PENDAHULUAN
Baca dan Kunjungi Artikel Menarik Dibawah Ini !!!
Baca dan Kunjungi Artikel Menarik Dibawah Ini !!!
asuhan keperawatan pada psoriaris dan dermatitis terbaru 2016
A.
Latar Belakang
Sistem
integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan dan melindungi
terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem
organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Secara
ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan yang terdapat
pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit merupakan
organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar tubuh
sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Gangguan
kulit merupakan reaksi yang terjadi pada kulit yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Jika gangguan kulit ini terjadi pada anak-anak, biasanya
setelah dewasa akan sembuh dengan total.
Penyakit kulit adalah penyakit
infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala usia. Sebagian
besar pengobatan gangguan pada kulit ini membutuhkan waktu yang lama untuk
menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit tidak
merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang membuktikan bahwa
frekuensi yang tepat dari penyakit kulit,namun kesan umum sekitar 10-20 persen
pasien mencari nasehat medis jika menderita penyakit pada kulit.
Berdasarkan data diatas kita sebagai perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif,
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden gangguan pada kulit
melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Juga tepat dalam
memberikan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan pada kulit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
rumusan masalah dalam makala ini yaitu:
1. Apa
yang dimaksud dengan Integumen ?
2. Penyakit
apa saja yang termasuk pada gangguan Integumen yang disebabkan oleh parasit dan
jamur?
3. Bagaimana
manifestasi pada gangguan Integumen yang disebabkan oleh parasit dan jamur ?
4. Bagaimana
pengkajian pada klien dengan gangguan Integumen yang disebabkan oleh parasit
dan jamur?
5. Diagnose
keperawatan apa saja yang dapat ditegakkan pada gangguan Integumen yang
disebabkan oleh parasit dan jamur?
6. Apa
saja intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan Integumen yang
disebabkan oleh parasit dan jamur?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini mempunyai dua
tujuan. Yakni sebagai berikut:
1. Tujuan
Khusus
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan pada Sistem Integumen
oleh dosen Ns.Lesta Livolina S. S.Kep.,M.H (Kes)
2. Tujuan
Umum
a. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan Integumen.
b. Untuk
mengetahui penyakit yang termasuk pada gangguan Integumen yang disebabkan oleh
parasit dan jamur.
c. Untuk
mengetahui bagaimana manifestasi pada gangguan Integumen yang disebabkan oleh
parasit dan jamur.
d. Untuk
mengetahui bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan Integumen yang
disebabkan oleh parasit dan jamur.
e. Untuk
mengetahui diagnose keperawatan yang dapat ditegakkan pada gangguan Integumen
yang disebabkan oleh parasit dan jamur.
f. Untuk
mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan Integumen
yang disebabkan oleh parasit dan jamur.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
ANATOMI
FISIOLOGI INTEGUMEN
a. Struktur kulit
Kulit adalah
lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari
bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat
perhatian khusus untuk memperindah kecantikan, selain itu kulit dapat membantu
menemukan penyakit yang diderita pasien.
Kulit
disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam
jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan kelenjar
pengikat(penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis(kulit dalam). Kulit mempunyai
susunan serabut saraf yang teranyam secara halus berguna untuk merasakan
sentuhan atau sebagai alat raba dan merupakan indikator untuk memperoleh kesan
umum dengan melihat perubahan pada kulit.
Lapisan kulit terdiri atas:
a.
epidermis
b. dermis
c. hipodermis
Epidermis
(kulit ari)
Lapisan
paling luar terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya adalah
sel-sel
tanduk (keratinosit) dan sel melanosit.
Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan
bawah bermitosis terus menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan
terkelupas atau gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama
serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis.
Kulit
ari(epidermis) terdiri atas beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa
tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir
keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri atas 5 lapis.
·
Stratum
korneum (stratum
corneum) : lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tenduk(keratinasi), gepeng,
kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin gepeng seperti
sisik lalu terkelupas dari tubuh. sel yang terkelupas akan digantikan oleh sel
yang lain.
·
Stratum
lusidum(stratum lucidum) : lapisan
ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Membran yang
membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya secara
keseluruhan seperti kesatuan yang bening.
·
Stratum
granulosum (stratum
granulosum) : lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan inti di tengah dan
sitoplasmanya berisi butiran (granula)
keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi
masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk kedalam tubuh.
·
Stratum
spinosum (strarum spinosum) : lapisan ini terdiri atas banyak
lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal, inti terdapat di tengah dan
sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat
serat-serat tersebut sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri.
Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, tebal dan terdapat di
daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti
tumit dan pangkal telapak kaki.
·
Stratum malpigi
(stratum malpighi) :
unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti bagian
basal lapis taju mengandung kolestrol dan asam-asam amino. Stratum malpighi
merupakan lapisan terdalam dari epdermis yang berbatasan dengan dermis di bawahnya
dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang).
Dermis (kulit jangat)
Batas dermis yang sukar ditentukan karena menyatu dengan lapisan
subkutis(hipodermis), ketebelannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih tebal
dari epidermis, dan dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat dermis
terdiri atas bulu, kelenjar minyak, kalenjar lendir, dan kelenjar keringat yang
membenam jauh kedalam dermis. Kulit jangat bersifat ulet dan elastis yang
berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Pada perbatasan antar kulit
ari dan kulit jangat terdapat tonjolan-tonjolan kulit kedalam kulit ari
(epidermis) yang disebut papil kulit jangat. Kulit jangat terdiri atas serat-serat kolagen, dan serabut-serabut
elastis, dan serabut-serabut retikulin. Serat-serat ini bersama pembuluh darah
dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-anyaman yang memberikan perdarahan
untuk kulit.
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
·
Lapisan
papilla; mengandung lekuk-lekuk papilla sehingga stratum
malpigi juga ikut melekuk. Lapisan
ini mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan bunga karang
disebut lapisan stratumspongeosum.
Lapisan
papila terdiri atas serat kolagen halus, elastin dan retikulin yang tesusun
membentuk jaringan halus yang terdapat di bawah epidermis. Lapisan ini memegang
peranan penting dalam peremajaan dan penggandaan unsur-unsur kulit. Serat
retulin dermis membentuk alas dari serbut yang menyisip ke dalam membran basal
dibaawah epidermis.
Pada
umumnya, papil-papil kulit jangat sangat rendah, tetapi pada telapak kaki dan
telapak tangan papil tinggi, tebal, dan banyak sehingga tampak berhimpitan
membentuk rigi-rigi yang menonjol di permukaan kulit ari, dan membentuk pola
sidik jari tangan dan jari kaki. Setiap papil dibentuk oleh nyaman serabut
halus yang mengandung serabut elastin. Pada bagian ini telihat
lengkung-lengkung kapiler dan ujung-ujung saraf perasa.
·
Lapisan
retikulosa: lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat
dan serat kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, mengandung sedikit serat retkulin, dan banyak
serat elastin. Sesuai dengan arah jalan serat-serat tersebut terbentuklah garis
ketegangan kulit.
Bahan
dasardermis merupakan bahan matrik amorf
yang memebenam pada serat kolagen dan elastin. Turunan kulit glikosaminoglikans
utama kulit adalah asam hialuronat dan dermatan
sulfat dengan perbandingan yang beragam di berbagai tempat, bahan dasar ini
bersifat sangat hidrofilik. Lapisan ini terdiri atas anyaman jaringan ikat yang
lebih tebal dan di dalamnya ditemukan sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, sel lemak, dan kelenjar otot penegak rambu.
Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri
atas jaringan pengikat longgar, kompenennya serat longgar, elastis dan sel
lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang
terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya.
Bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal lemak
disebut pannikulus adiposus. Padaa
daerah perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan tiga cm, sedangkan pada
kelopak mata, penis, dan skrotum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak.
Bagian superfisial hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut.
Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan
anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis.
Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar
terhadap jaringan di bawahnya.
b.
Fungsi Kulit
Secara
umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut :
-
Proteksi
-
Sensasi
-
Termoregulasi
-
Metabolisme, sintesis vitamin D
-
Kesimbangan air
-
Penyerapan zat atau obat
-
Penyimpanan nutrisi
Selain
fungsi diatas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai
contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan
marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status
kesehatan.
-
Proteksi
Kulit
yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm yang
memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan
biologis dari invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal
memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di
daerah tersebut.
Bagian
stratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap faktor
lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan
serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi
zat-zat dari luar yang berbahaya ataupun kehilangan cairan substansi lain yang
vital bagi homeostatis tubuh. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis
dan keuletan melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut
elastis dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit
untuk berperilaku sebagai satu unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular akar
rambut tubuh, dan kelenjar peluh, serta sebasea. Oleh karena epidermis
substansi yang dapat menembus stratum korneum dan epidermis. Faktor-faktor lain
yang mempengaruhi fungsi protektif kulit yang mencakup usia kulit, daerah kulit
yang terlibat dan status vascular.
-
Sensasi
Ujung-ujung
reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara
terus-menerus keadaan lingkungan sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit
adalah untuk mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (atau
sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi
terhadap stimuli yang berbeda (Smeltzer, 2002). Meskipun tersebar di seluruh
tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah dubandingkan
bagian lainnya. Sebagian contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi
ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.
-
Termoregulasi
Peran
kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagian penyekat tubuh, vasokonstriksi
(yang mempengarui aliran darah dan hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu
(Potter, 2006). Perpindahan suhu dilakukan pada system vascular, melalui
dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan sekitar melalui
mekanisme penghilangan panas. Pada kondisi suhu tubuh rendah, pembuluh darah
akan mengalami konstriksi. Sebaliknya saat suhu tinggi, hipotalamus menghambat
vasokontriksi dan pembuluh dilatasi. Saat kulit menjadi ingin, sensori mengirim
informasi ke hipotalamus, yang mengakibatkan menggigil, menghambat keringat,
dan vasokontriksi.
Pengeluaran
dan produsi panas terjadi secara stimulan. Struktur kulit dan paparan terhadap
lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi (Potter, 2006).
-
Metabolisme
Meskipun
sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan jaringan, tetapi
sinar matahari dengan jumlah yang dapat ditoleransi sangat diperlukan tubuh
manusia. Ketika radiasi sinar matahari ultraviolet memberikan paparan, maka
sel-sel epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum germinativum akan
mengonversi pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin D3, atau
kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol menjadi produk
yang digunakan organ ginjal untuk mensintesis hormon kalsitriol. Kalsitirol merupakan
komponen yang penting untuk membantu absorpsi kalsium dan fosfor di dalam usus
halus. Ketidakadekuatan dari pengiriman kasitriol akan menghambat pemeliharaan
dan pertumbuhan tulang (Simon, 2003)
-
Keseimbangan air
Stratum
korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebih dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembapan jaringan subkutan (Smeltzer, 2002).
Apabila
kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan, dan elektrolit
dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat sehingga dapat terjadi kolaps
sirkulasi, syok, serta kematian. Dilain pihak, kulit tidak sepenuhnya
impermeabel terhadap air. Sejumlah air akan mengalami evaporasi secara
turus-menerus dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi
tidak kasat mata yang berjumlah ±600 ml per hari untuk orang dewasa yang
normal. Kehilangan air yang tidak kasat mata bervariasi menurut suhu tubuh.
Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam dalam
air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali berat normalnya.
Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah pembengkakan kulit sesudah mandi
berendam untuk waktu yang lama.
-
Penyerapan zat atau obat
Berbagai
macam senyawan lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratrum korneum, termasuk
vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid. Obat-obat dan
substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur
transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel.
-
Fungsi respon imun
Hasil-hasil
penelitian terakhir menunjukan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel langerhans,
interleukin-1 yang memproduksi keratinosit dan subkelompok limfosi-T) merupakan
komponen penting dalam sistem imun. Penelitian yang masih berlangsung harus
mendefinisikan lebih jelas peranan sel-sel dermal ini dalam fungsi imun.
BAB
III
PENYAKIT
INTEGUMEN YANG DI SEBABKAN JAMUR DAN PARASIT
1.
JAMUR
Fungi(jamur)
adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki
klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena
sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, jamur dipisahkan dalam
kingdomnya tesendiri,ia tidak termasuk dalam kindom protista, monera, maupun
plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam makhluk hidup
heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur
hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya.
Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan mengurai sampah organik
seperti bangkai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara
parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan
simbiosis mutualisme(yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama
mendapatkan untung).
Secara alamiah, jamur dapat berkembang
biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual
dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk
dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh
dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual
ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan
melalui perantara angin atau air.
Ada beberapa
macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut :
·
Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di
ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut
mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut
makrokonidium.
·
Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang
terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Perkembangbiakan secara seksual
dilakukan dengan peleburan dua sel inti yaitu melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan
sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu
plasmogami, kariogami, dan meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan
dua protoplas membentuk sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri
selama pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi pula
pembelahan inti bersama. Setelah pembentukan benda buah, terjadilah peleburan
sel haploid (kariogami) inti zigot yang diploid. Setelah ini, baru terjadi
meiosis, yaitu pembelahan sel dan pengurangan jumlah kromosom menjadi haploid
kembali.Beberapa tipe spora seksual adalah askospora, basidiospora, zigospora,
dan oospora.
A. TINEA ( PENYAKIT AKIBAT JAMUR )
Berikut
adalah definisi dari penyakit tinea, yaitu
Tinea atau
dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh
dermatofit, yaitu sekelompok jamur yang tumbuh di lapisan kulit mati / keratin.
(Siregar. 2013)
Tinea adalah penyakitkulit
yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu suatu golongan jamur
kulit yang terdiri atas tiga jenisMicrosporum, Trichophyton,
dan Epidermophyton.
Kelainan pada kulit ini juga dinamakan ringworn yang berupa
bercak-bercak bulat, berbatas tegas, terdiri atas eritem, di tengah bersisik
dan pada tepi dengan papula kecil, kadang-kadang disertai vesikel kecil yang
tertutup keropeng. (Mutaqin, Arif. 2011)
Tinea adalah kelainan kulit yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. (Harahap, Marwali. 2000)
Kesimpulan,
Tinea adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh dermatofit atau jamur golongan
deformitas.
B. KLASIFIKASI
JENIS
|
LOKASI
|
ETIOLOGI
|
TANDA
& GEJALA
|
PENATALAKSANAAN
|
Tinea
Versicolor
|
Dipermukaan
kulit :
Lipat paha,
Ketiak, Leher, Punggung, Dada, Lengan
Wajah
|
Malassezia
furfur/Pityrisporum orbiculare
|
Timbul makula
dalam berbagai ukuran dan warna, ditutupi sisik halus, rasa gatal, atau tanpa
keluhan dan hanya gangguan kosmetik saja.
|
·
Menjaga hygiene perseorangan
·
Menggunakan salep whitfield di
oleskan setiap hari
·
Mengkonsumsi obat – obatan
golongan imidazol (Ketokonazol 200mg/hari selama 10 hari, Itrakonazol
100mg/hari selama 2 minggu)
|
Tinea Nigra
Palmaris
|
Telapak kaki
dan tangan
|
Cladosporium
werneckii
|
Timbul bintik
– bintik hitam kecoklatan pada telapak kaki dan tangan yang makin lama makin
membesar hingga
mencapai
ukuran uang logam. Terkadang terasa nyeri atau sedikit gatal.
|
Salep yang
mengandung asam salisilat 3-5% dan asam benzoat 5-10
%.
|
Tinea Kapitis
|
Daerah kulit
kepala dan rambut.
|
Gol.
Dermatofita
·
T. Rubrum
·
T. Mentagrophytes
·
M.
Gypseum
|
Jamur masuk
kedalam kulit kepala atau rambut, dan berkembang membentuk kelainan di kepala
tergantung dari bentuknya. Keluhan biasanya gatal atau nyeri.
|
Mencuci kepala
dan rambut dengan shampoo desinfektan anti mikotik seperti larutan asam
salisilat, asam benzoat dan sulfur presipitatum.
|
Tinea Barbae
dan Sikosis Barbae
|
Daerah dagu
atau jenggot, dapat menyebar ke wajah dan leher.
|
Gol. Trichophyton dan Microsporum
|
Gatal, dan
pedih pada daerah yang terkena, disertai bintik-bintik kemerahan yang
terkadang bernanah.
|
·
Rambut daerah jenggot dicukur
bersih
·
Berikan itrakonazol 100mg/hari
selama 2 minggu
·
Berikan salep antifungi
ketokonazol 2% selama 5-7 hari.
|
Tinea Korporis
|
Wajah, anggota
gerak atas
dan bawah,
dada, punggung.
|
Gol.
Dermatofita
·
Erpidermophyton
floccosum
·
T. rubrum
|
Gatal apabila
berkeringat, makula hiperpigmentasi dengan tepi lebih aktif.
Lesi meluas
jika gatal di garuk terutama pada daerah kulit yang lembab.
|
·
Meningkatkan kebersihan badan
·
Menghindari dari pakaian yang
tidak menyerap keringat.
·
Antihistamin
·
Griseofulvin
Anak
: 15-20 mg/kg BB/hari
Dewasa
: 500-1000 mg per hari.
|
Tinea
Imbrikata
|
Seluruh tubuh
|
Trichopython
Concrenticum
|
Menyerang
permukaan kulit berupa lingkaran-lingkaran yang bersisik kasar dan tampak
menyerupai lingkaran bermata satu, dan disertai timbulnya rasa gatal.
|
·
Griseofulvin 0,5 g selama 1-2
bulan.
·
Keratolitik kuat yang bersifat
fungisid antara lain : krisarobin 5%, sulfur 5%, atau asam salisilat 5%.
|
Tinea Pedis
|
Interdigitalis,
antara jari-jari ke-3,4 dan 5, serta telapak kaki
|
Epidermophyton,
Trichophyton, Microsporum, dan C.albicans
|
1. Tipe
papulo-skuamosa hiperkeratonik kronik: sering pada tumit, tepi kaki, punggung
kaki.
2. Tipe
intertriginosa kronik : berupa fisura pada jari-jari, sring pada sela jari
kaki, basah dan maserasi disertai bau yang tidak enak.
3. Tipe
subakut : lesi berupa vesikel atau pustula. Dapat sampai ke punggung kaki dan
tumit dengan eksudat yang jernih.
4. Tipe
akut : Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau.
|
·
Mengeringkan kaki dengan baik
setiap habis mandi, kaus kaki yang selalu bersih dan bentuk sepatu yang baik.
·
Griseofulvin 500 mg sehari selama
1-2 bulan
·
Salep Whitfield
·
Obat-obatan golongan Azol dan
Terbinafin baik dalam bentuk tablet, krim, atau larutan.
|
Tinea Manus
|
Pergelangan
tangan sampai ke ujung jari.
|
T.mentagrophytes
dan T.rubrum
|
Ada 2 tipe :
yaitu vesikular meradang dan skuamosa tak meradang.
Gambarannya
dapat berupa vesikel-vesikel atau skuama dengan eritema yang disertai rasa
gatal.
|
Diberikan
preparat haloprogin, tolnaftat, asam salisilat, dan preparat triazol baik
dalam bentuk tablet, krim maupun larutan.
|
Tinea Unguium
|
Semua kuku
jari tangan dan kaki
|
Gol
dermatifita :
T.mentagrophytes
dan T.rubrum
|
Kerusakan
kuku.
Kuku menjadi
suram, lapuk dan rapuh, dapat dimulai dari arah distal atau proksimal
|
·
Griseofulvin
·
Obat-obat Itrakonazol atau
golongan terbinafin
·
Salep Whitefield
·
Kompres asam salisilat 5%, asam
benzoat 10%, dan resolsinol 5% dalam spirtus.
·
Imidazol dalam bentuk cairan.
|
Tinea Kruris
|
Meluas ke
perineum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus, dapat juga meluas ke
suprapubis dan abdomen bagian bawah.
|
E.floccosum,
T.rubrum, dan T.mentagrophytes
|
Rasa gatal
hebat pada daerah krusis (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke
genitalia.
Eritematosa
dan bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat.
|
·
Salep atau krim antimikotik.
·
Asam salisilat, asam benzoat,
sulfur.
|
C.
PATOFISIOLOGI
Infeksi
dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi
melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host.
1. Perlekatan. Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik
2. Penetrasi. Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.
3. Perkembangan respons host. Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh.
1. Perlekatan. Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik
2. Penetrasi. Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.
3. Perkembangan respons host. Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh.
D.
KOMPLIKASI
Menyebabkan morbiditas dan mortilitas
yang bermakna. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (Rambut rontok) akibat
Tinea kapitis. Saraf terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik
yang sensitif.Menimbukan kelemahan otot yang dikontrol oleh saraf yang terkena.
E.
TES DIAGNOSTIK
1. Kerokan
kulit daerah lesi dengan KOH 10 % : tampak elemen jamur seperti hifa, spora dan
miselium.
2. Kerokan
kuku KOH 40 %
3. Pembiakan
skuamosa dalam media agar Sabouraud
4. Sinar
Wood : Fluoresensi positif.
2.
PARASIT
Parasit adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada
makhluk hidup lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang
artinya di samping makanan (para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan).
Parasit hidup dengan menempel dan menghisap
nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya. Makhluk hidup yang di tempeli
oleh parasit di sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit
pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena
selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari
makanan dari tubuh inang.(kamusq : 2014 )
A.
DEFINISI PEDICULOSIS DAN SCABIES
Penyakit
scabies adalah penyakit kulit menular dengan keluhan utama gatal, terutama pada
malam hari.( Loetfia Dwi, 2008 ).
Skabes adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh infestasi
kutu sarkaptes scabiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasite ini menggali
parit- parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal- gatal dan merusak
kulit penderita.( Loetfia Dwi, 2008).
Penyakitinfeksikulitmenulardenganmanifestasikeluhangatalpadalesiterutamapadawaktumalamhari
yang disebabkansarcoptesscabieivarhominis.( ArifMuttaqin, 2011 )
Pediculosis
adalah infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan pediculus humanus. (
Saripati, 2013 )
B. KLASIFIKASI
JENIS
|
LOKASI
|
ETIOLOGI
|
TANDA & GEJALA
|
PENATAKASANAAN
|
Scabies
|
1. Sela
jari tangan
2. Pergelangan
tangan
3. Ketiak
4. Sekitar
pusat
5. Paha
bagian dalam
6. Genitalia
pria
7. Bokong
Pada bayi :
1. Kepala
2. Telapak
tangan
3. Kaki
|
Sarcoptes Scabiei jenis manusia
tergolong family atropoda kelas araknid, ordo akarina, family sarcoptes
|
· penderita
selslu mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Kelainan kulit meula- mula
berupa papula, fesikel. Akibat garukan timbul infeksi sekunder sehingga
terjadi pustula.
|
Umum : meningkatkan kebersihan
perorangan dan lingkungan, menghindari orang- orang yang terkena, mencuci/
menjemur alat- alat tidur dan jangan memakai pakaian/ handuk yang bersama-
sama.
Khusus :
1. Sulfur
presipitatum 2- 5% dalam bentuk salep atau krim. Obat ini lebih efektif jika
dicampur dengan asam salisilat 2%. Dioleskan diseluruh tubuh sesudah mandi
dan dipakai 3- 4 hari berturut- turut.
2. Emulsi
benzil benzoat 20-25% selama 24 jam.
3. Gama
benzen heksaklorida ( gameksan ) 0,5- 1% dalam salep atau krim, dioleskan
selama 24 jam
4. Krotomiton
10% dalam bentuk salep atau krim dipaikai selama 24 jam.
5. Krim
permetrin 5% dapat memberi hasil yang baik.
|
Pediculus Capitis
|
1. Bagian
kepala belakang ( Regio Oksipitalis )
2. Diatas
telinga ( Regio Parietalis )
|
Pediculus Humanus Var Capitis
|
Gejala tersering adalah rasa gatal
akibat gigitan tuma. Akibat garukan infeksi sekunder sehingga timbul
folikulitis, furunkulosis, dan rambut melekat satu sama lain. Kelenjar getah
bening leher dapat pula membesar
|
1. Menjaga
kebersihan kepala, rambut harus sering dicuci dan dirawat dengan baik
2. Gama
benzen heksaklorida 1% dalam bentuk shampo, dapat diulang beberapa kali
3. Jika
ada infeksi sekunder diberi antibiotik, misalnya penicilin dan eritromisin
|
Pediculosis Korporis
|
1. Daerah
pinggang
2. Ketiak
dan inguianal
|
Gigitan Pediculus Humanus var corporis
|
· Rasa
gatal pada kulit
· Timbul
papula- papula akibat gigitan
· Tampak
bekas- bekas garukan karna digaruk
|
1. Meningkatkan
kebersihan dengan memakai pakaian yang bersih
2. Pakaian
harus direbus dan di jemur di panas matahari
3. Gama
benzene heksaklorida 1 % baik dalam larutan atau krim, dioles pada kulit dan
didiamkan selama 15 menit.
4. Obat
lain : benzyl benzoat 20-25 % dalam larutan atau krim
|
Pedikulosis pubis
|
· Daerah
pubis
· Ketiak
· Jenggot
· Alis
· Rambut
kepala
|
Phthirus pubis; ditularkan melalui
kontak terutama kontak seksual
|
· Perasaan
gatal didaerah pubis dan sekitarnya terutama jika banyak berkeringat.
· Pada
daerah pubis dan perut bagian bawah ditemukan bercak-bercak merah abu-abu
yang disebut macula serulae.
· Tidak
hanya menyerang pubis, dapat juga meluas ke ketiak dan daerah lain.
|
· Rambut
kemaluan/ketiak/jenggot dicukur
· Gama
benze heksaklorida 1 % dalam bentuk krim atau lotion, dioleskan sekali
sehari, dapat diulang sesudah 1 minggu
· Krotamiton
1% krim atau lotion, dioleskan sekai sehari dan dapat diulang sesudah 1
minggu
· Infeksi
sekunder diobati dengan antibiotic seperti penisilin atau eritromisin
|
C. PATOFISIOLOGI
Siklus hidup pedikulus
melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini bisa hidup pada
tubuh bisa hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50-150 telur. Kutu mendapatkan
makanan dengan cara menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya
di permukaan kulit dan juga menempel pada batang rambut, baik di daerah kepala,
badan, ataupun pubis manusia. Kutu manusia menyuntikan getah pencernaan dan
sekretnya kedalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat
subur pada kondisi yang padat penduduknya. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya
ditemukan pada manusia. Sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian
yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung
atau melalui sisir, sikat, topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu
kepala menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Penularan kutu badan tidak
semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang yang tingkat
kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat.
Kutu badan bisa membawa penyakit tyfuus dan demam.
D. KOMPLIKASI
1. pruritus
yang hebat
2. pioderma
3. dermatiti
E.
DAFTAR GAMBAR
JAMUR
Tinea
Versikolor (Panu) Tinea
Nigra Palmaris
Tinea
Kapitis Tinea
Barbae
Tinea
Korporis Tinea
Imbrikarta
Tinea Pedis Tinea
Manus
Tinea Unguium Tinea
Kruris
PARASIT
Scabies Pediculosis
kapitis
Pediculosis
Korporis Pediculosis
Pubis
BAB
IV
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan merupakan suatu
tahap penting dari proses pemberian asuhan keperawatan yang sesusai bagi
kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian yang lengkap dan sesuai
kenyataan, dan kebenaran data sangat pentinguntuk langkah selanjutnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai respons individu.
Pengkajian keperawatan pada gangguan
pleura adalah salah satu komponen proses keperawatan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan Integumen.
Kegiatan tersebut meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan
seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Disini akan dijelaskan berbeda asuhan keperawatan pada penyakit kulit akibat
jamur dan penyakit kulit akibat parasit.
A.
Asuhan
Keperawatan Penyakit Kulit Akibat Jamur dan Parasit
Pengkajian
1. Identitas
Klien
Meliputi
nama, usia, tempat tanggal lahir, status marital, suku, alamat, tanggal masuk
RS,
2. Riwayat
Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini
dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan klien dan keluarganya.
Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinis keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini,
riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat
psikososial.
a. Keluahan
utama
Keluhan utama akan
menentukkan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien dengan Penyakit
kulit akibat jamur dan parasit seperti:
·
Rasa gatal pada daerah yang terkena
akibat.
·
Nyeri
·
Rasa pedih disertai bintik-bintik
kemerahan yang terkadang bernanah.
.
|
·
Kerusakan kuku akibat jamur. Kuku
menjadi suram, lapuk dan rapuh, dapat dimulai dari arah distal atau proksimal.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji dengan metode
PQRST.
P: (paliativ dan provokativ) apa yang memperberat
dan memperingan keluahan utama?
Q: (Quality) bagaimana atau
gambaran dari keluhan utama?
R: (Region) dimana tempat keluhan utama dirasakan?
Keluhan yang dirasakan terasa menyebar atau tidak?
S: (Skala) Berapa skala nyeri dari
keluhan utama (jika nyeri)?
T: (Time) kapan keluhan utama muncul atau dirasakan?
Secara tiba-tiba atau menetap?
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat
penyakit dahulu klien. Secara umum perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal
berikut ini:
1.
Apakah klien pernah mengalami penyakit
yang sama sebelumnya.
2.
Pengobatan saat ini dan masa lalu.
3.
Tempat tinggal
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan
sosial klien, yaitu seperti :
1. Penyakit
infeksi
Menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi
akan dapat diketahui sumber penularannya.
2. Kelainan
alergi
Menunjukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu.
3.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan kesadaran :
-
Tekanan darah bisa tinggi ataupun turun
-
Nadi bisa tinggi ataupun turun
-
Suhubisa tinggi ataupun turun
-
Respirasi bisa tinggi ataupun turun
-
Nyeri
-
Nilai GCS serta penilaian kualitatif
komposmentis-apatis
SISTEM
INTEGUMEN
a) Anamnesa
Keluhan utama klien adalah rasa
gatal pada daerah yang terkena tinea serta parasit.
b) Inspeksi
Amati tubuh klien mulai dari warna
kulit, suhu, tekstur kulit, ada lesi, kondisi rambut dan kuku.
Kaji
integritas kulit warna flushing,
cyanosis, jaundice, pigmentasi yang tidak teratur
Kaji
membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum, kulit
Kaji
bentuk, integritas, warna kuku.
Kaji
adanya luka, makula, papula, lesi dan tanda tanda infeksi lainnya
c) Palpasi
Mengobservasi turgor kulit
(elastisitas kulit, normal kulit kembali semula kurang dari 3 detik), edema.
Adanya
nyeri, edema, dan penurunan suhu.
Turgor
kulit, normal < 3 detik
Area
edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi, temperatur, bentuk, mobilisasi.
Palpasi Capillary
refill time : warna kembali normal setelah 3 – 5 detik.
d) Masalah
Keperawatan
Adanya rasa gatal hingga nyeri
akibat infeksi dari tinea dan parasit yang menginvasi ke tubuh klien.
