askep terbaru Thalasemia 2016


ASKEP THALESEMIA

I.       KONSEP DASAR
 
A.  PENGERTIAN
Thalasemia adalah : suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara outosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik ( Broyless, 1997 ). Dengan kata lain , thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, di mana terjadi kerusakan sel darah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek ( kurang dari 120 hari ). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.

B.  ANATOMI – FISIOLOGI  DARAH
1.      Karakterisitik Darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH, volume dan komposisinya :
a.       Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah tua / gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah arteri.
2.      Struktur sel darah merah
Sel darah mereh berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida da sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti.
      Sel darah merahyang matang mengandung 200 – 300 juta hemoglobin ( terdirii dari hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta ) dan enzim – enzim G6PD.
      Hemoglobin mengandung kira – kira 95 % besi dan berfungsi membawwa oksigen dengan cara mengikat oksigen ( oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
Hemoglobin
      Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Fungsi Hemolobin adalah:
1.      Mengangkut oksegen dari paru – paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa kejaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ).
2.      Membawa karbondioksida dan dengan karbondioksida membentuk ikatan karbon monoksihemoglobin ( HbCO ).
3.      Berperan dalam keseimbangan pH darah.

Struktur hemoglobin terdiri dua unsur utama yaitu :
1.     Besi yang mengandung pigmen hem.
2.    Protein globin, seperti halnya jenis protein lain. Globin mempunyai rantai panjang dari asam amino. Ada empat rantai globin yaitu : alpha ( α  ), beta ( β ), delta ( δ ) dan gamma ( γ ).

Ada tiga jenis hemoglobin yaitu :
1.    Hb A, merupakan kebanyakan dari hemoglobin oarang dewasa, mempunyai rantai globin 2α  dan 2β.
2.    Hb A2, merupakan minoritas hemoglobin pada orang dewasa, mempunyai rantai globin 2α dan 2δ.
3.    Hb F, merupakan hemoglobin fetal. Mempunyai rantai globin 2α dan 2γ. Saat bayi lahir 2/3 nya adalah jenis hemoglobinnya adalah HbF dan 1/3 nya adalah HbA. Menjelang usia 5 tahun menjadi HbA > 95 %, Hb A2 < 3,5 % dan HbF < 1,5 %.
Gambar sel darah dan rantai globin

C.  ETIOLOGI
Penyakit Thalesemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat di tularkan. Banyak diturunkan oleh pasangan suami istri yang menderita thalesemia dalam sel –selnya.
Bagan.........................
D.  KLASIFIKASI
Berdasarkan sintetis rantai globinnya thalesemia dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.      Thalesemia alfa :
Dimana terjadi penurunan sintetis rantai alfa. Thalesemia ini memiliki gejala yang ringan, bahkan tanpa gejala. Keadaan sel darah merahnya mikrositik.Thalesemia alfa banyak dijumpai si Asia Tenggara.
2.      Thalesemia beta :
Merupakan thalesemia yang sering terjadi, biasanya mempunyai tanda dan gejala bervariasi. Thalesemia beta dibagi atas :
a.       Thalesemia Minor atau trait merupakan bentuk heterozigot, mikrositik anemia dan sering tanpa gejala.
b.      Thalesemia intermedia, pada thalesemia beta ini didapatkan splenomegali, anemia sedang sampai dengan berat.
c.       Thalesemia mayor atau Cooley Anemia, bentuk homozigot disertai anemia berat.

E.   PATOFISIOLOGI
Konsekuensi thalesemia karena kurangnya sintesis satu rantai globin disebabkan rendahnya hemoglobin intraseluler ( hipokromia ) dan kelebihan relative rantai lainnya.
β – Thalasemia : dengan berkurangnya sintesis β – globin, sebagian besar rantai α yang diproduksi tidak dapat menemukan pasangnnya rantai β untuk berikatan. Rantai α yang bebas membentuk a gregat yang sangat tidak stabil dan menghasilkan berbagai akibat selanjutnya, yang terpenting adalah kerusakan membran sel, menyebabkan keluarnya K+ dan gangguan sintesis DNA. Perubahan ini menyebabkan destruksi precusor sel darah merah dalam sumsum tulang ( eritropoesis in efektif ) dan hemolisis sel darah abnormal di limpa ( status hemolitik ). Anemia yang disebabkannya, bila parah, menyebabkan ekspansi kompensasi sumsum eritropoetik, yang dapat menembus korteks tulang dan menyebabkan abnormalitas rangka pada anak – anak yang sedang bertumbuh. Eritropoesis yang in efektif juga berkaitan dengan absorbsi berlebihan dari makanan, yang bersama dengan berualangnya tranfusi darah ( diperlukan oleh beberapa penderita ) menyebabkan kelebihan zat besi.
α  - Thalasemia, berikatan dengan ketidak seimbangan sintesis rantai α dan rantai non α ( β,γ atau δ ). Rantai non α yang tidak mempunyi pasangan akan membentuk agregat yang tidak stabil yang merusak sel darah merah dan prekusornya.
F.   TANDA DAN GEJALA
1.      Anemia sedang ( Hb 7 – 10 gr/dl ), anemia berat ( Hb 3 – 9 gr/dl ).
2.      Adanya tanda – tanda hipoksia kronik : nyeri kepala, nyeri tulang, intoleransi aktifitas, anoreksia, kelelahan.
3.      Keterlambatan kematangan fungsi seksual.
4.      Pada anak – anak yang tidak ditangani dapat mengakibatkan pembesaran kepala, pembesaran maksila, hidung pesek tanpa pangkal hidung.

G.  TES DIAGNOSTIK
1.      Perubahan karakteristik sel darah merah seperti mikrositas, hipokromia.
2.      Hemoglobin dan hematokrit menurun.
3.      Serum bilirubin pada feses dan urine meningkat.
4.      Pada elektroforesis hemoglobin tida adanya Hb A, prosentasi Hb F dan Hb A2  meningkat.
5.      Umur sel darah merah memendek.
6.      Pada sumsum tulang terdapat hiperplasia eritroid dan cadangan besi meningkat.
7.      Test globin chain syntetis dalam retikulosit terdapat menurunkan sintetis rantai beta.

H.  KOMPLIKASI
1.      Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak – anak.
2.      Pada orang dewasa : menurunnya faal paru – parudan ginjal dapat berlangsung progresif kolelikiasis.
3.      Komplikasi lain : infark tulang, nekrosis, aseptik kapur femoralis, asteomilitis ( terutama salmonella ), hematuri sering berulang – ulang.

I.     PENATALAKSANAAN
1.      Transfusi darah jika Hb rendah ( , 6 gr/dl ) atau bila anak terlihat lemah dan tak ada nafsu makan.
2.      Terapi khelasi, pemberian desferioksamin untuk mengurangi penimbunan besi.
3.      Pemberian vitamin C : 200 mg peroral, Asam folat : 5  mg per oral / hari.
4.      Splenektomi dilakukan untuk mengurangi kebutuhan akan transfusi.
5.      Konseling perkawinan untuk mengurangi resiko herediter.
6.      Peningkatan asupan nutrisi, dengan diet rendah besi.
7.      Vaksinasi hepatitis B, Pneumococcus.

II.      ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Asal keturunan / kewarganegaraan :
Thalesemia banyak dijumpai pada bangsa sekitar laut tengah ( mediterania ), seperti : Turki, Cyprus, dll.
Di Indonesia : Thalesemia banyak dijumpai pada anak – anak, bahkan merupakan penyakit darah yang  paling sering diderita.
2.      Umur :
a.       Thalesemia mayor : gejala terlihat sejak anak berumur 1 tahun.
b.      Thalesemia minor : gejala  lebih ringan, biasany anak baru datang berobat pada usia sekitar 4 – 6 tahun.
3.      Riwayat Kesehatan :
Anak cenderung lebih mudah terkena infeksi saluran nafas bagian atas.
4.      Pertumbuhan dan perkembangan :
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak masih bayi.
5.      Pola makan :
a.       Anak sering mengalami susah makan karena anoreksia.
b.      Berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengn usianya.
6.      Pola aktifitas :
a.       Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya.
b.      Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktifitas seperti anak normal mudah terasa lelah.
7.      Riwayat kesehatan keluarga :
Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
8.      Riwayat Ibu Hamil ( ANC ) :
Selama kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya resiko thalesemia.
9.      Pemeriksaan fisik :
a.       Keadaan umum :
-          Anak terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya.
b.      Kepala dan bentuk muka :
Anak yang belum mendapat pengobatan mempunyai bentuk yang khas, yaitu ; kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat besar.
c.       Mata dan kongjungtiva : terlihat pucat kekuningan.
d.      Mulut dan bibir : terlihat pucat kehitaman.
e.       Dada : pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan anemia kronik.
f.       Perut : Kelihatan  membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati ( hepatosplenomegali ).
g.      Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya : tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.
h.      Kulit :  warna kulit pucat kekuning – kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah , maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dala jaringan kulit ( hemosiderosis ).

B.     DIANGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel – sel.
2.      Defisit volume cairan elektrolit berhubungan dengan penurunan input ( muntah ).
3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri tekan pada daerah abdomen kwadran kiri atas.

C.     INTERVENSI




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »