adanya rasa gatal, Klien mengatakan demam tinggi selama 1 minggu.
b)
Keluhan Utama
Klien mengeluh ruam-ruam merah
c) Riwayat
Penyakit Sekarang (PQRST)
Klien
mengeluh adanya ruam-ruam di seluruh tubuh seminggu yang lalu pada tanggal 3
oktober 2016, dan adanya rasa gatal, batuk, stomatitis, disertai demam. Klien mengatakan masih ragu
mengenai epistaksis sudah menerima vaksin campak atau belum, klien mengatakan
keluhan berkurang apabila di olesi madu. Klien merasa terganggu dengan adanya
ruam ruam diseluruh tubuh sehingga membatasi aktivitasnya.
d) Keluhan
yang menyertai
Batuk, epitaksis, ruam-ruam
merah, stomatitis.
e) Riwayat
tindakan konservatif dan pengobatn yang telah didapat
Tindakan konservatif : klien mengatakan telah mengolesi madu di sekitar ruam-ruam merah.
Pengobatan yang telah didapat
: klien mengatakan hanya menjalani pengobatan dirumah. Seperti obat-obatan di warung CTM dan sanmol.
2) Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
a) Riwayat
alergi :
Klien mengatakan tidak
memiliki alergi terhadap obat dan makanan.
b) Riwayat
penyakit sebelumnya:
Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit seperti DM, Hipertensi
c) Riwayat
operasi :
Klien mengatakan belum pernah
menjalani operasi sebelumnya
d) Riwayat
transfuse:
Klien mengatakan belum pernah
mendapatkan transfusi
e) Riwayat
pengobatan:
Klien mengatakan sudah ada obat yang dikonsumsi yaitu CTM dan Sanmol.
b. Riwayat
Kesehatan Keluarga
1) Riwayat
penyakit anggota keluarga yang diturunkan dan
atau menular :
Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit diturunkan dan menular.
2) Keadaan
kesehatan lingkungan rumah:
Klien mengatakan keadaan
lingkungan rumah baik
3) Genogram
3 generasi:
Klien
3. Data
Biologis
a) Penampilan
Umum
Kilen tampak sakit sedang,
kesadaran Compos Mentis, akral hangat, terpasang infus, Ring As 40 tts/ menit.
b) Tanda-tanda
Vital :
Tekanan darah: 110/70 mmHg,
di lengan kanan
Nadi :
84 x/menit, di arteri radialis, denyutan teraba teratur dan kuat
Suhu : 38˚C per axila lengan kiri
Pernafasan : 12 x/menit, jenis pernapasan vesicular
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 52 kg
IMT : 17,57 (klien dalam kategori: underweight)
c)
Anamnesa
dan Pemeriksaan Fisik Per Sistem
1)
Sistem
Pernafasan
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada
sesak napas, namun klien mengatakan seperti
ada sumbutan dihidung. Klien juga mengeluh
batuk.
Inspeksi :
Hidung : pernafasan cuping
hidung tidak ada, deviasi septum tidak ada, Mukosa hidung lembab dan warna secret/ lender berwarna kemerahan,
Polip tidak ada, tidak terpasang oksingen via binasal.
Bentuk dada: datar,
pergerakan dada: tidak ada
Deviasi trakea : tidak ada, retrasi dada: tidak ada
Pola irama pernafasan: 12
kali/menit, dsypnea tidak ada
Penambahan otot – otot
pernapasan tidak tampak terlihat.
Palpasi :
Daerah
sinus paranalis: tidak ada nyeri tekan
di daerah sinus paranasalis
Vocal/
taktil fremitus: teraba sama dilapang paru kiri dan kanan
Perkusi :
Terdengar:
sonor
Batas
paru: ICS 1- 6, jelas pada batas paru kiri dan kanan.
Auskultasi :
Vesicular :
Inspirasi > Ekspirasi, terdengar
di semua lapang paru
Bronchial :
Inspirasi < Ekspirasi, terdengar di daerah trakea
dan suprasternal
Bronchovesicular : Inspirasi = Ekspirasi,
terdengar di daerah bronchus dan trakea sekitar sternum dan region
interscapular.
Suara
nafas tambahan : tidak terdengar suara
Wheezing dan Crackles
Vocal
resonans : klien mengatakan “77” suara jelas dan getaran
di lapang paru kiri dan kanan sama.
Masalah Keperawatan : tidak
ada masalah keperawatan
2)
Sistem
kardiovaskular
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri di dada
Inspeksi :
Ictus cordis :
tampak terlihat
Clubbing of the finger :
tidak tampak terlihat di semua kuku.
Cyanosis :
pada bibir
Palpasi
Ictus cordis teraba, di ICS 5
Capillary refill time dalam
kembali dalam waktu 2 detik,
edema tidak ada,
Perkusi
Terdengar :
Pekak
Batas-batas
jantung: Atas : ICS 2
Bawah :
ICS 4 – ICS 5
Kiri :
ICS 5 midclavicula
Kanan :
ICS 4
Auskultasi
-
Bunyi jantung I :
Terdengar
sebelum bunyi jantung II (Lub, pekak) terjadi karena penutupan katup mitral dan
katup trikuspidalis
Heart
Rate 84 kali per menit
-
Bunyi jantung II :
Terdengar
Dup, terjadi karena penutupan katup aorta dan pulmonal
-
Bunyi jantung tambahan :
Tidak
ada terdengar suara murmur dan irama gallop
Masalah
Keperawatan:
Tidak
ada masalah keperawatan yang ditemukan
3)
Sistem
Pencernaan
Anamnesa :
Klien mengatakan nafsu makan
kurang dan sukar menelan
Inspeksi:
Mulut : bibir tampak pucat, stomatitis
terlihat, lidah ada bercak putih,Gingivitis tidak ada, gusi berdarah tidak ada,
tonsil tidak ada
Gigi :
caries tidak ada, gigi tanggal tidak ada.
Abdomen : bentuk abdomen datar, bayangan/gambaran
Bendungan pembuluh darah
vena tidak ada.
Spider naevi tidak ada, distensi
abdomen tidak ada.
Anus : hemorroid tidak ada, fissure
tidak ada, fistula tidak
ada, tanda-tanda
keganasan tidak ada.
Auskultasi
Bising
usus 16 kali/menit.
Palpasi :
Nyeri
tekan di region/ kuadran tidak ada
Nyeri lepas di region/ kuadran tidak
ada
Massa/ benjolan tidak
ada
Nyeri
tekan/ lepas titik MC burney tidak ada
Hepar
tidak ada nyeri tekan.
Limpa
tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :
Terdengar
timpani
Masalah keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia
4)
System
perkemihan
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada
keluhan saat berkemih, klien mengatakan
dalam sehari berkemih sebanyak 7 kali.
Inspeksi :
Distensi pada regio hipogastrika tidak ada,
Terpasang/tidak
terpasang kateter urine, warna urine kuning
pekat
Jumlah urine 250 cc
Palpasi :
Nyeri tekan regio hipogastrika tidak ada
Perkusi :
Regio hipogastrika terdengar dull
Nyeri ketuk daerah costo vertebral angle kanan
tidak mengeluh nyeri
Masalah keperawatan :
Tidak
ada masalah keperawatan yang ditemukan
5)
System
persarafan
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada
keluhan untuk penglihatan lapang pandang.
Inspeksi
-
Bentuk muka bulat, mulut
terlihat pucat, spastic tidak ada
-
Parese tidak ada.
-
Sensibilitas ekstremitas
atas: dapat merasakan sentuhan tumpul, tajam
dan tekanan kecil di lengan
sebelah kiri dan kanan
-
Sensibilitas ekstremitas
bawah: dapat merasakan sentuhan tumpul, tajam dan tekanan kecil di kaki kanan
dan kiri
-
Pergerakan tidak terkoordinir
tidak ada
Tingkat kesadaran: Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif: GCS 15 (E = 4, M = 6, V
= 5)
Uji Saraf Kranial:
-
Nervus I (Olfactorius):
Klien tidak dapat membedakan
aroma minyak kayu putih, kopi dan alkohol secara bergantian dengan mata
tertutup yang diberikan oleh pemeriksa.
-
Nervus II (Opticus):
Lapang pandang klien cukup
bagus dan masih luas.
-
Nervus III (Occulomotor):
Reaksi Pupil isokor 2 mm saat
diberikan rangsangan pada mata klien dan klien mampu membuka dan menutup
kelopak mata secara spontan
-
Nervus IV (Trochlear)
Bola
mata klien dapat bergerak ke atas dan kebawah sesuai dengan perintah pemeriksa,
tidak adanya gerakan bola mata yang cepat.
-
Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat menyebutkan dan
merasakan daerah yang diberikan rangsang oleh kapas pada dahi, pipi kanan dan
kiri klien, namun klien tidak bisa merasakannya pada daerah dagu. (sensorik)
Klien mampu menutup dan
mengatupkan mulut dengan kuat. (motorik)
-
Nervus VI (Abducens)
Bola mata klien dapat
bergerak sesuai rotasi sesuai dengan perintah pemeriksa.
-
Nervus VII (Facial)
Klien dapat mengikuti
instuksi saat diminta tersenyum, bersiul, mengerutkan dahi, semuanya terlihat
simetris. (motorik)
Klien mampu membedakan rasa
manis, asin dan asam pada saat diberikan teh dan gula oleh pemeriksa.(sensorik)
-
Nervus VIII
(Vestibulocochlearis)
Klien dapat mendengarkan
dengan baik dan jelas gesekan kedua jari pemeriksa dan detik jarum jam
pemeriksa.
-
Nervus IX (Glossofaringeus)
Klien tidak dapat merasakan
rasa pahit dari kopi yang diberikan oleh pemeriksa
-
Nervus X (Vagus)
Terdapat reflek muntah saat
diberikan spatel pada pangkal lidah dan terdapat reflek menelan yang baik.
Uvula terlihat dan tampak tertarik ke atas
-
Nervus XI (Accesorius)
Klien dapat mengangkat bahu
secara simetris dan dapat menahan sedikit tahanan yang diberikan oleh pemeriksa
dan dapat memalingkan wajah ke kiri dan ke kanan.
-
Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidah
secara simetris ke samping kiri, kanan dan atas dan bawah dengan baik.
Perkusi:
-
Reflek fisiologis: Tendon Biceps ada
Tendon
Triceps ada
Tendon
Achilles ada
Tendon
Patella ada
-
Reflek Patologis: Reflek Babinski (-) Ibu jari dorsofleksi dan
4 jari kaki lainnya abduksi
Masalah
Keperawatan: gangguan persepsi sensori b.d adanya stomatitis ditandai dengan tidak bisa merasakan rasa pahit
6)
System
Muskuloskeletal
Anamnesa :
Klien mengatakn tidak ada
keluhan
Inspeksi
-
Ekstremitas atas : Terpasang infus di tangan sebelah
kiri, tidak ada
lesi dan pembengkakan
-
Ekstremitas bawah : Tidak ada masalah dan tidak ada lesi
-
Atrofi : Tidak ada atrofi di bagian ekstremitas
atas
ataupun ekstremitas bawah
-
Rentang gerak/Range of
Motion: Klien dapat melakukan gerakan fleksi, gerakan ekstensi, gerakan adduksi
dan abduksi bebas terbatas
-
Nilai kekuatan otot: 5
keterangan: penuh.
Klien dapat menahan tahanan
ringan dan tahanan berat yang diberikan oleh pemeriksa
Ka:
5 Ki: 5 (Tangan)
Ka: 5 Ki: 5 (Kaki)
-
Bentuk collumna vertebralis:
Tidak ada Skoliosis, Lordosis maupun Kifosis
-
Penggunaan alat/bantuan:
Tidak ada
Palpasi
Nyeri
tekan pada processus spinosus tidak ada
Masalah Keperawatan
Tidak
ada masalah keperawatan yang ditemukan
7)
Sytem
panca indra
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada
keluhan untuk indra penglihatannya dan pendengarannya, klien mengatakan tidak memakai alat bantu
penglihatan dan pendengaran
Inspeksi :
-
Penglihatan : conjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, palpabrae
tidak edema, pupil isokor 2 mm, reaksi cahaya
(+),
diameter 2 mm
-
Pendengaran : pinna bersih, canalis auditorius
externa bersih, reflek
cahaya politzer (+), membrane timpani utuh,
battle sign
tidak ada, tidak ada pengeluaran cairan/darah
dari telinga
dan tidak ada lesi.
Palpasi
-
Penglihatan : tidak terdapat nyeri tekan
pada kedua mata saat pemeriksa menekan bagian mata. Kedua bola mata simetris
antara kanan dan kiri.
