TUGAS INTEGUMEN
REVIEW
KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN :
SELULITIS PADA DIABETES MELITUS
KASUS :
Tn A
usia 42 tahun, Tinggi badan 155 cm, BB 80 Kg, di rawat di ruang Cempaka karena
demam. Saat pemeriksaan fisik diperoleh data : Kulit pada lengan kanan atas
tampak kemerahan, edema, hangat mengilat, tampak seperti kulit jeruk yang
meneglupas, suhu 38 ‘C, nadi 72 x/menit, TD 120/70 mmhg, respirasi rate
18x/menit, skala nyeri nyeri 3 (skala 0-10), hasil anamnese diperoleh riwayat
Diabetes Melitus sejak 10 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan laboratorium
: Hemoglobin 15 gr%, hematokrit 43%, lekosit 24.000/mm3, Gula darah 235 mg/dl.
Pertanyaan :
1.
Tuliskan konsep tersebut dengan
menggunakan bahasa anda sendiri secara sederhana dan operasional!
2.
Buatlah pengelompokkan data
(termasuk objektif dan subjektif tambahan) pada kasus tersebut!
3.
Buatlah analisa data pada kasus
tersebut!
4.
Buatlah diagnosa keperawatan
pada kasus tersebut!
5.
Buat intervensi dan rasional
pada kasus tersebut!
KONSEP TEORI SELULITIS
A. TEORI SELULITIS
1.
Pengertian
·
Selulitis merupakan inflamasi
jaringan subkutan dimana proses infalamasi yang umumnya yang dianggpa sebagai
penyebab adalah bakteri, S Aureus dan atau sterptococus (Arif Mutaqui, hal
68:2011)
·
Selulitis merupakan infeksi
lapisan dermis atau subkutan kulit (Atlas Saku Patofisiologi, hal 346 : 2014)
2.
Penyebab
A.
Infeksi bakteri dan jamur
(umumnya streptococus group A, Beta-hemoliticus atau stapilococus aureus)
B.
Pada diabetes atau penurunan
fungsi imunitas : E.coli, pseudomonas aeruginosa
C.
Pada anak-anak lebih jarang
disebabkan oleh pneumococci dan naiserria meningititidis group B (Periorbita)
D.
Gigitan serangga atau binatang.
3.
|
|
Patofisiologi
4.
Tanda dan Gejala
A.
Tanda klasik selulitis adalah
eritema dan edema yang mengelilingi luka awal, Jaringan terasa hangat bila di
sentuh.
B.
Pada fase awal bisa didapatkan
adanya kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di
kulit.
C.
Malaise
D.
Demam
E.
Menggigil
F.
Bengkak, serta tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas.
G.
Adanya lesi kulit berupa eritema
lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas namun plak
eritematos batasnya tak jelas (difus dan tepi tidak meninggi).
H.
Terkadang bagian tengahnya
menjadi nodular dan bagian atasnya terdapat vesikula yang pecah mengeluarkan
pus serta jaringan nekrotik
5.
Test Diagnostik
Jika
sudah mengalami tandanya sistemik maka untuk melakukan diagnosa dengan cara
pemeriksaan lab yaitu :
·
Complet Blood count :
menunujukan peningkatan leukosit dan tara-rat sedimen eritrosit,
mengindikasikan adanya infeksi bakkteri
·
BUN level
·
Kreatinin level
·
Kultur darah
·
Kultur pus
·
Kadar gula darah
6.
Penatalaksanaan
A.
Jika kulit masih normal :
·
lembabkan kulit secara teratur
·
Potong kuku jari tangan dan kaki
secara hati-hati
·
Lindungi tangan dan kaki dari
adanya luka terbuka
B.
Jika terjadi luka
·
Bersihkan luka setiap hari
dengan cairan isotonis
C.
Pemberian antibiotik golongan
penisilin, jika masih ringan peroral jika kondisi berat diberikan intravena.
7.
Komplikasi
A.
Ganggren
B.
Abses
C.
Sepsis berat
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
:
Biasanya pada anamnesa di
daptkan keluhan nyeri lokal dan pada beberapa pasien di temukan malaise, demam,
dan menggigil. Penting untuk dikaji riwayat yang dapat meningkatakan selulitis
seperti penyakit DM, riwayat intervensi diagnostik invasif pada penyakit
jantung, penggunaan obat imunosupsresan, atau kortikosteroid, riwayat pasca
bedah penggantian sendi panggul (total hip riplacement), pasca bedah mastektomi
radikal, serta pasca reseksi untuk by pass coroner selain itu juga, penting
dikaji adanya riwayat mencederai kulit walaupun hanya cedera ringan , misalnya
kondisi goresan, abrasi, gigitan hewan, suntikan intravena, atau narkoba
subkutan, dan pembuatan tato
b. Pemeriksaan
fisik
Fase awal : kemerahan dan nyeri
tekan terasa disuatu daerah yang kecil di kulit, kulit yang terinfeksi menjadi
panas dan bengkak serta seperti kulit jeruk yang mengelupas.
Fase lanjut : status lokalis di
daptkan lesi kulit berupa eritema lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin
merah, meluas namun batanya tidak jelas (difus) dan tepinya tidak meninggi.
Terkadang bagian tengahnya menjadi noduer dan bagian atasnya terdapat vesikula
yang pecah, mengeluarkan pus serta jaringan nekrotik.
Akibat infeksi menyebar maka
kelenjar getah bening didekatnya membengkak dan teraba lunak, penderita dapat
mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung , sakit kepala, tekanan
darah rendah. Tapi pada beberapa kasus gejala ini tidak muncul. Infeksi dapat
terus menyebar melalui alairan darah (bakteriemia.
c.
Diagnosa Keperawatan , Rencana
dan Rasionalisasi
1.Nyeri b.d respon inflamasi
lokal saraf perifer kulit
|
|
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam
nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
·
Secara subjektif melepirkan
nyeri berkurang atau dapat di adaptasi. Skala nyeri 0-3 (skala nyeri 0-10)
·
Dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
·
Pasien relaks, dapat istirahat
dan beraktivitas sesuai kemampuan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji nyeri dan lokasi nyeri
|
Menjadi parameter dasar untuk
mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan
|
Lakukan management nyeri :
·
Biarkan pasien mengambil posisi
yang nyaman, tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
·
Lakukan kompres dengan
menggunakan cairan isotonis
·
Ciptakan lingkungan yang
tenang dan batasi pengunjung
·
Ajarkan tekhnik relaksasi
pernafasan dalam
·
Ajarkan tekhnik distraksi pada
saat nyeri
|
·
Membatasi nyeri
·
Meningkatkan intergritas nyeri
dan menurunkan respon nyeri dan mengurangi bengkak selama fase akut
·
Menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan meningkatkan kondisi oksigen dalam ruangan.
·
Meningkatkan asupan Oksigen
sehingga menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
·
Dapat menurunkan stimulus
internal
|
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapi analgetik anti infamasi dan antibiotik
|
Analgetik memblok lintasan
nyeri, dan mengurangi repon inflamasi, serta antibiotik untuk anti bakteri
|
2.
Hipertermi b.d proses infeksi
atau inflamasi sistemik
|
|
Tujuan : klien menunjukan
penurunan suhu tubuh setelah dilakukan asuhan keperawatan
Kriteria hasil :
·
TTV dalam batas normal
·
Tidak terjadi demam
·
Intake –output seimbang
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi TTV
|
Menunjukan sirkulasi tubuh
|
Monitor intake dan output
|
Menunjukan status hidrasi
|
Anjurkan pasien banyak minum
bila tidak ada kontraindikasi
|
Mengganti cairan tubuh yang
hilang, akibat dari peningkatan laju metabolisme tubuh
|
Pertahankan ventilasi udara
yang cukup di ruangan dan berikan kompres hangat
|
Membantu menurunkan suhu tubuh
|
Gunakan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
|
Memeberikan rasa nyaman dan
mepercepat proses penurunan suhu tubuh
|
Anjurkan untuk bedrest total
|
Aktivitas yang berlebihan akan
meningkatkan metabolisme tubuh
|
Pertahankan tirah baring
|
Istirahat diperlukan pada saat
fase akut untuk mengurangi inflamasi bertambah berat.
|
Kolaborasi pemberian cairan
intravena dan terapi antipiretik
|
Membantu dan mendukung volume
sirkulasi , serta menurunkan demam.
|
3.
Kerusakan intergritas kulit
b.d proses inflamasi
|
|
Tujuan : dalam 3x24 jam
intergritas kulit membaik
Kriteria hasil :
·
Respon infalamsi berkurang
sampai dengan hilang
·
Menunjukan regenerasi kulit
·
Proses infalamsi tidak menyebar
|
|
Intrvensi
|
Rasional
|
Kaji kerusakan kulit yang
terjadi
|
Menjadi dasar untuk intervensi
keperawatan
|
Lakukan perawatan kulit yang
hiperemis dengan cara :
1.
Jika kulit masih normal :
·
lembabkan kulit secara teratur
·
Potong kuku jari tangan dan
kaki secara hati-hati
·
Lindungi tangan dan kaki dari
adanya luka terbuka
2. Jika
terjadi luka lakukan perawatan dengan prinsip steril
·
Bersihkan luka setiap hari
dengan cairan isotonis
·
Lakukan massage luka apabila
terdapat pus
|
·
Kulit hiperemis terasa nyeri
dan panas pemberian kompres memberikan rasa nyaman nyeri dan mengurangi
bengkak dan inflamasi
·
Kulit yang lembab juga
mengurangi reaksi inflamasi bertambah
·
Perawatan luka dengan tehnik
steril dan cairan isotonis akan mudah diabsobsi dan mempercepat penyembuhan luka
·
Pus yang tidak keluar akan
menyebabkan penyebaran infeksi sampai dengan sepsis.
|
Tingkatkan asupan nutrisi
sesuai indikasi
|
Untuk meningkatkan asupan
kalori guna memenuhi pertumbuhan jaringan
|
Evaluasi kerusakan kulit dan
perbaikan
|
Untuk menilai keberhasilan
perawatan
|
Kolaborasi dengan dokter
perawatan luka dengan modern dressing
|
Memepercepat penyebuhan luka
|
4.
Kecemasaan b.d kurangnya
informasi yang di dapat mengenai proses penyakit
|
|
Tujuan : kecemasaan berkurang setelah mendapat informasi tentang penyakit
Kriteria hasil :
·
Pasien mengatakan kecemasaan
berkurang
·
Pasien dapat mengekspresikan
sikap positip dan mengerti tentang penyakitnya
·
Ekspresi wajah tampak tenang
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tanda verbal dan norverbal kecemasaan , dampingi pasien dan
lakukan tindakan bila menunjukan perilaku merusak
|
Reaksi verbal atau non verbal dapat menunjukan rasa agitasi marah
dan gelisa
|
Hindari konfrontasi
|
Menurunkan kerja sama dan memperlambat penyembuhan
|
Beri lingkungan ynag tenang dan suasana penuh istirahat
|
Mengurangi rasangan ekternal yang tidak perlu
|
Tingkatkan kontrol sensasi pasien
|
Membantu latihan relaksasi dan tehknik-tekhnik pengalihan serta
memberikan respon balik yang positif
|
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya
|
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap ke khawitaran yang tidak
dapat di ekspresikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Ekstrada, Ronal.
2014.Atlas Saku Patofisiologi. Jakarta.Karisma.
Hartono, Andry. 2013.
Sinopsis Organ Sistem Endrokinologi. Jakarta . Karisma.
Mutaqin, Arif dan
Kumalasari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta.
Salemba medika.
Data obyektif
|
Data subyektif
|
1. kulit lengan kanan atas tampak kemerahan ,
edema, hangat, mengkilat, tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
|
1. pasien mengatakan riwayat diabetes melitus
sejak 10 tahun yang lalu
|
2. suhu 38 derajat celcius
Nadi 72 x/meenit
TD= 120/70mmhg
RR = 18 x/menit
|
2. pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan
atas
|
3. ekspresi wajah tampak sesekali meringis kesakitan
|
|
4. skala nyeri 3 (skala 0-10)
|
|
5. hasil laboratorium HB 15gr%, hematokrit 43%,
leukosit 24000/mm3, gula darah 235 mg/dl
|
|