TINEA
PEDICULOSIS
Agen
Transmitter
Kontak langsung kontak tidak langsung
Host (Kulit)
Menghasilkan
50-150 telur
Berkembang
Larva-Nimva-Dewasa
Menyerang
kulit badan dan pubis
Menggigit dan menghisap
darah
Mengeluarkan liur dan
sekretnya dan melekat pada kulit
Reaksi Inflamasi
Pengeluaran Mediator
Kimia
Gatal
Percak
– bercak kemerahan dan keabuan pada kulit badan dan pubis
4. Diagnosa
Keperawatan Pada Penyakit Akibat Jamur
a.
Pruritus berhubungan dengan iritasi
dermal.
b.
Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan
perubahan penampilan fisik.
c.
Gangguan integritas
kulit berhubungan
dengan lesi akibat efek dari garuk.
d.
Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan
gatal/pruritus.
e.
Kebutuhan kebutuhan informasi
berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidaktauan program perawatan dan pengobatan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
RASIONAL
|
1.Pruritus
berhubungan dengan iritasi dermal.
1.
|
Setelah 3 X 24 jam terjadipenurunanrespon pruritus / gatal
Kriteriaevaluasi :
·
Secarasubjektifmelaporkankeluhangatalberkurang
·
Lesi di daerah terinfeksi jamurberkurang
·
Integritasjaringankulitmembaik
|
· Anjurkanuntukmeredam kaki padalarutan normal saline
·
Anjurkanklienmeningkatkan hygiene harian
·
Kolaborasipemberianantifungus
|
·
Selamafaseakutatauvaskulerdapatdilakukanperedamanbagian
yang sakitdenganlarutan saline ataukaliumpermanganatuntukmenghilangkankrusta,
skuama, serta debris danmengurangiinflamasi.
·
Mandidua kali seharidenganmenggunakansabunakanmembuangsisa debris
padakulitsehinggaakanmenurunkanrespongatal
·
Preparatantifungus topical dioleskanpadadaerah yang terinfeksi. Terapi
topical dilanjutkanselamabeberapaminggumengingatangkafrekuensi yang tinggi.
|
2. Gangguan konsep diri (body image) berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik
|
Hasil yang diharapkan :
Klien menilai
keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistik tanpa menyimpang
Dapat
menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri
Dapat
menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.
|
·
Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien :
Dorong klien untuk menyatakan perasannya, terutama
cara ia merasakan sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
Dorong klien untuk
mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan, pengobatan, dan kemajuan
pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
Beri informasi yang dapat dipercaya dan menguatkan informasi yang telah
diberikan.
Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai perawatan
dirinya.
Hindari kata-kata yang mengecam dan memojokkan klien.
Lindungi privasi dan jamin lingkungan yang kondusif.
Kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh,
dan perubahan penampilan peran.
Beri penjelasan dan
penyuluhan tentang konsep diri yang positif.
|
·
Meningkatkan rasa percaya diri dapat mengurangi
perasaan negatif klien terhadap perubahan penampilan pada fisiknya.
|
3.
Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan lesi akibat efek dari garuk.
|
Hasil yang
Diharapkan :
Area terbebas dari infeksi lanjut.
Kulit bersih, kering, dan lembab
|
·
Kaji keadaan kulit :
Kaji perubahan warna kulit dan
pertahankan agar area luka tetap bersih dan kering
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
·
Anjurkan klien untuk memakai pakaian (baju, celana,
dalam, kaus kaki) yang mudah menyerap keringat.
|
·
Menjaga kesterilan area luka dari jamur
·
Untuk menghindari infeksi lanjutan.
·
Meminimalkan perkembangan jamur pada area yang
lembab, karena jamur mudah berkembang biak pada suhu yang lembab.
|
4.
Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan gatal/pruritus.
|
Hasil yang
diharapkan:
·
Klien dapat
menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
·
Klien dapat
mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur.
|
Identifikasi
faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan
tidur.
·
Beri
penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
·
Atur prosedur
tindakan medis atau keperawatan untuk memberi sesedikit mungkin gangguan selama periode tidur (mis. ketika individu
bangun untuk makan obat, pada saat pengukuran tanda-tanda vital)
·
Anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan
mengoleskan obat salep (sesuai terapi) pada daerah lesi.
·
Kolaborasikan
dengan tim medis dalam pemberian antihistamin/antigatal.
|
·
Untuk memberi informasi yang akurat dari perubahan
pola tidur karena penyakit ini.
·
Agar tidak menggangu waktu tidur / istirahat klien
·
Untuk relaksasi pada tubuh klien sehingga klien
merasa nyaman, dan air hangat sebagai vasodilator pada pembuluh darah
sehingga aliran darah lancar.
·
Untuk meminimalkan rasa gatal agar klien dapat
istirahat / tidur.
|
5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber
informasi, resiko penularan, ketidaktauan program perawatan dan pengobatan.
|
Hasil yang diharapkan:
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan klien mempunyai pengetahuan tentang proses penyakit,
dengan kriteria:
a.
Mengenal nama penyakit.
b.
Menjelaskan proses penyakit.
c.
Menjelaskan faktor penyebab dan
resiko.
d.
Menjelaskan efek dari penyakit.
e.
Menjelaskan tanda-tanda dan
gejala.
f.
Menjelaskan tindakan untuk
meminimalkan progresi penyakit.
g.
Menjelaskan tanda dan gejala
komplikasi.
5.
Menjelaskan pencegahan
komplikasi.
|
Pendidikan kesehatan: proses penyakit
·
Kaji tingkat pengetahuan klien
berhubungan dengan proses penyakit yang spesifik.
·
Jelaskan patofisiologi penyakit
serta anatomi dan fisiologi.
·
Jelaskan tanda dan gejala yang
biasanya muncul.
·
Jelaskan tentang proses penyakit.
·
Berikan informasi kepada klien
tentang kondisinya.
·
Berikan informasi tentang
tindakan diagnostic yang dilakukan.
·
Diskusikan perubahan perilaku
yang dapat mencegah komplikasi.
·
Diskusikan pilihan terapi.
·
Jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin muncul.
|
Memberikan pengetahuan kepada klien
tentang penyakit serta proses penyakitnya.
|
6. Diagnosa
Keperawatan Pada Penyakit Akibat Parasit
a.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
adanya infeksi kutu.
b.
Gangguan body image berhubungan dengan
adanya penyakit pediculosis
c.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan terjadinya infeksi pada kulit
d.
Perubahan pemeliharaan kesehatan
berhubungan dengan risiko penularan.
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PERENCANAAN
|
||
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||
1
|
Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan adanya infeksi kutu.
|
Klien dapat
merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang)
|
1.
Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis
2.
Anjurkan kulit klien tetap kering.
3.
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan pakaian,
alat mandi, tempat tidur, dan sisir.
4.
Anjurkan klien membersihkan kepala atau rambut
minimal 2x seminggu.
5.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang
gatal tetapi di usap.
6.
Kolaborasi medis dalam pemberian obat untuk
mengatasi gatal.
|
1.
Memastikan kulit dalam kondisi baik.
2.
Mencegah berkembangbiaknya parasit
3.
Menjaga kebersihan klien
4.
Mencegah parasit bertambah banyak.
5.
Mencegah terjadinya infeksi sekunder
6.
Menguangi rasa gatal
|
2
|
Gangguan body image berhubungan dengan
adanya penyakit pediculosis
|
Klien dapat
menerima perubahan yang ada pada dirinya
|
1.
Beri motivasi untuk menerima keadaan dirinya
2.
Beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan
3.
Jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk
kepala, badan, dan pubis
4.
Berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah
isolasi social
|
1.
Meningkatkan kepercayaan diri klien.
2.
Memberikan edukasi agar klien mampu merawat
dirinya dengan baik
|
3
|
Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan terjadinya infeksi pada kulit
|
klien
terhindar dari kerusakan kulit
|
1.
Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin
2.
Anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3.
Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
untuk mencegah terjadinya luka
4.
Anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5.
Kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut
|
1.
Memastikan tidak ada infeksi serius
2.
Menjaga kenyamanan klien
3.
Mencegah infeksi sekunder
4.
Mencegah berkembangbiaknya parasit.
5.
Meminimalkan resiko infeksi.
|
4
|
Perubahan pemeliharaan kesehatan
berhubungan dengan risiko penularan.
|
Klien dapat memelihara kesehatan
dengan mencegah penularan
|
1.
Ajarkan pada pasien semua barang, handuk,
perangkat tempat tidur yang mengandung kutu atau telurnya harus dicuci dengan
air panas sedikitnya suhu 54 o C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk
mencegah infestasi ulang
2.
Ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot,
permadani, dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum
cleaner
3.
Ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut
harus di desinfeksi dengan shamppo
4.
Beritahu pada semua anggota keluarga yang
berhubungan dengan dengan pasien untuk diobati
5.
Anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan
sisir pasien.
|
1.
Mencegah infeksi parasit terulang.
2.
Mencegah parasit menginfeksi kembali.
3.
Menjaga kebersihan klien.
4.
Meminimalkan resiko penularan parasit kembali.
5.
Mencegah penularan.
|
5. Evaluasi
1.
Rasa nyeri dapat segera teratasi.
2.
Rasa gatal berkurang sehingga kebutuhan
istirahat dapat terpenuhi.
3.
Pengetahuan tentang penyakit bertambah
sehingga mengurangi rasa cemas.
4.
Konsep diri terjaga dan dapat
ditingkatkan.
BAB V
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Fungi(jamur) adalah
organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki
klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena
sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, jamur dipisahkan dalam
kingdomnya tesendiri,ia tidak termasuk dalam kindom protista, monera, maupun
plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam makhluk hidup
heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur
hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya.
Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan mengurai sampah organik
seperti bangkai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara
parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan
simbiosis mutualisme (yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama
mendapatkan untung).
Parasit adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada
makhluk hidup lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang
artinya di samping makanan (para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan).
Parasit hidup dengan menempel dan menghisap
nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya. Makhluk hidup yang di tempeli
oleh parasit di sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit
pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena
selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari
makanan dari tubuh inang.
b.
Saran
Menjaga
pola hidup itu sangatlah penting, Penyakit
kulit akibat jamur dan parasit dapat terjadi karena pola hidup yang tidak
bersih diantaranya kebiasaan memakai pakaian atau sepatu yang lembab. Maka dari
itu sebagai perawat atau tenaga medis harus meningkatkan Health education kepada masyarakat mengenai kebersihan diri. Karena
masih banyak orang menganggap sepele terhadap dampak dari diri yang kurang
menjaga kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA
R.S.Siregar.2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Ed.2. Jakarta: EGC