asuhan keperawatan pada psoriaris dan dermatitis terbaru 2016


BAB I
PENDAHULUAN
asuhan keperawatan pada psoriaris dan dermatitis terbaru 2016




Baca dan Kunjungi Artikel Menarik Dibawah ini:

Asuhan keperawatan pada klien epilepsi

A.  Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sabaseous), dan rseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luarbiasa funsinya yaitu melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan,mencegah dehidrasi, dan penghasil hormon dan vitamin. Sistem integumen adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap bakteri,virus, dan mikroba lainnya. Kulit juga merupakan organ sensorik yang memliki reseptor untuk mendeteksi panas, nyeri, dingin dan sentuhan.
Dalam sistem integumen juga terdapat banyak masalah yang dapat terjadi terutama dermatitis dan psoriasis, psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal (Gudjonsson dan Elder, 2012).
Dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Biasanya tidak mengancam jiwa atau menular. Tapi pada kondisi ini dapat membuat seseorang sangat terganggu.
Prevalensi psoriasis sangat bervarisi di beberapa negara, diprakirakan prevalensi di dunia berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk. Insiden di Amerika Serikat sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5% (Gudjonsson dan Elder, 2008). Selama periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338 penderita psoriasis (2,39%) di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta (Wiryadi, 2004). Dari total penderita psoriasis tersebut ditemukan 28% derajat berat, 14% derajat sedang, dan 58% derajat ringan. Psoriasis vulgaris atau tipe plak merupakan tipe yang paling sering dijumpai, meliputi 80% dari total kasus (Wiryadi, 2004).Penyakit ini biasanya dimulai pada usia 10–30 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan wanita.
Prevalensi dermatitis atopik pada anak cenderung meningkat pada beberapa dekade terakhir. Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara. Prevalensi dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak 2%, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20%. Prevalensi yang tinggi juga didapatkan di Negara Amerika Serikat yaitu sebesar 17,2% (Flohr, et al., dalam Zulkarnain, 2009; Laughter, et al., 2000 dalam Simpson dan Hanifin, 2005).
Pada penelitian Yuin Chew Chan dkk, di Asia Tenggara didapatkan prevalensi dermatitis atopik pada orang dewasa adalah sebesar kurang lebih 20% (Chan, et al., 2006 dalam Zulkarnain, 2009).

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan penyakit pada sistem integumen penyakit dermatitis dan psoriasis ?
2.    Apa etiologi pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
3.    Apa manifestasi klinis pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
4.    Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
5.    Bagaimana klasifikasi pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
6.    Apa komplikasi pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
7.    Apa komplikasi pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
8.    Apa komplikasi pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
9.    Bagaimana insiden pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
10.     Bagaimana prognosis pada penaykit dermatitis dan psoriasis ?
11.     Bagaimana pencegahan pada penyakit dermatitis dan sporiasis ?
12.     Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?
13.     Apa test diagnostik ada penyakit dermatitis dan psoriasis ?

14.     Bagaimana Asuhan keperawatan  pada penyakit dermatitis dan psoriasis ?



C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan sistem integumen   :
1.      Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan dengan Gangguan sistem integumen dermatitis dan psoriasis.
2.      Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat memahami dan membuat Asuhan Keperawatan dengan Gangguan integumen dermatitis da psoriasis.























BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.  Anatomi Fisiologi


Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan beberapa derivatif kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut, kuku dan beberapa jenis kelenjar.
Fungsi integumen
·      Perlindungan : kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme, penarikan atau kehilangan cairan, dan dari zat iritan kimia maupun mekanik. Pigmen melanin yang terdapat pada kulit memberikan perlindungan selanjutnya terhadap sinar ultraviolet matahari.
·      Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit berfungsi untuk mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.
·      Ekskresi. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekskresi melalui kelenjar-kelenjar kulit.
·      Metabolisme. Dengan bantuan radiasi sinar matahari atau sianr ultraviolet, proses sintesis vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang, dimulai dari sebuah molekul prekursor (dehidrokolesterol-7) yang ditemukan dikulit.
·      Komunikasi
a.    Semua stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor khusus yang mendeteksi sensasi yang berkaitan dengan suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri.
b.    Kulit merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskular yang penting dalam komunikasi.

1.    Kulit
a.    Epidermis
Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi. Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-sel nya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan berikut :
1)   Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit dibawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru didorong masuk ke lapisan berikutnya.
2)   Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina adalah bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
3)   Stratum granulosum. Terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan granula-granula keratohialin yang merupakan prekursor pembentukan keratin.
·      Keratin adalah protein keras dan resilien, anti air serta melindungi permukaan kulit yang terbuka.
·      Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
·      Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, maka nukleus sel berdisentrigasi, menyebabkan kematian sel.
4)   Stratum lusidum. Adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak bernukleus yang mati yang mati atau hampir mati dengan ketebalan empat sampai empat sampai tujuh lapisan sel.
5)   Stratum korneum adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan sisik tidak hidup yang snagat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat mendekati permukaan kulit. (epidermis tipis, yang melapisi seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tersusun hanya dari lapisan basalis dan korneum).
·      Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses pergantian ulang yang konstan atau deskuamasi.
·      Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuaminasi melalui pembelahan sel dilapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke atas, ke arah permukaan mengalami keratinisasi dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.
·      Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke atas setiap 15 sampai 30 hari.

2.    Dermis
Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat. Lapisan papiplar, adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibrolas, sel mast dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi nutrisi pada epidermis diatasnya.
a.    Papila dermal serupa jari yang mengandung reseptor sensorik taktil dan pembuluh darah, menonjol kedalam lapisan epidermis.
b.    Pada telapak tangan dan telapak kaki, papila yang ada sangat banyak dan tinggi, jumlahnya sekitar 65.000/inci persegi (10.400/cm2).
c.    Pola tonjolan dan guratan pada telapak tangan dan telapak kaki pada setiap orang sangat unik dan mencerminkan pengaturan papila dermal. Kegunaan guratan tangan adalah untuk mempermudah penggenggaman melalui peningkatan friksi.

Lapisan retikular, terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tesususn dari jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen, dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik mengakibatkan pengeriputan kulit.

Lapisan subcutan atau hipodermis (fasia superficial) mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.

3.    Warna
1)   Melanosit, terletak pada stratum basalis, memproduksi pigmen, melanin yang bertanggung jawab untuk pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam. Pada rentang yang terbatas, melanin melindungi kulit dari sinar UV matahari yang merusak. Peningkatan produksi melanin (tanning) berlangsung jika terpajan sinar matahari. Jumlah melanosit (sekitar 1.000/mm2 sampai 2.000/mm2) tidak bervariasi antar ras, tetapi perbedaan genetik dalam besarnya jumlah produksi melanin dan pemecahan pigmen yang lebih melebar mengakibatkan perbedaan ras. Putting susu, areola dan area sirkumanal, skrotum, penis, dan labia mayora, adalah area tempat terjadinya pigmentasi yang besar, sedangkan telapak tangan dan telapak kaki mengandung sedikit pigmen.
2)   Darah, dalam pembuluh darah dibawah lapisan epidermis dapat terlihat dari permukaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda. Ini lebih jelas terlihat pada kulit orang kulit putih (caucasian).
3)   Keberadaan dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada stratum korneum, dan dalam sel lemak dermis dan hipodermis, yang menyebabkan beberapa perbedaan pada pewarnaan kulit.

4.    Derivatif kulit.
Kuku. Kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung yang berasal dari perpanjangan epidermis ke dalam dermis.
a.       Kuku adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak diatas dasar kuku yang nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.
b.      Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam dikulit. Pertumbuhan kuku kira-kira 0,5 mm perminggu. Lebih cepat di musim panas daripada di musim dingin.
c.       Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku. Hiponikium adalah stratum korneum tebal dibawah ujung lepas kuku.
d.      Lunula (bulan sabit) adalah area keputihan berbentuk melengkung dekat kutikel.
                    
5.    Rambut
 

Rambut atau pili ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar berupa rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna atau tersamar. Rambut terminal biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di kulit kepala, alis dan bulu mata, ketika masa pubertas rambut ini akan posisi rambut vellus di area ketiak dan pubis (dan di wajah laki-laki) sebagai bagian dari karakteristik seksual sekunder. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum lahir melalui pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.
Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudian membentuk bulbus rambut. Bulbus rambut ini kemudian di invaginasi suatu massa yang tersusun dari jaringan ikat renggang, pembuluh darah, dan saraf yang disebut papila dermal yang memberikan nutrisi untuk pertumbuhan rambut. Sel-sel bulbus rambut yang terletak tepat di atas papila disebut matriks germinal rambut, dan analog dengan sel-sel stratum basalis pada epidermis. Setelah mendapat nutrisi dari pembuluh darah pada papila, sel-sel matriks germinal kemudian membelah dan terdorong ke arah permukaan kulit untuk menjadi rambut yang terkeratinisasi penuh. Rambut terdiri dari akar. Bagian yang tertanam dalam folikel dan batang bagian di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut tersusun dari tiga lapisan epitelium.
a.    Kutikel, adalah lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati yang bersisik.
b.    Korteks, adalah lapisan tengah yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang rambut. Bagian ini mengandung jumlah pigmen beragam yang menentukan warna rambut.
c.    Sebuah medula atau aksis sentral, tersusun dari dua sampai tiga lapisan sel. Pertumbuhan buruk bahkan sering kali tidak terjadi, terutama pada rambut pirang.
Otot arektor pili adalah pita tipis otot polos yang berhubungan dengan folikel rambut. Konstraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung rambut berdiri (merinding) dan mengakibatkan keluarnya sekresi kelenjar sebasea. Setiap folikel rambut mengandung satu atau beberapa kelenjar sebasea.
Pertumbuhan rambut bersifat siklik (siklus).
Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase istirahat, jika rambut telah mencapai batas pertumbuhan maksimal.
a.       Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berubah menjadi suatu massa terkeratinisasi menyerupai pentungan yang tetap melekat pada folikel.
b.      Setelah masa istirahat, bulbus rambut yang baru terbentuk dari bagian bawah masa yang lama. Rambut yang baru mendorong keluar rambut yang lama, sehingga rambut lama menjadi rontok.
c.       Disuatu saat tertentu, 90% rambut kepala sedang tumbuh dengan aktif, sedangkan 10% sisanya beristirahat.
1)   Rambut dikulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun dan kemudian memasuki fase istirahat selama 3 bulan sebelum rontok.
2)   Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kurang lebih 0,05 inci/minggu. Sedangkan, rambut pada kulit kepala membutuhkan waktu sekitar 7 minggu untuk dapat tumbuh sepanjang 1 inci.
3)   Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif. Prevalensinya lebih besar pada laki-laki karena memiliki karakteristik pengaruh genetik kelamin yang hanya akan muncul jika hormon laki-laki ada dalam tubuh.

6.    Kelenjar pada kulit
Kelenjar keringat (sudoriferus) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan struktur dan lokasinya.
a.    Kelenjar keringat ekrin, adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin serta tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini penyebaran nya meluas ke seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini (keringat) mengandung air dan membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.

b.    Kelenjar keringat apokrin, adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini ditemukan pada aksila, areola payudara dan regia anogenital.
1)   Kelenjar apokrin ditemukan dilipatan ketiak dan area anogenital memiliki duktus yang membuka ke bagian atas folikel rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi pada masa pubertas untuk merespons stres atau kegembiraan dan mengeluarkan semacam sekresi tidak berbau yang kemudian akan berbau jika bereaksi dengan bakteri.
2)   Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serumen atau getah telinga dan kelenjar siliaris moll pada kelopak mata juga termasuk kelenjar apokrin.
3)   Kelenjar mammae, adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang mengalami fase spesialisasi untuk memproduksi susu.


c.    Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut dan kelenjar keringat apokrin membentuk unit pilosebasea tetapi hanya terbentuk pada rambut di area genitalia, bibir, puting susu, dan areola payudara.
1.      Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang selama sekresi sebum).
2.      Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel. Zat ini berfungsi sebagai emoliens atau pemelbut kulit dan merupakan suatu barier terhadap evaporasi. Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.
3.      Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea di wajah, leher, dan punggung yang terjadi terutama pada dekade kedua masa kehidupan. Kelenjar sebasea ini dapat terinfeksi sehingga menyebabkan furunkel (bisul).

B.  Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema , edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( inflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari ( Brunner dan Suddart, 2000 ).
Dermatitis adalah iritasi atau peradangan kulit berupa ruam merah yang gatal kadang disebut eksim (Kamus Kesehatan)
Kesimpulannya, Dermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi karena faktor endogen dan eksogen, yang disertai dengan inflmasi dan pengelupasan kulit.

C.  Etiologi Dermatitis
Ada 2 faktor dari luar dan dari dalam (eksogen dan endogen) :
1.    Dari luar : Bahan kimia, fisik( sinar), mikro organisme (bakteri dan jamur).
2.    Dari dalam : Dermatitis Sebagian lain tidak diketahui


D.  Manifestasi Klinis Dermatitis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
1.    Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
2.    Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
3.    Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

E.   Patofisiologi Dermatitis
1.    Dermatitis kontak
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik, asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan meransang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator-mediator, sehingga perbedaan mekanisme nya dengan dermatitis kontak alergik sangan tipis yaitu yaitu dermatitis kontak tidak melalui fase sensitasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang. Sedangkan irirtan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor konstribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai resiko pada terjadinya kerusakan tersebut.

2.    Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.

3.    Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T.  Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
4.    Dermatitis Numularis
Patofisiologi tentang dermatitis numularis ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pada kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum,rendah. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamine dan mediator inflamasi lainnya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan serat-saraf-C yang dapat menimbulkan gatal. Pada penderita dermatitis numularis, substansi P dan kalsitosin serat peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin lainnya sehingga memicu timbulnya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Peneliti lain telah menunjukkan bahwa adanya sel mast pada dermis dari pasien dermatitis numularis menunjukkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptide dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.

F.   Klasifikasi Dermatitis
a.    Dermatitis Kontak
Adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan (substansi) yang menempel pada kulit. Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang bisa di lihat di bawah ini yaitu :
1.) Timbul  akibat kontak langsung dengan iritan.
2.) Terbatas pada daerah kontak.
3.) Berkembang lambat dan paparan yang bersifat kronik.
4.) Akibat kontak kulit dengan iritan kimiawi seperti pewarna rambut, perhiasan dan nikel, plester, parfum, tanaman.
5.) Disertai rasa sangat gatal, merah dan kemudian mejadi bilur.

Dalam dermatitis kontak terbagi dua :
a)    Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
b)   Dermatitis Kontak Alergi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.




  Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No.

Dermatitis kontak iritan
Dermatitis kontak alergik
1.
Penyebab
Iritan primer
Alergen kontak S.sensitizer
2.
Permulaan
Pada kontak pertama
Pada kontak ulang
3.
Penderita
Semua orang
Hanya orang yang alergik
4.
Lesi
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
5.
Uji Tempel
Sesudah ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera
Bila sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.

             


b.    Dermatitis Atopik
                     
Dermatitis atopic adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang berhubungan dengan atopi. Penyebabnya belum diketahui. Atopi yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai  riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopic, dan konjungtivitis alergik.

c.    Dermatitis Numularis
Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang(coin), berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Penyebab belum diketahui.

d.   Dermatitis Okupasional
Dermatitis Okupasional adalah peradangan kulit yang diakibatkan oleh lingkungan kerja. Dermatitis ini biasanya terjadi pada orang yang bekerja di daerah industri, pertanian, dan perkebunan. Dermatitis ini sering terjadi pada telapak tangan dan kaki.

e.    Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat bendungan aliran darah vena. Dermatitis ini sering terjadi di daerah tungkai bawah. Epidermis tampak hiperkeratinosis dan akantosis. Sedangkan pada dermis tampak vasodilatasi ujung-ujung pembuluh darah.

f.     Dermatitis Solaris
Dermatitis solaris adalah suatu penyakit kulit berupa proses peradangan pada epidermis dan dermis, timbul akibat pajanan pada sinar matahari yang lama. Sinar matahari dengan panjang gelombang antara 297-317 nm. Umumnya penyakit timbul perlahan-lahan dengan keluhan utama rasa gatal dan panas pada daerah yang terpajan, tempat warna kulit daerah tersebut menjadi kemerahan. Sesudah beberapa hari warna merah menghilang disusul dengan skuamasi dan hiperpigmentasi.

G.  Komplikasi
Menggaruk ruam gatal yang terkait dengan dermatitis dapat menyebabkan luka terbuka, yang mungkin terinfeksi. Infeksi kulit ini dapat menyebar dan mungkin tidak mengancam nyawa.

H.  Epidemiologi
Pada studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3 % diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi. Sebagai penyakit yang sering dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan pajanan terhadap bahan-bahan iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan sering insidennya pada profesi cleaning service, hospital care, tukang masak, dan pegawai salon. Insiden di Jerman 4,5 pasien per 10.000 tukang masak. Pegawai salon mempunyai insiden dermatitis kontak iritan tertinggi yaitu 46,9 kasus per 10.000 perkerja per tahun nya.Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih berperan pada pria. Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50 tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis.

I.     Prognosis
Prognosis baik pada individu non atopi dimana dermatitis di diagnosis dan diobati dengan baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap dermatitis kontak iritan Bila bahan iritan tidak dapat disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana kondisi ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor.

J.     Tes Diagnostik
a.    Uji tempel
Dasar pelaksanaan uji tempel – Patch Test adalah sebagai berikut:
a.    Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup
b.    Biarkan selam 2 hari (minimal 24 jam)
c.    Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema, papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi bula atau nekrosis.

K.  Pencegahan
1.    Jaga kelembaban kulit.
2.    Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
3.    Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
4.    Kurangi Stress.
5.    Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
6.    Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
7.    Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.
8.    Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.

L.   Penatalaksaan
Pada terapi ada beberapa anjuran yang harus dilakukuan guna penyembuhan dermatitis itu sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan dari setiap terapi, yaitu :
1.    Antihistamin dan Antialergi
a.    Antihistamin memredakan dermatitis yang diinduksikan oleh alergi, bekerja terutama pada reseptor histamin H.
b.    Perhatikan bahwa beberapa antihistamin menyebabkan mengantuk. Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengemudi atau beroperasi mesin.

2.    Antihistamin/Antipruritus Topikal
a.    Memberi tahu kepada pasien untuk menggunakan preparat anti gatal dengan tepat. Beberapa produk harus digosokkan secara topikal, sedangkan yang lain digunakan sewaktu mandi.
b.    Hindari kontak dengan mata atau puting susu bila sedang masa menyusui. Anti-Infeksi Topikal.
c.    Beberapa anti-infeksi topikal mengandung antibiotik sehingga dapat digunakan untuk mengobati dermatitis yang terinfeksi.

3.    Anti-infeksi Topikal dengan kortikosteroid
Kortikosteroid yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk menekan peradangan akibat dermatitis. Obat tersebut berguna pada berbagai tipe dermatitis yang terinfeksi.
4.    Kortikosteroid topical
a.    Obat-obat seperti steroid sebaiknya digunakan hanya pada daerah yang meradang.
b.    Tidak dianjurkan untuk menggunakan preparat mi pada luka terbuka atau pada wajah.

Pengobatan yang tepat, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan.
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.
1)   Pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin dikombinasi dengan antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat diberi kortikosteroid. Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
·      Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka). Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah yang berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik, diberi salap.
·         Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.





























BAB III
PSORIASIS


A.  Definisi Psoriasis
Psoriasis adalah radang kulit menahun disertai pembentukan sisik yang terutama diderita oleh orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki, meskipun semua usia dapat terserang (Soedarta, 2012)
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal (Gudjonsson dan Elder, 2012).
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residitif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas , ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2013).
Jadi kesimpulannya psoriasis adalah penyakit kulit kronik dimana terjadi pergantian sel-sel epidermis yang cepat yang ditandai dengan adanya penebalan epidermis.
B.  Etiologi Psoriasis
Etiologi penyakit psoriasis secara pasti belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhinya:

1.    Genetik/ Herediter. Penyakit ini diturunkan melalui suatu gen yang dominan.
2.    Autoimun
Sel T memegang peranan penting dalam imunopatogenesis psoriasis. Stimulasi intrinsik maupun ekstrinsik akan mengaktifkan limfosit T yang telah teraktivasi akan menuju kulit dan dan mengeluarkan sitokin, kemokin, dan faktor pertumbuhan yang akan merangsang proliferasi keratinosit serta gangguan diferensiasi dan respons angiogenetik jaringan.
Faktor predisposisi :
·                Faktor Cuaca. Biasanya penyakit ini sering kambuh terutama pada suhu dingin, proses ekskresi atau pengeluaran zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit tidak berlangsung lancar.
·                Trauma. Adanya gesekkan atau tekanan serta trauma pada kulit dapat menyebabkan timbulnya lesi psoriasis.
·                Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata.
·               Obat-obatan golongan vasodilator, di duga dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah pada psoriasis.

C.  Klasifikasi Psoriasis
1.    Berdasarkan Ukurannya
a.    Psoriasis punctata/punctiformis: ukuran lesi milier(titik-titik)
b.    Psoriasis guttata : ukurannya lebih besar daripada punctata, yaitu sebesar titik air.

    



c.    Psoriasis Numuler : ukurannya numuler (seperti koin).



2.    Berdasarkan Ruam dan Tempat Lesinya
a.    Psoriasis pustulosa : gejala psoriasis yang disertai dengan adanya pustula yang kecil-kecil. Banyak terdapat di telapak tangan dan kaki.
b.    Psoriasis seboroika : lesinya mengikuti predileksi seborea, tetapi gambaran klinisnya tetap seperti psoriasis hanya skuamanya menjadi berminyak.
c.    Psoriasis Antropatiko : psoriasis yang terjadi di atas sendi-sendi kecil di tangan dan kaki.
d.   Nail Psoriasis : psoriasis yang timbul pada daerah kuku, ditandai dengan kuku tampak kuning dan retak.
e.    Psoriasis Fleksural atau Inverse: psoriasis yang timbul didaerah lipatan dan berlawanan dengan tempat-tempat predileksi pada umumnya.
      

Tempat-tempat predileksi : kulit kepala, atas antara daerah berambut dan tidak berambut, tengkuk, interskapula, lumbosakral, areola mammae, lipatan mammae dan umbilikus, bagian ekstensor siku dan lutut, punggung kaki dekat pergelangan, kuku, mukosa, sendi-sendi kecil.

D.  Manifestasi Klinis
Ada 2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :
1.    Tipe inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif, yang kecil. Lesi bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular (seperti koin).
2.    Tipe plak yang stabil.
Gejala lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus), namun pruritus ini hanya kadang-kadang terjadi dan terutama di daerah kepala dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi biasanya ditutupi oleh plak berwarna keperakan.
Ada lokasi-lokasi khusus diamana psoriasis sering terjadi, yaitu:
a.    Kepala (sclap) : timbul plak yang terbatas tegas,dengan scaling yang tebal.
b.    Telapak tangan dan kaki : adanya plak keabuab yang tebal, hyperkeratosis,dan scaling deskuamasi menunjukkan proses inflamasi.
c.    Batang tubuh (trunk): lesi yang timbul biasanya berbentuk gutata
d.   Wajah : jarang mengenai area ini.

E.   Patofisiologi
Secara fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu  pertukaran normal sel epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis,epidermis dibagian yang terkena diganti sekitar 3-4 hari.
Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses diferensiasi yang reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan hiperproliferasi. Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis menjadi sangat cepat. Pertukaran sel yang sangat cepat ini menyebabkan peningkatan derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. Pertukaran dan proliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang matang. Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan sehingga epidermis menebal dan berbentuklah plak.

F.   Komplikasi
Menurut Corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah :
a.              Infeksi 
b.             Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
c.              Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh dengan skuama yang halus disertai gejala konstitusi berupa malaise.
G.  Insiden
Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan dunia. Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1% hingga 11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden tertinggi yang dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%), dengan prevalensi rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya.
Pada bangsa berkulit hitam misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara insiden psoriasis di Asia hanya 0,4%. Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun, sedangkan di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah dilaporkan bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58% sebelum 30 tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua puncak onset yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan dewasa muda (16 hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut (57 hingga 60 tahun). Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya psoriasis vulgaris.
Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada wanita. Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara medis.

H.  Prognosis
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari penyakit.

I.     Pencegahan
1.    Menghindari faktor penyebabnya dengan tidak menggaruk atau memperparah luka yang dapat menyebabkan psoriasis
2.    Tidak merokok dan menghindari mengkonsumsi alkohol
3.    Menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan kulit psoriasis
4.    Melakukan terapi


J.     Test Diagnostik
1.      Kimia darah
2.      Darah rutin
3.      Gula darah kolesterol
4.      Asam urat

K.  Penatalaksanaan
1.    Pengobatan Sistemik
a.    kortikosteroid ( Prednison )
b.    Obat sitostatik ( Metroteksat )
c.    Levodopa
d.   DDS(diaminodifenilsulfon)
e.    Etretinat dan Asitretein
f.     Siklosporin
2.    Pengobatan Topikal
a.    Preparat Ter ( fosil, kayu, batubara )
b.    Kortikosteroid ( senyawa fluor )
c.    Ditranol ( antralin )
d.   Pengobatan dengan peyinaran
e.    Calcipotrio


























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS DAN PSORIASIS

Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian asuhan keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian yang lengkap dan sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respons individu.
Pengkajian keperawatan pada Dermatitis dan Psoriasis adalah salah satu komponen proses keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem integumen klien. Kegiatan tersebut meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh , akurat, singkat, dan berkesinambungan.Disini akan dijelaskan berbeda asuhan keperawatan pada Dermatitis dan Psoriasis.

I.                        Dermatitis
A.  Pengkajian Pada Dermatitis
1.    Identitas klien
Meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat, tanggal masuk RS.
2.    Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan klien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinis keluhan utama,  kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan sistem integumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama  gambaran kondisi lingkungan kerja atau tempat tinggal). 
3.    Keluhan utama Dermatitis
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien dengan dermatitis seperti:
a.    Gatal-gatal
b.    Perih dan panas pada kulit
c.    Timbul bula, vesikel, dan erosi

4.    Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji dengan metode PQRST.
P: (paliativ dan provokativ) apa yang memperberat dan memperingan keluhan utama?
Q: (Quality) bagaimana atau gambaran dari keluhan utama?
R: (Region) dimana tempat keluhan utama dirasakan? Keluhan yang dirasakan terasa menyebar atau tidak?
S: (Skala) Berapa skala nyeri dari keluhan utama (jika nyeri)
T: (Time) kapan keluhan utama muncul atau dirasakan? Secara tiba-tiba

5.    Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit integumen klien. Secara umum perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal berikut ini:
a.    Apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
b.    Pengobatan saat ini dan masa lalu.
c.    Alergi
d.   Tempat tinggal

6.    Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial klien sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:
a.    Penyakit infeksi
Menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
b.    Kelainan alergi
Menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.
7.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan difokuskan pada organ sistem integumen.
1)   Pemeriksaaan tanda-tanda vital dan kesadaran
a.    Tekanan darah : normal atau meningkat
b.    Nadi : cepat (takikardi)
c.    Suhu : meningkat
d.   Respirasi : meningkat
e.    Nyeri : terdapat nyeri
f.     Nilai GCS serta penilaian kualitatif : compos mentis-somnolen
2)   Kulit :
a.    Kemerahan
b.    Bula
c.    Erosi
d.   Vesikel
e.    Panas
f.     Patal-gatal
g.    Perih

B.  Diagnosa Keperawatan
a.    Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
b.    Gangguan rasa nyaman b.d nyeri dan gatal
c.    Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entre pada lesi.





C.  Rencana Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
Integritas kulit dapat kembali secara optimal

1.    Kaji lokasi, kondisi sekitar kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papul, vesikel.
2.    Berikan perawatan kulit
3.    Berikan motivasi agar klien tidak kontak dengan bahan iritan
4.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang cukup pada klien
5.    Meningkatkan integritas kulit dengan memberitahu klien untuk menghindari dari cubitan dan garukan                                                                                
1.    Memberikan informasi dasar untuk dapat memberikan petunjuk pengobatan
2.    Pembersihan kulit dapat mencegah terjadinya rasa gatal memberikan rasa nyaman
3.    Bagi pasien yang sering kontak dengan bahan iritan akan menghambat proses penyembuhan
4.    Asupan nutrisi diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
5.    Dengan cubitan dan garukan dapat membuat trauma baru pada kulit.

2
Gangguan rasa nyaman b.d pruritus

Klien dapat menunjukkan gatal berkurang setelah diberikan perawatan.
1.    Kaji penyebab gangguan rasa nyaman
2.    Kendalikan faktor-faktor iritan
3.    Berikan kompres dengan air panas kuku atau kompres dingin
4.    Oleskan lotion atau krim kulit segera setelah mandi
5.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi topical
1.    Sebagai dasar dalam menyusun rencana intervensi keperawatan
2.    Rasa gatal dapat diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.
3.    Pengisapan air yang bertahap dari kompres kassa akan menyejukkan kulit dan meredakan pruritus.
4.    Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
5.    Terapi topical dapat meredakan pruritus.
3
Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entre pada lesi
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
1.    Kaji tanda-tanda vital
2.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3.    Kolaborasi dengan  dokter untuk pemberian terapi antibiotic
4.    Berikan perawatan kulit pada area epidema
1.    Untuk mengetahui tanda dan gejala pada perubahan awal kondisi fisik
2.    Untuk melakukan tindakan selanjutnya
3.    Untuk mengobati peradangan.
4.    Mencegah bertambahnya lesi


D.    Implementasi
No. DK
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
1.
Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
1.    Mengkaji lokasi, kondisi sekitar kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papula, vesikel.
2.    Memberikan perawatan kulit.
3.    Memberikan motivasi agar klien tidak kontak dengan bahan iritan.
4.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan nutrisi cukup pada klien
5.    Membantu meningkatkan integritas kulit dengan mengatakan kepada klien untuk menghindari dari cubitan dan garukan.
2
Gangguan rasa nyaman b.d pruritus
1.    Mengkaji penyebab rasa nyaman
2.    Membantu mengendalikan faktor-faktor iritan
3.    Memberikan kompres air panas kuku atau kompres dingin
4.    Mengoleskan lotion atau krim kulit segera setelah mandi
5.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi topical
3
Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree pada lesi
1.    Mengkaji tanda-tanda vital
2.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotic
4.    Memberikan perawatan kulit pada daerah epidema


E.   Evaluasi
No. DK
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1
Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
Klien menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit dan turgor kulit normal
2
Gangguan rasa nyaman b.d pruritus
Klien merasa nyaman
3
Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree pada lesi
Kilen bebas dari tanda gejala infeksi


II.                        Psoriasis

A.  Pengkajian pada Psoriasis
1.    Identitas klien
Meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat, tanggal masuk RS.
3)   Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan klien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinis keluhan utama,  kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan sistem integumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama  gambaran kondisi lingkungan kerja atau tempat tinggal).

4)   Keluhan utama Psoriasis
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien dengan psoriasis  seperti:
d.   Kemerahan pada kulit dan pruritus.
e.    Terdapat inflamasi, eruptif dan lesi, hiperkeratinosis, dan plak.

5)   Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji dengan metode PQRST.
P: (paliativ dan provokativ) apa yang memperberat dan memperingan keluhan utama?
Q: (Quality) bagaimana atau gambaran dari keluhan utama?
R: (Region) dimana tempat keluhan utama dirasakan? Keluhan yang dirasakan terasa menyebar atau tidak?
S: (Skala) Berapa skala nyeri dari keluhan utama (jika nyeri)
T: (Time) kapan keluhan utama muncul atau dirasakan? Secara tiba-tiba



6)   Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit integumen klien. Secara umum perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal berikut ini:
e.    Apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
f.     Pengobatan saat ini dan masa lalu.
g.    Alergi
h.    Tempat tinggal

7)   Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial klien sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:
c.    Penyakit infeksi
Menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
d.   Kelainan alergi
Menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.


8)   Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan difokuskan pada organ sistem integumen.
1)   Pemeriksaaan tanda-tanda vital dan kesadaran
a.    Tekanan darah : normal atau meningkat
b.    Nadi : cepat (takikardi)
c.    Suhu : meningkat
d.   Respirasi : meningkat
e.    Nyeri : terdapat nyeri
f.     Nilai GCS serta penilaian kualitatif : compos mentis-somnolen
2)   Kulit :
a.    Kemerahan
b.    Lesi
c.    Deskuamasi
d.   Plak
e.    Gatal-gatal
f.     Perih


B.  Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
b.    Gangguan gambaran citra diri b.d  perubahan struktur kulit
c.    Kurang pengetahuan b.d tidak adekuatnya sumber informasi
d.   Ansietas b.d perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis

















C.  Rencana Keperawatan


No.
D.K
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
Dalam 5 x 4 jam integritas kulit membaik secara optimal.
1.    Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang 
1.    Kaji kerusakan kulit yang terjadi pada klien
2.    Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan
3.    Tingkatkan asupan nutrisi
4.    Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan

1.    Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan digunakan
2.    Untuk menghindari cedera kulit pasien harus dinasehati untuk tidak menggaruk yang sakit. Tindakan untuk mencegah kekeringan kulit perlu dianjurkan karena kulityang kering akan memperburuk keadaan psoriasis. Tindakan membasuh lesi yang terlalu sering akan menambah sakit dan bertambah sisik. Air yang dipakai harus hangat dan tidak panas; kulit harus di keringkan dengan handuk dengan cara ditepuk – tepuk saja
3.    Asupan nutrisi yang cukup dapat membantu proses pertumbuhan jaringan
4.    Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5 x 4 jam, maka perlu dikaji ulang faktor – faktor menghambat pertumbuhan dan perbaikan dari lesi
2
Gangguan gambaran citra diri b.d perubahan struktur kuit
Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri klien meningkat dengan kriteria hasil :
1.    Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
2.    Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi 
1.    Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
2.    Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien
3.    Bina hubungan terapeutik
4.    Bantu klien untuk mendapatkan mekanisme koping yang efektif
5.    Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak- banyaknya hal – hal untuk dirinya
6.    Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
7.    Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, dan letargi
8.    Kolaborasi untuk pemberian therapi obat - obatan
1.    Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
2.    Bebrapa pasien dapat menerima secara efektif kondisi perubahan fungsi yang dialaminya, sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam menerima perubahan fungsi yang dialaminya, sehingga memberikan dampak pada kondisi koping maladaptif
3.    Hubungan antara perawat dengan klien  psoriasis merupakan hubungan yang mencakup pendidikan serta dukungan, setelah hubungan tersebut diciptakan pasien harus lebih memiliki keyakinan diri dan pemberdayaan dalam melaksanakan program terapi, serta menggunakan strategi koping yang membantu mengatasi perubahan pada konsep diri dan citra tubuh yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis tersebut
4.    Pengenalan terhadap strategi koping yang berhasil dijalankan oleh penderita psoriasis lainnya dan saran – saran untuk mengurangi atau menghadapi situasi penuh stres dirumah, sekolah, atau tempat kerja akan memfasilitasi ekspekstasi pasien yang lebih positif kesediannya untuk memahami sifat penyakit yang kronik
5.    Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi
6.    Pasien mampu beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran inddividu masa mendatang
7.    Dapat mengindikasikan terjadinya depresi yang umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan  evaluasi lebih lanjut
8.     Dengan memberikan terapi sesuai indikasi klien diharapkan akan mendapatkan kondisi yang membaik


3.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber informasi
Pengetahuan pasien bertambah dengan kriteria hasil :
1.    klien menunjukan pemahaman akan penyakitnya
2.    klien menunjukan adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik
1.    Kaji ulang pengobatan
2.    Berikan informasi mengenai tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi
3.    Diskusikan jadwal pengobatan
4.    Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke dokter
1.    Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan meyakinkan pemahan yang akurat
2.    Agar klien memahami dan mencegah faktor reesiko iflamasi serta dapat mengantisipasi secara dini kalanjutan keadaan tersebut
3.    Agar klien dapat menentukan waktu yang tepat untuk terapi  sehingga memungkinkan memahami fungsi terapi yang diikuti
4.    Agar klien lebih memahami tentang kondisinya
4.
Ansietas yang berhubungan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
Dalam 3 x 24 jam ansietas dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :
1.    Klien tampak rileks
2.    Klien  mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber – sumber secara efektif
3.    Tanda – tanda vital normal
4.    Klien mengatakan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
1.    Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
2.    Kaji ulang keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
3.    Berikan waktu klien untuk mengungkapkan masalahnya
4.    Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
5.    Diskusikan perilaku koping alternatif dan teknik pemecahan masalah
1.    Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis
2.    Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi selanjutnya
3.    Agar klien merasa diterima
4.    Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5.    Mengurangi kecemasan klien.






D.  Implementasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
1
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi

1.    Mengkaji kerusakan kulit yang terjadi pada klien
2.    Melakukan tindakan peningkatan integritas kulit
3.    Meningkatkan asupan nutrisi
4.    Mengevaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan
2
Gangguan gambaran citra diri b.d  perubahan struktur kulit

1.    Mengkaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
2.    Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien
3.    Membina hubungan terapeutik
4.    Membantu klien untuk mendapatkan mekanisme koping yang efektif
5.    Menganjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya
6.    Mendukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
7.    Memonitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi dan letargi
8.    Kolaborasi untuk pemberian therapi obat-obatan
3
Kurang pengetahuan b.d tidak adekuatnya sumber informasi

1.    Mengkaji ulang pengobatan
2.    Memberikan informasi mengenai tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi
3.    Diskusikan jadwal pengobatan
4.    Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke dokter
4
Ansietas b.d perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis

1.    Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab
2.    Mengkaji ulang keadaan umum klien dan tanda-tanda vital
3.    Memberikan waktu untuk klien mengungkapkan masalahnya
4.    Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan
5.    Mendiskusikan perilaku koping alternatif dan teknik pemecahan masalah.


E.   Evaluasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1
Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi

Integritas kulit dapat kembali normal
2
Gangguan gambaran citra diri b.d  perubahan struktur kulit

Klien dapat mengungkapkan dan mendemonstrasikan penerimaan penampilan (kerapian, postur, kehadiran diri )
3
Kurang pengetahuan b.d tidak adekuatnya sumber informasi

Klien dapat mengerti dan memahami proses penyakit dan penanganan penyakit
4
Ansietas b.d perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis

Klien tidak cemas lagi





BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dermatitis adalah peradangan kulit yang terjadi karena faktor endogen dan eksogen, yang disertai dengan inflmasi dan pengelupasan kulit. Ada 2 faktor dari luar dan dari dalam (eksogen dan endogen) :
·      Dari luar : Bahan kimia, fisik( sinar), mikro organisme (bakteri dan jamur).
·      Dari dalam : Dermatitis Sebagian lain tidak diketahui
Tanda dan gejala dermatitis adalah adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
·      Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
·      Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
·      Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Dermatitis dapat dicegah dengan terapi dan menghindari penyebab. Terdapat obat-obatan yang dapat menyembuhkan dermatitis yaitu antihistamin, antialergi, dan antipruritus topikal.
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik dimana terjadi pergantian sel-sel epidermis yang cepat yang ditandai dengan adanya penebalan epidermis. Penyebab psoriasis belum diketahui pasti namun ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi psoriasis yaitu genetik/herediter, autoimun, cuaca, dan trauma.
Tempat-tempat predileksi psoriasis adalah kulit kepala, atas antara daerah berambut dan tidak berambut, tengkuk, interskapula, lumbosakral, areola mammae, lipatan mammae dan umbilikus, bagian ekstensor siku dan lutut, punggung kaki dekat pergelangan, kuku, mukosa, sendi-sendi kecil.
Jika tidak diobati dengan baik psoriasis dapat menimbulkan infeksi, artritis psoriasis yang dapat menyerang sendi-sendi kecil, dan psoriasis eritroderma yang mana penyebaran lesi semakin luas hingga seluruh tubuh dapat terkena, namun bila ditangani dengan baik psoriasis dapat sembuh dan penyakit ini bersifat kronik residitif atau dapat kambuh kembali. Obat yang dapat menyembuhkan psoriasis adalah jenis obat topikal dan sistemik.
B.  Saran
Dalam makalah ini diharapkan para pembaca bisa mengerti mengenai proses penyebab dan banyak hal lagi mengenai dermatitis dan psoriasis. Penulis menyarankan agar pembaca dapat menjaga kebersihan diri (personal hygiene) dan menghindari faktor yang dapat membuat kontak alergi dengan kulit.




















DAFTAR PUSTAKA

McPhee,Stephen J. 2011. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Graham Brown, Robin. 2005. Dermatologi. Jakarta : EGC
Siregar. 2013. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC
Djuanda,Adhi. 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/PH-1-1-01pdf.pdf

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »