ASKEP SELULITIS PADA DM 2016

TUGAS INTEGUMEN
REVIEW KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : SELULITIS PADA DIABETES MELITUS


KASUS :
Tn A usia 42 tahun, Tinggi badan 155 cm, BB 80 Kg, di rawat di ruang Cempaka karena demam. Saat pemeriksaan fisik diperoleh data : Kulit pada lengan kanan atas tampak kemerahan, edema, hangat mengilat, tampak seperti kulit jeruk yang meneglupas, suhu 38 ‘C, nadi 72 x/menit, TD 120/70 mmhg, respirasi rate 18x/menit, skala nyeri nyeri 3 (skala 0-10), hasil anamnese diperoleh riwayat Diabetes Melitus sejak 10 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin 15 gr%, hematokrit 43%, lekosit 24.000/mm3, Gula darah 235 mg/dl.
Pertanyaan :
1.        Tuliskan konsep tersebut dengan menggunakan bahasa anda sendiri secara sederhana dan operasional!
2.        Buatlah pengelompokkan data (termasuk objektif dan subjektif tambahan) pada kasus tersebut!
3.        Buatlah analisa data pada kasus tersebut!
4.        Buatlah diagnosa keperawatan pada kasus tersebut!
5.        Buat intervensi dan rasional pada kasus tersebut!






KONSEP TEORI SELULITIS

A.       TEORI SELULITIS
1.      Pengertian
·         Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses infalamasi yang umumnya yang dianggpa sebagai penyebab adalah bakteri, S Aureus dan atau sterptococus (Arif Mutaqui, hal 68:2011)
·         Selulitis merupakan infeksi lapisan dermis atau subkutan kulit (Atlas Saku Patofisiologi, hal 346 : 2014)
2.      Penyebab
A.      Infeksi bakteri dan jamur (umumnya streptococus group A, Beta-hemoliticus atau stapilococus aureus)
B.      Pada diabetes atau penurunan fungsi imunitas : E.coli, pseudomonas aeruginosa
C.      Pada anak-anak lebih jarang disebabkan oleh pneumococci dan naiserria meningititidis group B (Periorbita)
D.     Gigitan serangga atau binatang.
3.     
selulitis
 
Invasi bakteri ke dermis dan subkutis
 
Patofisiologi
 









4.      Tanda dan Gejala
A.      Tanda klasik selulitis adalah eritema dan edema yang mengelilingi luka awal, Jaringan terasa hangat bila di sentuh.
B.      Pada fase awal bisa didapatkan adanya kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit.
C.      Malaise
D.     Demam
E.      Menggigil
F.       Bengkak, serta tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas.
G.     Adanya lesi kulit berupa eritema lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas namun plak eritematos batasnya tak jelas (difus dan tepi tidak meninggi).
H.     Terkadang bagian tengahnya menjadi nodular dan bagian atasnya terdapat vesikula yang pecah mengeluarkan pus serta jaringan nekrotik

5.      Test Diagnostik
Jika sudah mengalami tandanya sistemik maka untuk melakukan diagnosa dengan cara pemeriksaan lab yaitu :
·         Complet Blood count : menunujukan peningkatan leukosit dan tara-rat sedimen eritrosit, mengindikasikan adanya infeksi bakkteri
·         BUN level
·         Kreatinin level
·         Kultur darah
·         Kultur pus
·         Kadar gula darah
6.      Penatalaksanaan
A.      Jika kulit masih normal :
·         lembabkan kulit secara teratur
·         Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
·         Lindungi tangan dan kaki dari adanya luka terbuka
B.      Jika terjadi luka
·         Bersihkan luka setiap hari dengan cairan isotonis
C.      Pemberian antibiotik golongan penisilin, jika masih ringan peroral jika kondisi berat diberikan intravena.
7.      Komplikasi
A.      Ganggren
B.      Abses
C.      Sepsis berat

























B.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.      Anamnesa :
Biasanya pada anamnesa di daptkan keluhan nyeri lokal dan pada beberapa pasien di temukan malaise, demam, dan menggigil. Penting untuk dikaji riwayat yang dapat meningkatakan selulitis seperti penyakit DM, riwayat intervensi diagnostik invasif pada penyakit jantung, penggunaan obat imunosupsresan, atau kortikosteroid, riwayat pasca bedah penggantian sendi panggul (total hip riplacement), pasca bedah mastektomi radikal, serta pasca reseksi untuk by pass coroner selain itu juga, penting dikaji adanya riwayat mencederai kulit walaupun hanya cedera ringan , misalnya kondisi goresan, abrasi, gigitan hewan, suntikan intravena, atau narkoba subkutan, dan pembuatan tato
b.      Pemeriksaan fisik
Fase awal : kemerahan dan nyeri tekan terasa disuatu daerah yang kecil di kulit, kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak serta seperti kulit jeruk yang mengelupas.
Fase lanjut : status lokalis di daptkan lesi kulit berupa eritema lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas namun batanya tidak jelas (difus) dan tepinya tidak meninggi. Terkadang bagian tengahnya menjadi noduer dan bagian atasnya terdapat vesikula yang pecah, mengeluarkan pus serta jaringan nekrotik.
Akibat infeksi menyebar maka kelenjar getah bening didekatnya membengkak dan teraba lunak, penderita dapat mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung , sakit kepala, tekanan darah rendah. Tapi pada beberapa kasus gejala ini tidak muncul. Infeksi dapat terus menyebar melalui alairan darah (bakteriemia.




c.       Diagnosa Keperawatan , Rencana dan Rasionalisasi
1.Nyeri b.d respon inflamasi lokal saraf perifer kulit
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
·         Secara subjektif melepirkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi. Skala nyeri 0-3 (skala nyeri 0-10)
·         Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
·         Pasien relaks, dapat istirahat dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi
Rasional
Kaji nyeri dan lokasi nyeri
Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan
Lakukan management nyeri :
·         Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman, tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
·         Lakukan kompres dengan menggunakan cairan isotonis


·         Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

·         Ajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam


·         Ajarkan tekhnik distraksi pada saat nyeri

·         Membatasi nyeri



·         Meningkatkan intergritas nyeri dan menurunkan respon nyeri dan mengurangi bengkak selama fase akut
·         Menurunkan stimulus nyeri eksternal dan meningkatkan kondisi oksigen dalam ruangan.
·         Meningkatkan asupan Oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
·         Dapat menurunkan stimulus internal
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi analgetik anti infamasi dan antibiotik
Analgetik memblok lintasan nyeri, dan mengurangi repon inflamasi, serta antibiotik untuk anti bakteri

2.    Hipertermi b.d proses infeksi atau inflamasi sistemik
Tujuan : klien menunjukan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan asuhan keperawatan
Kriteria hasil :
·         TTV dalam batas normal
·         Tidak terjadi demam
·         Intake –output seimbang
Intervensi
Rasional
Observasi TTV
Menunjukan sirkulasi tubuh
Monitor intake dan output
Menunjukan status hidrasi
Anjurkan pasien banyak minum bila tidak ada kontraindikasi
Mengganti cairan tubuh yang hilang, akibat dari peningkatan laju metabolisme tubuh
Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan dan berikan kompres hangat
Membantu menurunkan suhu tubuh
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Memeberikan rasa nyaman dan mepercepat proses penurunan suhu tubuh
Anjurkan untuk bedrest total
Aktivitas yang berlebihan akan meningkatkan metabolisme tubuh
Pertahankan tirah baring
Istirahat diperlukan pada saat fase akut untuk mengurangi inflamasi bertambah berat.
Kolaborasi pemberian cairan intravena dan terapi antipiretik
Membantu dan mendukung volume sirkulasi , serta menurunkan demam.

3.    Kerusakan intergritas kulit b.d proses inflamasi
Tujuan : dalam 3x24 jam intergritas kulit membaik
Kriteria hasil :
·         Respon infalamsi berkurang sampai dengan hilang
·         Menunjukan regenerasi kulit
·         Proses infalamsi tidak menyebar
Intrvensi                            
Rasional
Kaji kerusakan kulit yang terjadi
Menjadi dasar untuk intervensi keperawatan
Lakukan perawatan kulit yang hiperemis  dengan cara :
1.    Jika kulit masih normal :
·         lembabkan kulit secara teratur
·         Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
·         Lindungi tangan dan kaki dari adanya luka terbuka
2.      Jika terjadi luka lakukan perawatan dengan prinsip steril
·         Bersihkan luka setiap hari dengan cairan isotonis
·         Lakukan massage luka apabila terdapat pus



·      Kulit hiperemis terasa nyeri dan panas pemberian kompres memberikan rasa nyaman nyeri dan mengurangi bengkak dan inflamasi
·      Kulit yang lembab juga mengurangi reaksi inflamasi bertambah
·      Perawatan luka dengan tehnik steril dan cairan isotonis akan mudah diabsobsi dan mempercepat penyembuhan luka
·      Pus yang tidak keluar akan menyebabkan penyebaran infeksi sampai dengan sepsis.
Tingkatkan asupan nutrisi sesuai indikasi
Untuk meningkatkan asupan kalori guna memenuhi pertumbuhan jaringan
Evaluasi kerusakan kulit dan perbaikan
Untuk menilai keberhasilan perawatan
Kolaborasi dengan dokter perawatan luka dengan modern dressing
Memepercepat penyebuhan luka

4.    Kecemasaan b.d kurangnya informasi yang di dapat mengenai proses penyakit
Tujuan : kecemasaan berkurang setelah mendapat informasi tentang penyakit
Kriteria hasil :
·         Pasien mengatakan kecemasaan berkurang
·         Pasien dapat mengekspresikan sikap positip dan mengerti tentang penyakitnya
·         Ekspresi wajah tampak tenang
Intervensi
Rasional
Kaji tanda verbal dan norverbal kecemasaan , dampingi pasien dan lakukan tindakan bila menunjukan perilaku merusak
Reaksi verbal atau non verbal dapat menunjukan rasa agitasi marah dan gelisa
Hindari konfrontasi
Menurunkan kerja sama dan memperlambat penyembuhan
Beri lingkungan ynag tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rasangan ekternal yang tidak perlu
Tingkatkan kontrol sensasi pasien
Membantu latihan relaksasi dan tehknik-tekhnik pengalihan serta memberikan respon balik yang positif
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap ke khawitaran yang tidak dapat di ekspresikan














DAFTAR PUSTAKA

Ekstrada, Ronal. 2014.Atlas Saku Patofisiologi. Jakarta.Karisma.
Hartono, Andry. 2013. Sinopsis Organ Sistem Endrokinologi. Jakarta . Karisma.
Mutaqin, Arif dan Kumalasari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba medika.

















Data obyektif
Data subyektif
1. kulit lengan kanan atas tampak kemerahan , edema, hangat, mengkilat, tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
1. pasien mengatakan riwayat diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu
2. suhu 38 derajat celcius
Nadi 72 x/meenit
TD= 120/70mmhg
RR = 18 x/menit
2. pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan atas
3. ekspresi wajah tampak sesekali meringis kesakitan

4. skala nyeri 3 (skala 0-10)

5. hasil laboratorium HB 15gr%, hematokrit 43%, leukosit 24000/mm3, gula darah 235 mg/dl


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »