BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Seluruh
tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.sistem
ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya termasuk kuku, rambut, kelenjar
(keringat dan sabaseous), dan rseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan
internal atau lingkungan eksternal).
Sistem
integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang
luarbiasa funsinya yaitu melindungi struktur internal tubuh dari
kerusakan,mencegah dehidrasi, dan penghasil hormon dan vitamin. Sistem
integumen adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap bakteri,virus, dan
mikroba lainnya. Kulit juga merupakan organ sensorik yang memliki reseptor
untuk mendeteksi panas, nyeri, dingin dan sentuhan.
Dalam
sistem integumen juga terdapat banyak masalah yang dapat terjadi terutama
dermatitis dan psoriasis, psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat
kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama
kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp,
punggung, umbilikus dan lumbal (Gudjonsson dan Elder, 2012).
Dermatitis
adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Biasanya
tidak mengancam jiwa atau menular. Tapi pada kondisi ini dapat membuat
seseorang sangat terganggu.
Prevalensi
psoriasis sangat bervarisi di beberapa negara, diprakirakan prevalensi di dunia
berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk. Insiden di Amerika Serikat
sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5% (Gudjonsson dan Elder, 2008).
Selama periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338 penderita psoriasis (2,39%) di
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM), Jakarta (Wiryadi, 2004). Dari total penderita psoriasis tersebut
ditemukan 28% derajat berat, 14% derajat sedang, dan 58% derajat ringan.
Psoriasis vulgaris atau tipe plak merupakan tipe yang paling sering dijumpai,
meliputi 80% dari total kasus (Wiryadi, 2004).Penyakit ini biasanya dimulai
pada usia 10–30 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan wanita.
Prevalensi
dermatitis atopik pada anak cenderung meningkat pada beberapa dekade terakhir.
Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children,
prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara.
Prevalensi dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak
2%, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20%. Prevalensi yang tinggi
juga didapatkan di Negara Amerika Serikat yaitu sebesar 17,2% (Flohr, et al.,
dalam Zulkarnain, 2009; Laughter, et al., 2000 dalam Simpson dan
Hanifin, 2005).
Pada
penelitian Yuin Chew Chan dkk, di Asia Tenggara didapatkan prevalensi
dermatitis atopik pada orang dewasa adalah sebesar kurang lebih 20% (Chan, et
al., 2006 dalam Zulkarnain, 2009).
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan penyakit pada
sistem integumen penyakit dermatitis dan psoriasis ?
2.
Apa etiologi pada penyakit dermatitis
dan psoriasis ?
3.
Apa manifestasi klinis pada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
4.
Bagaimana patofisiologi atau perjalanan
penyakit pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
5.
Bagaimana klasifikasi pada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
6.
Apa komplikasi pada penyakit dermatitis
dan psoriasis ?
7.
Apa komplikasi pada penyakit dermatitis
dan psoriasis ?
8.
Apa komplikasi pada penyakit dermatitis
dan psoriasis ?
9.
Bagaimana insiden pada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
10.
Bagaimana prognosis pada penaykit
dermatitis dan psoriasis ?
11.
Bagaimana pencegahan pada penyakit
dermatitis dan sporiasis ?
12.
Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
13.
Apa test diagnostik ada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
14. Bagaimana
Asuhan keperawatan pada penyakit
dermatitis dan psoriasis ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan sistem integumen :
1.
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat
memahami mengenai Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan sistem integumen dermatitis dan
psoriasis.
2.
Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat
memahami dan membuat Asuhan Keperawatan dengan Gangguan integumen dermatitis da
psoriasis.
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi
Fisiologi
Integumen membentuk
lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan beberapa derivatif
kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut, kuku dan beberapa jenis
kelenjar.
Fungsi integumen
· Perlindungan
: kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme, penarikan atau kehilangan cairan,
dan dari zat iritan kimia maupun mekanik. Pigmen melanin yang terdapat pada
kulit memberikan perlindungan selanjutnya terhadap sinar ultraviolet matahari.
· Pengaturan
suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit berfungsi untuk
mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.
· Ekskresi.
Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekskresi melalui
kelenjar-kelenjar kulit.
· Metabolisme.
Dengan bantuan radiasi sinar matahari atau sianr ultraviolet, proses sintesis
vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang, dimulai dari
sebuah molekul prekursor (dehidrokolesterol-7) yang ditemukan dikulit.
· Komunikasi
a. Semua
stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor khusus
yang mendeteksi sensasi yang berkaitan dengan suhu, sentuhan, tekanan, dan
nyeri.
b. Kulit
merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskular yang penting dalam
komunikasi.
1. Kulit
a. Epidermis
Epidermis
adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa
bertingkat yang mengalami keratinisasi. Jaringan ini tidak memiliki pembuluh
darah dan sel-sel nya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat
ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi
menjadi lima lapisan berikut :
1) Stratum
basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada
jaringan ikat dari lapisan kulit dibawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat
berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru didorong masuk ke lapisan
berikutnya.
2) Stratum
spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena sel-sel
tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina adalah bagian
penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
3) Stratum
granulosum. Terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan
granula-granula keratohialin yang merupakan prekursor pembentukan keratin.
· Keratin
adalah protein keras dan resilien, anti air serta melindungi permukaan kulit
yang terbuka.
· Keratin
pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur rendah,
berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
· Saat
keratohialin dan keratin berakumulasi, maka nukleus sel berdisentrigasi,
menyebabkan kematian sel.
4) Stratum
lusidum. Adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak
bernukleus yang mati yang mati atau hampir mati dengan ketebalan empat sampai
empat sampai tujuh lapisan sel.
5) Stratum
korneum adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan
sisik tidak hidup yang snagat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat mendekati
permukaan kulit. (epidermis tipis, yang melapisi seluruh tubuh, kecuali pada
telapak tangan dan telapak kaki, tersusun hanya dari lapisan basalis dan
korneum).
· Permukaan
terbuka dari stratum korneum mengalami proses pergantian ulang yang konstan
atau deskuamasi.
· Ada
pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuaminasi melalui pembelahan sel
dilapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke atas, ke arah permukaan mengalami
keratinisasi dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh
terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.
· Keseluruhan
lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke atas setiap 15 sampai 30 hari.
2. Dermis
Dermis
dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina.
Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat. Lapisan papiplar, adalah
jaringan ikat areolar renggang dengan fibrolas, sel mast dan makrofag. Lapisan
ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi nutrisi pada epidermis
diatasnya.
a. Papila
dermal serupa jari yang mengandung reseptor sensorik taktil dan pembuluh darah,
menonjol kedalam lapisan epidermis.
b. Pada
telapak tangan dan telapak kaki, papila yang ada sangat banyak dan tinggi,
jumlahnya sekitar 65.000/inci persegi (10.400/cm2).
c. Pola
tonjolan dan guratan pada telapak tangan dan telapak kaki pada setiap orang
sangat unik dan mencerminkan pengaturan papila dermal. Kegunaan guratan tangan
adalah untuk mempermudah penggenggaman melalui peningkatan friksi.
Lapisan retikular,
terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tesususn dari jaringan
ikat ireguler yang rapat, kolagen, dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan
usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik mengakibatkan
pengeriputan kulit.
Lapisan subcutan atau
hipodermis (fasia superficial) mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ
yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh
darah dan ujung saraf.
3. Warna
1) Melanosit,
terletak pada stratum basalis, memproduksi pigmen, melanin yang bertanggung
jawab untuk pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam. Pada rentang yang
terbatas, melanin melindungi kulit dari sinar UV matahari yang merusak.
Peningkatan produksi melanin (tanning) berlangsung jika terpajan sinar
matahari. Jumlah melanosit (sekitar 1.000/mm2 sampai 2.000/mm2)
tidak bervariasi antar ras, tetapi perbedaan genetik dalam besarnya jumlah
produksi melanin dan pemecahan pigmen yang lebih melebar mengakibatkan
perbedaan ras. Putting susu, areola dan area sirkumanal, skrotum, penis, dan
labia mayora, adalah area tempat terjadinya pigmentasi yang besar, sedangkan
telapak tangan dan telapak kaki mengandung sedikit pigmen.
2) Darah,
dalam pembuluh darah dibawah lapisan epidermis dapat terlihat dari permukaan
dan menghasilkan pewarnaan merah muda. Ini lebih jelas terlihat pada kulit
orang kulit putih (caucasian).
3) Keberadaan
dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada stratum korneum, dan
dalam sel lemak dermis dan hipodermis, yang menyebabkan beberapa perbedaan pada
pewarnaan kulit.
4. Derivatif
kulit.
Kuku.
Kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung yang berasal dari
perpanjangan epidermis ke dalam dermis.
a. Kuku
adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak diatas dasar kuku yang
nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.
b. Badan
kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam dikulit. Pertumbuhan kuku kira-kira
0,5 mm perminggu. Lebih cepat di musim panas daripada di musim dingin.
c. Kutikel
(eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku.
Hiponikium adalah stratum korneum tebal dibawah ujung lepas kuku.
d. Lunula
(bulan sabit) adalah area keputihan berbentuk melengkung dekat kutikel.
5. Rambut
Rambut
atau pili ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar berupa
rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna atau tersamar. Rambut terminal
biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di kulit kepala, alis dan
bulu mata, ketika masa pubertas rambut ini akan posisi rambut vellus di area
ketiak dan pubis (dan di wajah laki-laki) sebagai bagian dari karakteristik
seksual sekunder. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum
lahir melalui pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.
Folikel
rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudian membentuk bulbus
rambut. Bulbus rambut ini kemudian di invaginasi suatu massa yang tersusun dari
jaringan ikat renggang, pembuluh darah, dan saraf yang disebut papila dermal
yang memberikan nutrisi untuk pertumbuhan rambut. Sel-sel bulbus rambut yang
terletak tepat di atas papila disebut matriks germinal rambut, dan analog
dengan sel-sel stratum basalis pada epidermis. Setelah mendapat nutrisi dari
pembuluh darah pada papila, sel-sel matriks germinal kemudian membelah dan
terdorong ke arah permukaan kulit untuk menjadi rambut yang terkeratinisasi penuh.
Rambut terdiri dari akar. Bagian yang tertanam dalam folikel dan batang bagian
di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut tersusun dari tiga lapisan
epitelium.
a. Kutikel,
adalah lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati yang bersisik.
b. Korteks,
adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang
rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragam yang menentukan warna
rambut.
c. Sebuah
medula atau aksis sentral, tersusun dari dua sampai tiga lapisan sel.
Pertumbuhan buruk bahkan sering kali tidak terjadi, terutama pada rambut
pirang.
Otot
arektor pili adalah pita tipis otot polos yang berhubungan dengan folikel
rambut. Konstraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung rambut berdiri (merinding)
dan mengakibatkan keluarnya sekresi kelenjar sebasea. Setiap folikel rambut
mengandung satu atau beberapa kelenjar sebasea.
Pertumbuhan
rambut bersifat siklik (siklus).
Ada
periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase istirahat, jika rambut telah
mencapai batas pertumbuhan maksimal.
a. Selama
masa istirahat, bagian dasar rambut berubah menjadi suatu massa terkeratinisasi
menyerupai pentungan yang tetap melekat pada folikel.
b. Setelah
masa istirahat, bulbus rambut yang baru terbentuk dari bagian bawah masa yang
lama. Rambut yang baru mendorong keluar rambut yang lama, sehingga rambut lama
menjadi rontok.
c. Disuatu
saat tertentu, 90% rambut kepala sedang tumbuh dengan aktif, sedangkan 10%
sisanya beristirahat.
1) Rambut
dikulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun dan kemudian memasuki fase
istirahat selama 3 bulan sebelum rontok.
2) Rambut
di tubuh tumbuh sepanjang kurang lebih 0,05 inci/minggu. Sedangkan, rambut pada
kulit kepala membutuhkan waktu sekitar 7 minggu untuk dapat tumbuh sepanjang 1
inci.
3) Kebotakan
adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif. Prevalensinya lebih besar pada
laki-laki karena memiliki karakteristik pengaruh genetik kelamin yang hanya
akan muncul jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.
6. Kelenjar
pada kulit
Kelenjar
keringat (sudoriferus) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan struktur dan
lokasinya.
a. Kelenjar
keringat ekrin, adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin serta tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini penyebaran nya meluas ke
seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Sekresi dari
kelenjar ini (keringat) mengandung air dan membantu pendinginan evaporatif
tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.
b. Kelenjar
keringat apokrin, adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang besar dan
bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini ditemukan pada aksila,
areola payudara dan regia anogenital.
1) Kelenjar
apokrin ditemukan dilipatan ketiak dan area anogenital memiliki duktus yang
membuka ke bagian atas folikel rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi pada masa
pubertas untuk merespons stres atau kegembiraan dan mengeluarkan semacam
sekresi tidak berbau yang kemudian akan berbau jika bereaksi dengan bakteri.
2) Kelenjar
seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serumen atau getah telinga dan
kelenjar siliaris moll pada kelopak mata juga termasuk kelenjar apokrin.
3) Kelenjar
mammae, adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang mengalami fase spesialisasi
untuk memproduksi susu.
c. Kelenjar
Sebasea
Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum
yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut dan
kelenjar keringat apokrin membentuk unit pilosebasea tetapi hanya terbentuk
pada rambut di area genitalia, bibir, puting susu, dan areola payudara.
1. Kelenjar
sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang selama sekresi
sebum).
2. Sebum
adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel. Zat ini
berfungsi sebagai emoliens atau pemelbut kulit dan merupakan suatu barier
terhadap evaporasi. Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.
3. Jerawat
adalah gangguan pada kelenjar sebasea di wajah, leher, dan punggung yang
terjadi terutama pada dekade kedua masa kehidupan. Kelenjar sebasea ini dapat
terinfeksi sehingga menyebabkan furunkel (bisul).
B. Definisi
Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan
dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema ,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis adalah peradangan
pada kulit ( inflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari
( Brunner dan Suddart, 2000 ).
Dermatitis adalah iritasi atau peradangan kulit
berupa ruam merah yang gatal kadang disebut eksim (Kamus Kesehatan)
Kesimpulannya, Dermatitis adalah peradangan kulit
yang terjadi karena faktor endogen dan eksogen, yang disertai dengan inflmasi
dan pengelupasan kulit.
C. Etiologi
Dermatitis
Ada 2 faktor dari luar dan dari dalam (eksogen dan
endogen) :
1. Dari
luar : Bahan kimia, fisik( sinar), mikro organisme (bakteri dan jamur).
2. Dari
dalam : Dermatitis Sebagian lain tidak diketahui
D. Manifestasi
Klinis Dermatitis
Pada umumnya
manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus
( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
1.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
2.
Stadium subakut
: eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
3.
Stadium kronis :
lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu
berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran
klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
E. Patofisiologi
Dermatitis
1. Dermatitis
kontak
Pada dermatitis
kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan
tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik, asam arakidonik
akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast
yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan meransang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis
kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator-mediator,
sehingga perbedaan mekanisme nya dengan dermatitis kontak alergik sangan tipis
yaitu yaitu dermatitis kontak tidak melalui fase sensitasi.
Ada dua jenis
bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang. Sedangkan irirtan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor konstribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai resiko pada terjadinya kerusakan tersebut.
2. Dermatitis
Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin
meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti
cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema.
Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak
semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan
erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
3. Dermatitis
Atopik
Belum diketahui secara pasti.
Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan
pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel
mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa.
Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena
gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik
kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
4.
Dermatitis Numularis
Patofisiologi
tentang dermatitis numularis ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pada
kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum
korneum,rendah. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamine dan
mediator inflamasi lainnya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan
serat-saraf-C yang dapat menimbulkan gatal. Pada penderita dermatitis
numularis, substansi P dan kalsitosin serat peptide meningkat pada daerah lesi
dibandingkan pada non lesi. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan
sitokin lainnya sehingga memicu timbulnya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa
neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Peneliti
lain telah menunjukkan bahwa adanya sel mast pada dermis dari pasien dermatitis
numularis menunjukkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya
kemampuan menguraikan neuropeptide dan protein. Disregulasi ini dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.
F. Klasifikasi
Dermatitis
a. Dermatitis Kontak
Adalah
dermatitis yang disebabkan oleh bahan (substansi) yang menempel pada kulit.
Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang bisa di lihat
di bawah ini yaitu :
1.) Timbul akibat kontak langsung
dengan iritan.
2.) Terbatas pada daerah kontak.
3.) Berkembang lambat dan paparan yang
bersifat kronik.
4.) Akibat kontak kulit dengan iritan
kimiawi seperti pewarna rambut, perhiasan dan nikel, plester, parfum, tanaman.
5.) Disertai rasa sangat gatal, merah
dan kemudian mejadi bilur.
Dalam dermatitis kontak terbagi dua :
a) Dermatitis
Kontak Iritan
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang
bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam,
alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan
tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama
kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan
kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
b) Dermatitis
Kontak Alergi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling
sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000, yang juga
disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No.
|
Dermatitis kontak
iritan
|
Dermatitis kontak
alergik
|
|
1.
|
Penyebab
|
Iritan primer
|
Alergen kontak S.sensitizer
|
2.
|
Permulaan
|
Pada kontak pertama
|
Pada kontak ulang
|
3.
|
Penderita
|
Semua orang
|
Hanya orang yang
alergik
|
4.
|
Lesi
|
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
|
Batas tidak begitu
jelas
Eritema kurang jelas
|
5.
|
Uji Tempel
|
Sesudah ditempel 24
jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera
|
Bila sesudah 24 jam
bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
|
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopic adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal yang berhubungan dengan atopi. Penyebabnya belum
diketahui. Atopi yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada
individu yang mempunyai riwayat kepekaan
dalam keluarganya, misalnya : asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis
atopic, dan konjungtivitis alergik.
c. Dermatitis Numularis
Dermatitis berupa lesi berbentuk
mata uang(coin), berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Penyebab belum diketahui.
d. Dermatitis Okupasional
Dermatitis Okupasional adalah peradangan kulit yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja. Dermatitis ini biasanya terjadi pada orang
yang bekerja di daerah industri, pertanian, dan perkebunan. Dermatitis ini
sering terjadi pada telapak tangan dan kaki.
e. Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat
bendungan aliran darah vena. Dermatitis ini sering terjadi di daerah tungkai
bawah. Epidermis tampak hiperkeratinosis dan akantosis. Sedangkan pada dermis
tampak vasodilatasi ujung-ujung pembuluh darah.
f. Dermatitis Solaris
Dermatitis solaris adalah suatu penyakit kulit berupa proses
peradangan pada epidermis dan dermis, timbul akibat pajanan pada sinar matahari
yang lama. Sinar matahari dengan panjang gelombang antara 297-317 nm. Umumnya
penyakit timbul perlahan-lahan dengan keluhan utama rasa gatal dan panas pada
daerah yang terpajan, tempat warna kulit daerah tersebut menjadi kemerahan.
Sesudah beberapa hari warna merah menghilang disusul dengan skuamasi dan
hiperpigmentasi.
G. Komplikasi
Menggaruk
ruam gatal yang terkait dengan dermatitis dapat menyebabkan luka terbuka, yang
mungkin terinfeksi. Infeksi
kulit ini dapat menyebar dan mungkin tidak mengancam nyawa.
H. Epidemiologi
Pada
studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura memperlihatkan
bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3 % diantaranya
adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi.
Sebagai penyakit yang sering dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan
pajanan terhadap bahan-bahan iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan
sering insidennya pada profesi cleaning service, hospital care, tukang
masak, dan pegawai salon. Insiden di Jerman 4,5 pasien per 10.000 tukang masak.
Pegawai salon mempunyai insiden dermatitis kontak iritan tertinggi yaitu 46,9
kasus per 10.000 perkerja per tahun nya.Kejadian dermatitis kontak iritan lebih
sering pada wanita dibanding pria. Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan
dibanding faktor genetik yang lebih berperan pada pria. Kejadian dermatitis
kontak iritan lebih sering pada umur > 50 tahun karena keadaan kulit yang
lebih kering dan tipis.
I. Prognosis
Prognosis
baik pada individu non atopi dimana dermatitis di diagnosis dan diobati dengan
baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap dermatitis kontak iritan
Bila bahan iritan tidak dapat disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik,
dimana kondisi ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor.
J. Tes
Diagnostik
a. Uji
tempel
Dasar pelaksanaan uji tempel – Patch Test adalah sebagai
berikut:
a. Bahan yang diujikan (dengan
konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah ditentukan) ditempelkan
pada kulit normal, kemudian ditutup
b. Biarkan selam 2 hari (minimal 24
jam)
c. Kemudian bahan tes dilepas dan kulit
pada tempat tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan yang
terjadi pada kulit. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis
berupa: eritema, papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa
terjadi bula atau nekrosis.
K. Pencegahan
1. Jaga kelembaban kulit.
2. Hindari perubahan suhu dan
kelembaban yang mendadak.
3. Hindari berkeringat terlalu banyak
atau kepanasan.
4. Kurangi Stress.
5. Hindari pakaian yang menggunakan
bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
6. Hindari sabun dengan bahan yang
terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
7. Hindari faktor lingkungan lain yang
dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain
lain.
8. Hati-hati dalam memilih makanan yang
bisa menyebabkan alergi.
L. Penatalaksaan
Pada
terapi ada beberapa anjuran yang harus dilakukuan guna penyembuhan dermatitis
itu sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan dari setiap terapi, yaitu :
1. Antihistamin dan Antialergi
a. Antihistamin memredakan dermatitis
yang diinduksikan oleh alergi, bekerja terutama pada reseptor histamin H.
b. Perhatikan bahwa beberapa
antihistamin menyebabkan mengantuk. Tidak boleh diberikan pada pasien yang
mengemudi atau beroperasi mesin.
2. Antihistamin/Antipruritus Topikal
a. Memberi tahu kepada pasien untuk
menggunakan preparat anti gatal dengan tepat. Beberapa produk harus digosokkan
secara topikal, sedangkan yang lain digunakan sewaktu mandi.
b. Hindari kontak dengan mata atau
puting susu bila sedang masa menyusui. Anti-Infeksi Topikal.
c. Beberapa anti-infeksi topikal
mengandung antibiotik sehingga dapat digunakan untuk mengobati dermatitis yang
terinfeksi.
3. Anti-infeksi Topikal dengan
kortikosteroid
Kortikosteroid
yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk menekan peradangan akibat
dermatitis. Obat tersebut berguna pada berbagai tipe dermatitis yang
terinfeksi.
4. Kortikosteroid topical
a. Obat-obat seperti steroid sebaiknya
digunakan hanya pada daerah yang meradang.
b. Tidak dianjurkan untuk menggunakan
preparat mi pada luka terbuka atau pada wajah.
Pengobatan
yang tepat, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab
dermatitis multi faktor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan
bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan
peradangan.
Tujuan
utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya
infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab
sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini
biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi
sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres
dingin juga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau
krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan untuk
mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus kasus yang berat,
dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah eksim
telah terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh bakteri
penyebab infeksi. Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin untuk
mengurangi rasa gatal yang terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang
tidak berespon terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.
1) Pada kasus ringan dapat diberikan
antihistamin, atau antihistamin dikombinasi dengan antiserotonin,
antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat
diberi kortikosteroid. Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
· Dermatitis akut/basah (medidans)
harus diobati secara basah (kompres terbuka). Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), krim, pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada
daerah yang berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila
kronik, diberi salap.
·
Makin
berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
BAB III
PSORIASIS
A.
Definisi Psoriasis
Psoriasis adalah radang kulit menahun
disertai pembentukan sisik yang terutama diderita oleh orang dewasa baik
perempuan maupun laki-laki, meskipun semua usia dapat terserang (Soedarta,
2012)
Psoriasis adalah peradangan kulit yang
bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas,
skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut,
scalp, punggung, umbilikus dan lumbal (Gudjonsson dan Elder, 2012).
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik
residitif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas ,
ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar,
2013).
Jadi kesimpulannya psoriasis adalah
penyakit kulit kronik dimana terjadi pergantian sel-sel epidermis yang cepat
yang ditandai dengan adanya penebalan epidermis.
B. Etiologi
Psoriasis
Etiologi
penyakit psoriasis secara pasti belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
diduga dapat mempengaruhinya:
1. Genetik/
Herediter. Penyakit ini diturunkan melalui suatu gen yang dominan.
2. Autoimun
Sel T memegang peranan
penting dalam imunopatogenesis psoriasis. Stimulasi intrinsik maupun ekstrinsik
akan mengaktifkan limfosit T yang telah teraktivasi akan menuju kulit dan dan
mengeluarkan sitokin, kemokin, dan faktor pertumbuhan yang akan merangsang
proliferasi keratinosit serta gangguan diferensiasi dan respons angiogenetik
jaringan.
Faktor predisposisi :
·
Faktor Cuaca. Biasanya penyakit ini
sering kambuh terutama pada suhu dingin, proses ekskresi atau pengeluaran
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit tidak berlangsung lancar.
·
Trauma. Adanya gesekkan atau tekanan
serta trauma pada kulit dapat menyebabkan timbulnya lesi psoriasis.
·
Sekitar
54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai
hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata.
·
Obat-obatan golongan vasodilator, di duga dapat membuat vasodilatasi
pembuluh darah pada psoriasis.
C. Klasifikasi
Psoriasis
1. Berdasarkan
Ukurannya
a. Psoriasis
punctata/punctiformis: ukuran lesi milier(titik-titik)
b. Psoriasis
guttata : ukurannya lebih besar daripada punctata, yaitu sebesar titik air.
c. Psoriasis
Numuler : ukurannya numuler (seperti koin).
2. Berdasarkan
Ruam dan Tempat Lesinya
a. Psoriasis
pustulosa : gejala psoriasis yang disertai dengan adanya pustula yang
kecil-kecil. Banyak terdapat di telapak tangan dan kaki.
b. Psoriasis
seboroika : lesinya mengikuti predileksi seborea, tetapi gambaran klinisnya
tetap seperti psoriasis hanya skuamanya menjadi berminyak.
c. Psoriasis
Antropatiko : psoriasis yang terjadi di atas sendi-sendi kecil di tangan dan
kaki.
d. Nail
Psoriasis : psoriasis yang timbul pada daerah kuku, ditandai dengan kuku tampak
kuning dan retak.
e. Psoriasis
Fleksural atau Inverse: psoriasis yang timbul didaerah lipatan dan berlawanan
dengan tempat-tempat predileksi pada umumnya.
Tempat-tempat
predileksi : kulit kepala, atas antara daerah berambut dan tidak berambut,
tengkuk, interskapula, lumbosakral, areola mammae, lipatan mammae dan
umbilikus, bagian ekstensor siku dan lutut, punggung kaki dekat pergelangan,
kuku, mukosa, sendi-sendi kecil.
D. Manifestasi
Klinis
Ada
2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :
1. Tipe
inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif,
yang kecil. Lesi bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular
(seperti koin).
2. Tipe
plak yang stabil.
Gejala
lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus), namun pruritus ini
hanya kadang-kadang terjadi dan terutama di daerah kepala dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi
biasanya ditutupi oleh plak berwarna keperakan.
Ada
lokasi-lokasi khusus diamana psoriasis sering terjadi, yaitu:
a. Kepala
(sclap) : timbul plak yang terbatas tegas,dengan scaling yang tebal.
b. Telapak
tangan dan kaki : adanya plak keabuab yang tebal, hyperkeratosis,dan scaling
deskuamasi menunjukkan proses inflamasi.
c. Batang
tubuh (trunk): lesi yang timbul biasanya berbentuk gutata
d. Wajah
: jarang mengenai area ini.
E. Patofisiologi
Secara
fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu
pertukaran normal sel epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada
psoriasis,epidermis dibagian yang terkena diganti sekitar 3-4 hari.
Psoriasis
pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses diferensiasi yang
reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan hiperproliferasi. Kondisi ini
memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis menjadi sangat cepat.
Pertukaran sel yang sangat cepat ini menyebabkan peningkatan derajat
metabolisme dan peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. Pertukaran dan
proliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang
matang. Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan
sehingga epidermis menebal dan berbentuklah plak.
F. Komplikasi
Menurut
Corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah :
a.
Infeksi
b.
Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
c.
Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di
seluruh tubuh dengan skuama yang halus disertai gejala konstitusi berupa
malaise.
G. Insiden
Kasus
psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan dunia.
Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1% hingga
11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden tertinggi yang
dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%), dengan prevalensi
rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat prevalensinya
berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus baru yang
didiagnosis setiap tahunnya.
Pada bangsa
berkulit hitam misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian
di Amerika. Sementara insiden psoriasis di Asia hanya 0,4%. Dalam
sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun, sedangkan di
Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah dilaporkan
bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58% sebelum 30
tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua puncak onset
yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan dewasa muda (16 hingga 22
tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut (57 hingga 60 tahun). Laki-laki
dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya psoriasis
vulgaris.
Sebuah
penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit psoriasis puncaknya terjadi pada
onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada wanita. Di Indonesia
sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa lebih)
dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia saat ini berkisar 200
juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita psopriasis yang
hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara medis.
H. Prognosis
Prognosis
baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan dan perbaikan
spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang dilaporkan kematian karena kasus
ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya
kekambuhan dari penyakit.
I. Pencegahan
1.
Menghindari faktor penyebabnya
dengan tidak menggaruk atau memperparah luka yang dapat menyebabkan psoriasis
2.
Tidak merokok dan menghindari
mengkonsumsi alkohol
3.
Menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan gangguan kulit psoriasis
4. Melakukan terapi
J. Test
Diagnostik
1. Kimia
darah
2. Darah
rutin
3. Gula
darah kolesterol
4. Asam
urat
K. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Sistemik
a. kortikosteroid
( Prednison )
b. Obat
sitostatik ( Metroteksat )
c. Levodopa
d. DDS(diaminodifenilsulfon)
e. Etretinat
dan Asitretein
f. Siklosporin
2. Pengobatan
Topikal
a. Preparat Ter
( fosil, kayu, batubara )
b. Kortikosteroid
( senyawa fluor )
c. Ditranol (
antralin )
d. Pengobatan
dengan peyinaran
e. Calcipotrio
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN DERMATITIS DAN PSORIASIS
Pengkajian
keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
yang lengkap dan sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk
langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respons
individu.
Pengkajian
keperawatan pada Dermatitis dan Psoriasis adalah salah satu komponen proses
keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan sistem integumen klien. Kegiatan tersebut meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh , akurat, singkat, dan berkesinambungan.Disini akan dijelaskan
berbeda asuhan keperawatan pada Dermatitis dan Psoriasis.
I.
Dermatitis
A. Pengkajian Pada Dermatitis
1. Identitas
klien
Meliputi
nama, usia, tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat, tanggal masuk
RS.
2. Riwayat
kesehatan
Riwayat kesehatan
yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji
keadaan klien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi
klinis keluhan utama, kejadian yang
membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, dan riwayat psikososial. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan
sistem integumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama gambaran kondisi lingkungan kerja atau tempat
tinggal).
3. Keluhan
utama Dermatitis
Keluhan utama akan
menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien dengan
dermatitis seperti:
a. Gatal-gatal
b. Perih
dan panas pada kulit
c. Timbul
bula, vesikel, dan erosi
4. Riwayat
kesehatan sekarang
Perawat
mengkaji dengan metode PQRST.
P: (paliativ dan provokativ) apa yang
memperberat dan memperingan keluhan utama?
Q: (Quality) bagaimana atau gambaran
dari keluhan utama?
R: (Region) dimana tempat keluhan utama
dirasakan? Keluhan yang dirasakan terasa menyebar atau tidak?
S: (Skala) Berapa skala nyeri dari
keluhan utama (jika nyeri)
T: (Time) kapan keluhan utama muncul
atau dirasakan? Secara tiba-tiba
5. Riwayat
kesehatan dahulu
Perawat
menanyakan tentang riwayat penyakit integumen klien. Secara umum perawat perlu
menanyakan mengenai hal-hal berikut ini:
a. Apakah
klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
b. Pengobatan
saat ini dan masa lalu.
c. Alergi
d. Tempat
tinggal
6. Riwayat
kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan
sosial klien sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:
a. Penyakit
infeksi
Menanyakan riwayat
kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan
alergi
Menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.
7. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
difokuskan pada organ sistem integumen.
1) Pemeriksaaan
tanda-tanda vital dan kesadaran
a. Tekanan
darah : normal atau meningkat
b. Nadi
: cepat (takikardi)
c. Suhu
: meningkat
d. Respirasi
: meningkat
e. Nyeri
: terdapat nyeri
f. Nilai
GCS serta penilaian kualitatif : compos mentis-somnolen
2) Kulit
:
a. Kemerahan
b. Bula
c. Erosi
d. Vesikel
e. Panas
f. Patal-gatal
g. Perih
B. Diagnosa
Keperawatan
a. Kerusakan
integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
b. Gangguan
rasa nyaman b.d nyeri dan gatal
c. Risiko
tinggi infeksi b.d adanya port de entre pada lesi.
C. Rencana
Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi
inflamasi lokal.
|
Integritas kulit dapat kembali secara optimal
|
1.
Kaji
lokasi, kondisi sekitar kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papul, vesikel.
2.
Berikan
perawatan kulit
3.
Berikan
motivasi agar klien tidak kontak dengan bahan iritan
4.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang cukup pada klien
5.
Meningkatkan
integritas kulit dengan memberitahu klien untuk menghindari dari cubitan dan
garukan
|
1.
Memberikan
informasi dasar untuk dapat memberikan petunjuk pengobatan
2.
Pembersihan
kulit dapat mencegah terjadinya rasa gatal memberikan rasa nyaman
3.
Bagi
pasien yang sering kontak dengan bahan iritan akan menghambat proses
penyembuhan
4.
Asupan
nutrisi diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan
jaringan.
5.
Dengan
cubitan dan garukan dapat membuat trauma baru pada kulit.
|
2
|
Gangguan rasa nyaman b.d pruritus
|
Klien dapat menunjukkan gatal berkurang setelah diberikan perawatan.
|
1.
Kaji
penyebab gangguan rasa nyaman
2.
Kendalikan
faktor-faktor iritan
3.
Berikan
kompres dengan air panas kuku atau kompres dingin
4.
Oleskan
lotion atau krim kulit segera setelah mandi
5.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi topical
|
1.
Sebagai
dasar dalam menyusun rencana intervensi keperawatan
2.
Rasa
gatal dapat diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.
3.
Pengisapan
air yang bertahap dari kompres kassa akan menyejukkan kulit dan meredakan
pruritus.
4.
Hidrasi
yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
5.
Terapi
topical dapat meredakan pruritus.
|
3
|
Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entre pada
lesi
|
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
|
1.
Kaji
tanda-tanda vital
2.
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi
antibiotic
4.
Berikan
perawatan kulit pada area epidema
|
1.
Untuk
mengetahui tanda dan gejala pada perubahan awal kondisi fisik
2.
Untuk
melakukan tindakan selanjutnya
3.
Untuk
mengobati peradangan.
4.
Mencegah
bertambahnya lesi
|
D. Implementasi
No. DK
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Implementasi
|
1.
|
Kerusakan
integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
|
1.
Mengkaji
lokasi, kondisi sekitar kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papula, vesikel.
2.
Memberikan
perawatan kulit.
3.
Memberikan
motivasi agar klien tidak kontak dengan bahan iritan.
4.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk memberikan nutrisi cukup pada klien
5.
Membantu
meningkatkan integritas kulit dengan mengatakan kepada klien untuk
menghindari dari cubitan dan garukan.
|
2
|
Gangguan rasa
nyaman b.d pruritus
|
1.
Mengkaji
penyebab rasa nyaman
2.
Membantu
mengendalikan faktor-faktor iritan
3.
Memberikan
kompres air panas kuku atau kompres dingin
4.
Mengoleskan
lotion atau krim kulit segera setelah mandi
5.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi topical
|
3
|
Risiko tinggi
infeksi b.d adanya port de entree pada lesi
|
1.
Mengkaji
tanda-tanda vital
2.
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotic
4.
Memberikan
perawatan kulit pada daerah epidema
|
E. Evaluasi
No. DK
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Evaluasi
|
1
|
Kerusakan
integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
|
Klien
menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit dan turgor kulit normal
|
2
|
Gangguan rasa
nyaman b.d pruritus
|
Klien merasa
nyaman
|
3
|
Risiko tinggi
infeksi b.d adanya port de entree pada lesi
|
Kilen bebas
dari tanda gejala infeksi
|
II.
Psoriasis
A. Pengkajian
pada Psoriasis
1. Identitas
klien
Meliputi nama, usia,
tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat, tanggal masuk RS.
3) Riwayat
kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi
data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan klien dan
keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinis keluhan
utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan
riwayat psikososial. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan sistem integumen
adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama
gambaran kondisi lingkungan kerja atau tempat tinggal).
4) Keluhan
utama Psoriasis
Keluhan utama akan menentukan prioritas
intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan
utama yang biasa muncul pada klien dengan psoriasis seperti:
d. Kemerahan
pada kulit dan pruritus.
e. Terdapat
inflamasi, eruptif dan lesi, hiperkeratinosis, dan plak.
5) Riwayat
kesehatan sekarang
Perawat
mengkaji dengan metode PQRST.
P: (paliativ dan provokativ) apa yang
memperberat dan memperingan keluhan utama?
Q: (Quality) bagaimana atau gambaran
dari keluhan utama?
R: (Region) dimana tempat keluhan utama
dirasakan? Keluhan yang dirasakan terasa menyebar atau tidak?
S: (Skala) Berapa skala nyeri dari
keluhan utama (jika nyeri)
T: (Time) kapan keluhan utama muncul
atau dirasakan? Secara tiba-tiba
6) Riwayat
kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat
penyakit integumen klien. Secara umum perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal
berikut ini:
e. Apakah
klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
f. Pengobatan
saat ini dan masa lalu.
g. Alergi
h. Tempat
tinggal
7) Riwayat
kesehatan keluarga
Tujuan
menanyakan riwayat keluarga dan sosial klien sekurang-kurangnya ada tiga hal,
yaitu:
c. Penyakit
infeksi
Menanyakan riwayat
kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
d. Kelainan
alergi
Menunjukkan suatu predisposisi keturunan
tertentu.
8) Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
difokuskan pada organ sistem integumen.
1) Pemeriksaaan
tanda-tanda vital dan kesadaran
a. Tekanan
darah : normal atau meningkat
b. Nadi
: cepat (takikardi)
c. Suhu
: meningkat
d. Respirasi
: meningkat
e. Nyeri
: terdapat nyeri
f. Nilai
GCS serta penilaian kualitatif : compos mentis-somnolen
2) Kulit
:
a. Kemerahan
b. Lesi
c. Deskuamasi
d. Plak
e. Gatal-gatal
f. Perih
B. Diagnosa
Keperawatan
a. Gangguan
integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
b. Gangguan
gambaran citra diri b.d perubahan
struktur kulit
c. Kurang
pengetahuan b.d tidak adekuatnya sumber informasi
d. Ansietas
b.d perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
C. Rencana
Keperawatan
No.
|
D.K
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan
reaksi inflamasi
|
Dalam 5 x 4 jam integritas kulit
membaik secara optimal.
1. Pertumbuhan
jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang
|
1. Kaji
kerusakan kulit yang terjadi pada klien
2. Lakukan
tindakan peningkatan integritas jaringan
3. Tingkatkan
asupan nutrisi
4. Evaluasi
kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan
|
1. Menjadi
data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan
digunakan
2. Untuk
menghindari cedera kulit pasien harus dinasehati untuk tidak menggaruk yang
sakit. Tindakan untuk mencegah kekeringan kulit perlu dianjurkan karena
kulityang kering akan memperburuk keadaan psoriasis. Tindakan membasuh lesi
yang terlalu sering akan menambah sakit dan bertambah sisik. Air yang dipakai
harus hangat dan tidak panas; kulit harus di keringkan dengan handuk dengan
cara ditepuk – tepuk saja
3. Asupan
nutrisi yang cukup dapat membantu proses pertumbuhan jaringan
4. Apabila
masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5 x 4 jam, maka perlu dikaji
ulang faktor – faktor menghambat pertumbuhan dan perbaikan dari lesi
|
2
|
Gangguan gambaran citra diri b.d
perubahan struktur kuit
|
Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri
klien meningkat dengan kriteria hasil :
1. Mampu
menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi
2. Mampu
menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
|
1. Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
2. Identifikasi
arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien
3. Bina
hubungan terapeutik
4. Bantu
klien untuk mendapatkan mekanisme koping yang efektif
5. Anjurkan
orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak- banyaknya hal –
hal untuk dirinya
6. Dukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi
7. Monitor
gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, dan letargi
8. Kolaborasi
untuk pemberian therapi obat - obatan
|
1. Menentukan
bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
2. Bebrapa
pasien dapat menerima secara efektif kondisi perubahan fungsi yang
dialaminya, sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam menerima perubahan
fungsi yang dialaminya, sehingga memberikan dampak pada kondisi koping
maladaptif
3. Hubungan
antara perawat dengan klien psoriasis
merupakan hubungan yang mencakup pendidikan serta dukungan, setelah hubungan
tersebut diciptakan pasien harus lebih memiliki keyakinan diri dan
pemberdayaan dalam melaksanakan program terapi, serta menggunakan strategi
koping yang membantu mengatasi perubahan pada konsep diri dan citra tubuh
yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis tersebut
4. Pengenalan
terhadap strategi koping yang berhasil dijalankan oleh penderita psoriasis
lainnya dan saran – saran untuk mengurangi atau menghadapi situasi penuh
stres dirumah, sekolah, atau tempat kerja akan memfasilitasi ekspekstasi
pasien yang lebih positif kesediannya untuk memahami sifat penyakit yang
kronik
5. Menghidupkan
kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta
mempengaruhi proses rehabilitasi
6. Pasien
mampu beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran inddividu
masa mendatang
7. Dapat
mengindikasikan terjadinya depresi yang umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut
8. Dengan memberikan terapi sesuai indikasi
klien diharapkan akan mendapatkan kondisi yang membaik
|
3.
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
tidak adekuatnya sumber informasi
|
Pengetahuan pasien bertambah dengan
kriteria hasil :
1. klien
menunjukan pemahaman akan penyakitnya
2. klien
menunjukan adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik
|
1. Kaji
ulang pengobatan
2. Berikan
informasi mengenai tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan
inflamasi
3. Diskusikan
jadwal pengobatan
4. Diskusikan
tentang peningkatan jadwal kunjungan ke dokter
|
1. Pengulangan
memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan meyakinkan pemahan yang akurat
2. Agar
klien memahami dan mencegah faktor reesiko iflamasi serta dapat
mengantisipasi secara dini kalanjutan keadaan tersebut
3. Agar
klien dapat menentukan waktu yang tepat untuk terapi sehingga memungkinkan memahami fungsi
terapi yang diikuti
4. Agar
klien lebih memahami tentang kondisinya
|
4.
|
Ansietas yang berhubungan perubahan
status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
|
Dalam 3 x 24 jam ansietas dapat
diminimalkan dengan kriteria hasil :
1. Klien
tampak rileks
2. Klien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan
mengatasi masalah dan menggunakan sumber – sumber secara efektif
3. Tanda
– tanda vital normal
4. Klien
mengatakan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
|
1. Kaji
tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
2. Kaji
ulang keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
3. Berikan
waktu klien untuk mengungkapkan masalahnya
4. Jelaskan
semua prosedur dan pengobatan
5. Diskusikan
perilaku koping alternatif dan teknik pemecahan masalah
|
1. Identifikasi
masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya
dengan lebih realistis
2. Sebagai
indikator awal dalam menentukan intervensi selanjutnya
3. Agar
klien merasa diterima
4. Ketidaktahuan
dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5. Mengurangi
kecemasan klien.
|
D. Implementasi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
1
|
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan
reaksi inflamasi
|
1. Mengkaji
kerusakan kulit yang terjadi pada klien
2. Melakukan
tindakan peningkatan integritas kulit
3. Meningkatkan
asupan nutrisi
4. Mengevaluasi
kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan
|
2
|
Gangguan gambaran citra diri b.d perubahan struktur kulit
|
1. Mengkaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
2. Identifikasi
arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien
3. Membina
hubungan terapeutik
4. Membantu
klien untuk mendapatkan mekanisme koping yang efektif
5. Menganjurkan
orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal
untuk dirinya
6. Mendukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi
7. Memonitor
gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi dan letargi
8. Kolaborasi
untuk pemberian therapi obat-obatan
|
3
|
Kurang pengetahuan b.d tidak
adekuatnya sumber informasi
|
1. Mengkaji
ulang pengobatan
2. Memberikan
informasi mengenai tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan
inflamasi
3. Diskusikan
jadwal pengobatan
4. Diskusikan
tentang peningkatan jadwal kunjungan ke dokter
|
4
|
Ansietas b.d perubahan status
kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
|
1. Mengkaji
tingkat ansietas dan diskusikan penyebab
2. Mengkaji
ulang keadaan umum klien dan tanda-tanda vital
3. Memberikan
waktu untuk klien mengungkapkan masalahnya
4. Menjelaskan
semua prosedur dan pengobatan
5. Mendiskusikan
perilaku koping alternatif dan teknik pemecahan masalah.
|
E. Evaluasi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
1
|
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan
reaksi inflamasi
|
Integritas kulit dapat kembali normal
|
2
|
Gangguan gambaran citra diri b.d perubahan struktur kulit
|
Klien dapat mengungkapkan dan
mendemonstrasikan penerimaan penampilan (kerapian, postur, kehadiran diri )
|
3
|
Kurang pengetahuan b.d tidak
adekuatnya sumber informasi
|
Klien dapat mengerti dan memahami
proses penyakit dan penanganan penyakit
|
4
|
Ansietas b.d perubahan status
kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
|
Klien tidak cemas lagi
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi
karena faktor endogen dan eksogen, yang disertai dengan inflmasi dan
pengelupasan kulit. Ada 2 faktor dari luar dan dari dalam (eksogen dan endogen)
:
· Dari
luar : Bahan kimia, fisik( sinar), mikro organisme (bakteri dan jamur).
· Dari
dalam : Dermatitis Sebagian lain tidak diketahui
Tanda dan
gejala dermatitis adalah adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (
gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
·
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
·
Stadium subakut
: eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
·
Stadium kronis :
lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Dermatitis dapat dicegah dengan terapi dan menghindari penyebab. Terdapat
obat-obatan yang dapat menyembuhkan dermatitis yaitu antihistamin, antialergi,
dan antipruritus topikal.
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik dimana
terjadi pergantian sel-sel epidermis yang cepat yang ditandai dengan adanya
penebalan epidermis. Penyebab psoriasis belum diketahui pasti namun ada
beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi psoriasis yaitu
genetik/herediter, autoimun, cuaca, dan trauma.
Tempat-tempat predileksi psoriasis adalah kulit
kepala, atas antara daerah berambut dan tidak berambut, tengkuk, interskapula,
lumbosakral, areola mammae, lipatan mammae dan umbilikus, bagian ekstensor siku
dan lutut, punggung kaki dekat pergelangan, kuku, mukosa, sendi-sendi kecil.
Jika tidak diobati dengan baik psoriasis dapat
menimbulkan infeksi, artritis psoriasis yang dapat menyerang sendi-sendi kecil,
dan psoriasis eritroderma yang mana penyebaran lesi semakin luas hingga seluruh
tubuh dapat terkena, namun bila ditangani dengan baik psoriasis dapat sembuh dan
penyakit ini bersifat kronik residitif atau dapat kambuh kembali. Obat yang
dapat menyembuhkan psoriasis adalah jenis obat topikal dan sistemik.
B. Saran
Dalam makalah ini diharapkan para pembaca bisa
mengerti mengenai proses penyebab dan banyak hal lagi mengenai dermatitis dan
psoriasis. Penulis menyarankan agar pembaca dapat menjaga kebersihan diri
(personal hygiene) dan menghindari faktor yang dapat membuat kontak alergi
dengan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
McPhee,Stephen J. 2011. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Graham Brown, Robin. 2005. Dermatologi. Jakarta : EGC
Siregar. 2013. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC
Djuanda,Adhi. 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/PH-1-1-01pdf.pdf