-
Pendengaran : Simetris antara kiri dan kanan serta
tidak ditemukan benjolan/massa
Masalah
Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan
8)
System
endokrin
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti DM
Inspeksi :
-
Bentuk tubuh: Tidak
gigantisme dan tidak kretinisme
-
Pembesaran kelenjar tiroid:
Tidak ada
-
Pembesaran pada ujung-ujung
ekstremitas bawah atau atas: Tidak ada
-
Lesi: Tidak ada
-
Tidak ada pembesaran
kelenjar yang tampak terlihat
Palpasi
Kelenjar tiroid: Tidak mengalami pembesaran
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
keperawatan yang ditemukan
9)
System
reproduksi
Anamnesa :
Klien mengatakan tidak ada keluhan
pada organ reproduksinya
Inspeksi :
Genetalai eksterna tidak
dikaji, lesi tidak dikaji
Pengeluaran cairan/
discgarge (jumlah, warna, bau tidak dikaji
Hipospadia tidak dikaji,
edema scrotum tidak dikaji.
Masalah
keperawatan:
Tidak
masalah keperawatan yang ditemukan
10)
System
integumen
Anamnesa :
Klien
mengeluh adanya ruam-ruam merah dikulit dan
kulit teraba hangat.
Inspeksi :
-
Rambut
Rambut lurus dan bersih, berwarna hitam, dan distribusinya
merata
-
Bentuk kuku
Tidak ada clubbing finger, tidak ada splinter haemorrhage,
tidak
ada beau’s lines, tidak ada koilonychias, dan tidak ada paranychia
-
Kulit
Kulit terlihat berwarna sawo
matang, Lesi tidak ada lesi
-
Ptekie tidak ada
-
Ekimosis tidak ada
Palpasi
Tekstur kulit : Lembut, halus
Kelembaban : Lembab
Turgor kulit : Baik, dapat kembali dengan waktu 2 detik
Nyeri tekan : Tidak ada
Masalah Keperawatan
Hipertermia b.d proses
inflamasi
4.
Data
psikologis
a) Status
emosi : Labil
b) Konsep
diri
1) Gambaran
diri
Klien mengatakan bahwa ia
adalah seorang pria dewasa
dengan keadaan tubuh yang lengkap dan bisa menerima diri sendiri, kondisinya
dalam keadaan apapun.
2) Harga
diri
Klien merasa dihargai sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi.
3) Ideal
diri
Klien banyak berteman dengan
siapapun terlebih teman di lingkungan
kampusnya dan ingin segera sembuh.
4) Identitas
diri
Klien meyadari bahwa ia
berjenis kelamin laki - laki
5) Peran
Saat ini klien merupakan
seorang pelajar dan ingin berbakti pada orang tuanya
6) Gaya
komunikasi
1) Kejelasan
artikulasi : klien berkomunikasi dengan baik dengan pembendaharaan kata dan
artikulasinya jelas dan mudah dimengerti oleh lawan bicara
2) Intonasi
: klien berkomunikasi dengan intonasi yang pelan, dan lembut
3) Cepat
lambatnya : klien tidak terlalu cepat dalam memberikan suatu informasi dan
tidak terlalu lambat juga.
7) Pola
interaksi
Klien tampak kooperatif dan
terbuka terhadap orang baru dikenalnya, sehingga mudah bergaul dengan orang baru.
8) Pola
mengatasi masalah
Sebagai seorang pria dewasa dalam mengatasi permasalahan perlu ada
klarifikasi terlebih dahulu , setelah itu baru di tuntaskan permasalahannya.
5.
Data
Sosio-Spiritual
a. Pendidikan
pekerjaan : Mahasiswa
b. Hubungan
sosial : Klien dapat menjalin relasi dengan baik, sikap dan tutur kata baik
dengan banyak orang. Ia berteman dengan siapa saja dan akan menghormati orang
yang dianggapnya lebih senior darinya.
c. sosial
dan kultur: Klien mengikuti budaya ketimuran khususnya budaya adat sunda karena
klien telah lama tinggal di Jawa Barat dan klien merupakan orang sunda asli.
d. Gaya
hidup : Sederhana, lebih menyukai makanan seperti ikan-ikanan, buah, dan susu.
Klien juga biasa olahraga lari pagi secara teratur.
e. Arti
kehidupan: tidak terkaji
f. Arti
kematian: tidak terkaji
g. Arti
sehat: tidak terkaji
h. Arti sakit: tidak terkaji
i.
Hubungan dengan Tuhan:
tidak terkaji
j.
Harapan tentang sehat dan
sakit: ingin segera sembuh.
k. Kegiatan
agam dan relasi dengan Tuhan : Klien terbiasa sholat 5 waktu dan aktif dalam
kegiatan pengajian bersama keluarganya.
6.
Persepsi
klien terhadap penyakitnya
Klien pada awalnya tidak
mengetahui tentang penyakit yang klien alami, klien hanya menggangap ruam merah sebagai tanda yang biasa. Dan
klien dirawat untuk yang pertama kalinya dikarena adanya ruam merah dan demam yang tinggi sekitar 380C.
7.
Data
penunjang
a) Laboratorium:
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI
RUJUKAN
|
HEMATOLOGI
|
Tanggal
10 Oktober 2016, Senin
|
||
Hemoglobin
|
14,6
|
g/dL
|
13,2-17,3
|
Hematokrit
|
42,3
|
%
|
40-52
|
Leukosit
|
7,9
|
103
|
4-10,6
|
Eritrosit
|
3,56
|
106
µL
|
3,8 –
5,2
|
MCV
|
86
|
Fl
|
80-100
|
MCH
|
29,7
|
Pg
|
26-34
|
MCHC
|
34,5
|
g/dL
|
32-36
|
HEMATOLOGI
|
Tanggal
11 Oktober 2016, Selasa
|
||
Hemoglobin
|
14,8
|
g/dL
|
13,2-17,3
|
Hematokrit
|
43,3
|
%
|
40-52
|
Leukosit
|
8,3
|
103 g/dL
|
4-10,6
|
Trombosit
|
70
|
103
g/dL
|
150-450
|
Eritrosit
|
4,98
|
106
µL
|
4,4-5,9
|
LED
|
38
|
ml/menit
|
-
|
LED 2 jam
|
71
|
ml/menit
|
-
|
HEMATOLOGI
|
Tanggal 12 Oktober 2016, Rabu
|
||
Hemoglobin
|
14,3
|
g/dL
|
13,2-17,3
|
Hematokrit
|
42
|
%
|
40-52
|
Leukosit
|
5,9
|
103
g/dL
|
4-10,6
|
Eritrosit
|
4,87
|
106
µL
|
4,4-5,9
|
MCV
|
86,2
|
Fl
|
80-100
|
MCH
|
29,4
|
Pg
|
26-34
|
MCHC
|
34,0
|
g/dL
|
32-36
|
Pada tanggal 11 Oktober 2016
Dilakukan Test Mikrobiologi:
hasil BTA negatif
b)
Radiologi:
Pada tanggal 10 Oktober 2016
Toraks Foto
Cor normal.
Pulmo: Hili kabur, corakan
bronkovaskular normal. Tampak bercak-bercak infiltrasi di lapang tengah paru
kanan sinus dan diafragma nomal. Struktur skeletal dinding toraks normal
Kesan: TB paru aktif. Cor
normal
c) Terapi
Terapi oral :
Valacylovir 3 x 1000 mg dan Isoprinone 3 x 1
Terapi parenteral : Tamoliv
100 cc dan Ring As 500cc
d) Diit :
diit makanan lunak tinggi protein dan karbohidrat
e) Acara
infuse :
Ring As 40 tetes / menit
f) Mobilisasi :
miring kiri, miring kanan, duduk.
TERAPI
1. Nama
obat : Valacyclovir 3 x 1000 mg
a. Golongan : anti viral (anti virus)
b. Dosis : 3 x 1000mg
c. Indikasi
: untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh beberapa
jenis virus seperti herpes labialis, herpes zoaster, herpes simpleks , campak,
cacar.
d. Kontrindikasi :
wanita yang sedang hamil, gangguan fungsi ginjal dan hati.
e. Efek
samping obat : sakit kepala, sakit perut, mual dan muntah,
kehilangan nafsu makan, diare, kelelahan, ruam gatal gatal dan kesulitan tidur
2. Nama
obat : Isoprinosine 3 x 1 500 mg
a. Golongan : Anti virus
b. Dosis : 3 x 500 mg
c. Indikasi
: DHF, Influenza, campak, hepatitis
d. Kontrindikasi :
Gout , ibu yang sedang hamil, penyakit akibat bakteri
e. Efek
samping obat :
peningkatan kadar asam urat, ruam di kulit
3. Nama
obat : Tamoliv 100 cc k/p
a. Golongan : paracetamol / antipiretik
b. Dosis : 100cc k/p bila suhu badan > 38,50C
c. Indikasi
: terapi jangka pendek untuk nyeri ringan, hipertemia
d. Kontrindikasi :
hipersensitivitas dan gangguan hati berat
e. Efek
samping obat :
malaise, kenaikan kadar transaminase, ruam reaksi hipersensitivitas ,
hepatotoksik dan hipotensi.
4. Nama
obat : Ring As 500 cc
a. Golongan : cairan elektrolit
b. Dosis : dosis bersifat individual
c. Indikasi
: untuk mengatasi asidosis akibat dehidrasi, dan
kehilngan ion alkali dalm tubuh. sindrom syok dengue derajat III.
d. Kontrindikasi :
gagal jantung Kongestive, gangguan ginjal, edema paru karena ada retensi Na dan
hipernatremia, hiperkloremia, hiperkalemia, dan hiperhidrasi.
e. Efek
samping obat :
demam, infeksi, nekrosis, DVT, flebitis, hipervolemia.
B.
Pengelompokan
Data
DATA
SUBYEKTIF
|
DATA
OBYEKTIF
|
Klien mengeluh demam, tidak nafsu makan, sukar
menelan, batuk, ruam merah dan epistaksis.
|
·
Klien tampak sakit
sedang, akral teraba hangat
·
Klien tampak
terpasang infuse ring as di lengan kiri
·
Tekanan Darah :
110/70 mmHg di lengan kanan
·
Nadi : 84 x/menit
teratur dan kuat di arteri radialis
·
Suhu : 380C
per aksila
·
Respirasi rate : 12 x
/menit
·
Skala nyeri : 0/10
·
Tinggi Badan : 172 cm
·
Berat Badan : 52 cm
·
IMT : 17,57
(underweight)
·
Hasil lab (+)
Radiologi (+)
|
C. Analisa Data
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||||||||||||||||||||
DS :
Klien mengeluh demam, tidak nafsu makan, sukar
menelan, batuk, ruam merah dan epistaksis.
DO:
·
Klien tampak sakit sedang, akral teraba hangat
·
Klien tampak terpasang infuse ring as di lengan kiri
·
Tekanan Darah : 110/70 mmHg di lengan kanan
·
Nadi : 84 x/menit teratur dan kuat di arteri
radialis
·
Suhu : 380C per aksila
·
Respirasi rate : 12 x /menit
·
Skala nyeri : 0/10
·
Tinggi Badan : 172 cm
·
Berat Badan : 52 cm
·
IMT : 17,57 (underweight)
·
Hasil lab (+) Radiologi (+)
|
Virus Morbili
Droplet infection
Eksudat yang serius,
proliferasi sel
mononukleus,
polimorfonukleus
Reaksi inflamasi
Hipertermia
Virus morbili
Penyebaran ke
berbagai organ melalui hematogen
Saluran cerna
Anoreksia
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Virus morbili
Penyebaran ke
berbagai organ
melalui hematogen
Muncul ruam-ruam
merah
Gangguan citra diri
|
Hipertermia b.d
proses invasi virus terhadap tubuh
Nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d kurangnya intake makanan, disfagia dan anoreksia
Gangguan citra diri
b.d munculnya ruam-ruam merah di seluruh tubuh
|
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIOTAS MASALAH
1. Hipertermia b.d proses invasi virus terhadap tubuh
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurangnya intake
makanan, disfagia dan anoreksia
3. Gangguan citra diri b.d munculnya ruam-ruam merah di
seluruh tubuh
3. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal
|
No. DK
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
10-10-2016
|
1
|
Dalam
waktu 1 x 24 jam demam dapat diatasi
Kriteria
Hasil : suhu klien turun
TD
: 110 / 70 mmHg di lengan kanan
Suhu
: 380C per aksila
|
·
Observasi TTV
·
Berikan kompres
hangat pada klien
·
Klien dianjurkan
bedrest
·
Bantu klien posisi yang
nyaman dan relaksasikan tubuh
·
Edukasi pentingnya
kompres hangat
·
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat
antipiretik,
|
·
Memonitoring klien
·
Mengurangi suhu tubuh
·
Merelaksasikan tubuh
·
Memberi rasa nyaman
·
Meningkatakan
pengetahuan klien
·
Menurunkan suhu tubuh
|
|
2
|
Dalam
waktu 1 x 24 jam klien dapat meningkatkan nafsu makannya
Kriteria
Hasil :
Nafsu
makan klien bertambah dan tidak ada perasaan mual
|
·
Observasi pola makan
klien
·
Makanan yang dapat menggugah selera klien
·
Makanan dibuat
menarik dan makanan favorit klien
·
Edukasi tentang
pentingnya nutrisi yang bergizi
·
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian antimietik
|
·
Memonitoring klien
·
Meningkatkan nafsu
makan
·
Meningkatkan nafsu
makan
·
Meningkatkan
pengetahuan klien
·
Menurunkan rasa mual
|
|
3
|
dalam
waktu 1 x 24 jam gangguan citra diri dapat diatasi
Kriteria
Hasil:
Ruam-ruam
merah di kulit dapat berkurang dan menghilang
|
·
Observasi ruam merah
di kulit
·
Menjaga kebersihan
kulit dan meningkatkan personal hygiene
·
Mengolesi madu di
kulit yang mengalami kemerahan
·
Edukasi terhadap
munculnya ruam merah dikulit dan pentingnya pemberian madu di lapisan kulit
·
Kolaborasi dengan
dokter dalam antipruritus topikal
|
·
Memonitoring ruam
kulit
·
Meminimalkan resiko
infeksi di kulit
·
Bagus bagi nutrisi di
kulit
·
Meningkatkan
pengetahuan klien
·
Mengurangi ruam merah
di kulit
|
4. IMPLEMENTASI
Tanggal
|
Jam
|
No.DK
|
Implementasi
|
Nama & Tanda Tangan
|
10-10-2016
|
07.15
|
2
|
Memberikan makanan
pagi
|
|
08.15
|
1,2,3
|
Pemberian obat pagi
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
08.30
|
3
|
Memandikan klien dan
melakukan anamnese klien. Klien kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan
dengan jelas. Klien tampak sakit sedang. Terpasang infuse Ring As 40
tetes/menit lancar.
|
|
|
11.00
|
1,2,3
|
·
Observasi TTV dan
Intake-Output
·
Tekanan Darah : 110/70 mmHg di lengan kanan
·
Nadi : 84 x/menit
teratur dan kuat di arteri radialis
·
Suhu : 380C
per aksila
·
Respirasi rate : 12 x
/menit
·
Skala nyeri : 0/10
·
Makanan hanya habis
setengah porsi
·
Pemberian obat
antipiretik (Tamoliv)
|
|
|
13.00
|
1,2,3
|
Pemberian obat siang
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
14.00
|
-
|
Ijin pulang
|
|
|
11-10-2016
|
07.00
|
2
|
Memberikan makanan
pagi
|
|
07.15
|
1,2,3
|
Pemberian obat pagi
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
08.00
|
3
|
Memandikan klien dan
melakukan anamnese klien. Klien kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan
dengan jelas. Klien tampak sakit sedang. Terpasang infuse Ring As 40
tetes/menit lancar.
|
|
|
11.00
|
1,2,3
|
·
Observasi TTV dan
Intake-Output
·
Tekanan Darah : 100/70 mmHg di lengan kanan
·
Nadi : 72 x/menit
teratur dan kuat di arteri radialis
·
Suhu : 370C
per aksila
·
Respirasi rate : 12 x
/menit
·
Skala nyeri : 0/10
·
Makanan hanya habis
setengah porsi
|
|
|
13.00
|
1,2,3
|
Pemberian obat siang
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
14.00
|
-
|
Ijin pulang
|
|
|
12-10-2016
|
07.00
|
2
|
Memberikan makanan
pagi
|
|
07.15
|
1,2,3
|
Pemberian obat pagi
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
08.00
|
3
|
Memandikan klien dan
melakukan pemeriksaan Fisik. Klien kooperatif dalam pemeriksaan fisik. Klien
tampak sakit sedang. Terpasang infuse Ring As 40 tetes/menit lancar.
|
|
|
11.00
|
1,2,3
|
·
Observasi TTV dan
Intake-Output
·
Tekanan Darah : 110/70 mmHg di lengan kanan
·
Nadi : 68 x/menit
teratur dan kuat di arteri radialis
·
Suhu : 36,70C
per aksila
·
Respirasi rate : 12 x
/menit
·
Skala nyeri : 0/10
|
|
|
13.00
|
1,2,3
|
Pemberian obat siang
Valacyclovir dan Isoprinosine
|
|
|
14.00
|
-
|
Ijin pulang
|
|
5. EVALUASI
Tanggal
|
No.DK
|
S O A P
|
Nama & TTD
|
Senin, 10-10-2016
|
1
|
S :
klien mengeluh demam dan pusing
O:
suhu 360C
A :
masalah belum dapat teratasi
P :
monitoring tanda vital suhu, memberikan posisi nyaman,edukasi pentingnya
kompres hangat dan kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik
|
|
|
2
|
S :
klien mengeluh tidak nafsu makan dan merasa mual
O:
makan hanya setengah porsi
A:
masalah belum teratasi
P:
observasi pola makan klien, membuat makanan semenarik mungkin, edukasi
pentingnya pemenuhan nutrisi, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti
mietik
|
|
|
3
|
S:
klien mengeluh adanya ruam merah dikulitnya
O:
ruam merah tampak merata di seluruh bagian tubuh
A:
masalah belum teratasi
P:
observasi ruam merah di kulit, mengolesi madu untuk penyembuhan kulit,
edukasi pentingnya nutrisi madu pada kulit, kolaborasi dalam pemberian obat
antipruritus.
|
|
Selasa, 11-10-2016
|
1
|
S :
klien tidak mengeluh demam
O:
akral teraba hangat dan suhu 370C
A :
masalah dapat teratasi , intervensi lanjutkan
P :
monitoring tanda vital suhu, memberikan posisi nyaman,edukasi pentingnya
kompres hangat dan kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik
|
|
|
2
|
S :
klien mulai nafsu makan dan merasa tidak mual
O:
makan hanya 3/4 porsi
A:
masalah dapat teratasi sebagian , intervensi lanjutkan
P:
observasi pola makan klien, membuat makanan semenarik mungkin, edukasi
pentingnya pemenuhan nutrisi, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti
mietik
|
|
|
3
|
S:
klien masih mengeluh adanya ruam merah dikulitnya
O:
ruam merah tampak merata di seluruh bagian tubuh dan mulai adanya pengurangan
jumlah ruam.
A:
masalah belum teratasi, intervensi lanjutkan
P:
observasi ruam merah di kulit, mengolesi madu untuk penyembuhan kulit,
edukasi pentingnya nutrisi madu pada kulit, kolaborasi dalam pemberian obat
antipruritus.
|
|
Rabu, 12-10-2016
|
1
|
S :
klien tidak mengeluh demam
O:
suhu 36,70C per aksila
A :
masalah dapat teratasi, intervensi dilajutkan
P :
monitoring tanda vital suhu, memberikan posisi nyaman,edukasi pentingnya
kompres hangat dan kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik
|
|
|
2
|
S :
klien mulai nafsu makan dan tidak merasa mual
O:
makan hanya 3/4 porsi
A:
masalah dapat teratasi, intervensi lanjutkan
P:
observasi pola makan klien, membuat makanan semenarik mungkin, edukasi pentingnya
pemenuhan nutrisi, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti mietik
|
|
|
3
|
S:
klien masih mengeluh adanya ruam merah dikulitnya
O:
ruam merah tampak mulai berkurang dan menghilang di sebagian tubuh
A:
masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan
P:
observasi ruam merah di kulit, mengolesi madu untuk penyembuhan kulit,
edukasi pentingnya nutrisi madu pada kulit, kolaborasi dalam pemberian obat
antipruritus.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Cherry JD.
Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ, Steinbach WJ,
editors. 2014.Feigin & Cherry’s textbook of pediatric infectious diseases. 7th ed
(Vol
2.). p. 2373-94. Philadelphia: Elsevier Inc
Dubey AP.
Measles. In: Parthasarathy A, Menon PSN, Gupta P, Nair MKC, Agrawal R,
Sukumaran TU.2013. IAP Textbook of Pediatrics. 5th
ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
FKUI. 1991. Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 2
Khuri-Bulos N.
Measles. In: Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, Stapleton FB, Oh W, Whitley RJ,
editors. 2012.Textbook of clinical pediatrics. 2nd ed. Berlin: Springer; p.
1221-7
Maldonado YA.
Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis). In: Long SS,
Pickering LK, Prober CG, editors. 2012. Principles and practice of pediatric
infectious diseases. 4th ed. Churchill Livingstone: Elsevier Inc p.
1137-44.
Nelson. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak volume 2. Jakarta: EGC
Soegijanto S,
Salimo H. Campak. In: Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB,
Ismoedijanto, Soedjatmiko.2014. Pedoman imunisasi di Indonesia. 4th ed.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; p. 341-5.
Yuliani, Rita
dan Suriadi. 2010. Buku Pengangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto