Asuhan keperawatan pada klien mitral stenosis


halo sobat semua kali ini admin akan membagikan pengetahuan tentang Mitral Stenosis dan asuhan keperawatannya di artikel ini kami membahasnya secara tuntas dan sesingkat mungkin sehingga pembaca mudah memahaminya.
LANDASAN TEORI
Asuhan keperawatan pada klien mitral stenosis
www.materikeperawatan.xyz
mungkin anda ingin mengunjungi artikel lain seperti : Asuhan keperawatan pada Klien Plebitis dan DVT

1.      MITRAL STENOSIS
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
Mitral stenosis adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah. (Mutaqin, 2009)
Mitral stenosis adanya aliran darah yang menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolic ventrikel (Price & Wilson, 2005)
            Mitral stenosis merupakan suatu  penyakit jantung, dimana katup atau pintu yang menghubungkan atrium dan ventrikel jantung bagian kiri mengalami penyempitan, sehingga tidak bisa membuka dengan sempurna. Secara normal pembukaan katub mitral adalah selebar tiga jari atau 4cm2 (Brunner & Suddarth, 2001).
2.      Anatomi dan Fisiologi
Jantung memiliki katup yang memisahkan antara atrium dengan ventrikel dan yang memisahkan antara ventrikel dan pembuluh darah. Katup pada jantung dibagi menjadi yaitu katup atrioventrikular (AV) dan katup semilunar. Katup atriventikular ada 2 yaitu katup atrioventrikular trikuspidalis dan katup atrioventrikular mital.
Katup atrioventrikular trikuspidalis memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanan agar darah tidak mengalir kembali ke atrium kanan. Katup atrioventrikular mitral memisahkan antara atrium kiri dan ventrikel kiri agar darah tidak kembali mengalir kembali ke atrium kiri.
Pada pinggir katup atrioventrikular diikat oleh jaringan fibrosa irregular yang dilapisi endokardium yaitu korda tendinea yang mencegah katup terbuka terbalik ke arah atrium. Katup atrioventrikular dapat membuka oleh karena tekanan darah dari dalam atrium. Kordi tendinea melekat pada otot papilaris yang mencegah terjadinya pembalikan daun katup ke arah belakang menuju atrium. Pada saat ventrikel berkontraksi, otot papilaris turut berkontraksi dan menarik korda tendinea ke bawah. Penarikan ini menyebabkan tegangan di dalam katup atrioventrikular agar katup tetap dalam posisinya.
3.      Etiologi
Penyebab dari penyakit mitral stenosis adalah:
a.       Demam rheumatic
Demam rheumatic adalah proses peradangan akibat infeksi dari bakteri Streptococcus beta-haemolyticus –A. Bakteri ini menyerang pada saluran pernapasan atas pada anak umur 5-15 tahun. Jika terus dibiarkan bakteri ini akan mengeluarkan toksin yang merusak jantung dan menyerang katup jantung. Demam rheumatic juga dapat menyebabkan daun katup mitral bergabung menjadi satu
b.      Atrial myxoma
Myxoma atau tumor jinak biasanya bersamaan dengan dengan atrium septal deffect (ASD) berupa bekuan darah menyumbat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri sehingga katup tidak bisa membuka secara sempurna.
c.       Thrombus
Thombus biasa disebut juga sebagai emboli yaitu adanya massa darah yang membeku atau benda lain yang terbawa yang terbawa oleh aliran darah dari satu pembuluh darah dan terdorong ke pembuluh darah yang lebih kecil sehingga menghambat sirkulasi. Adanya thrombus dapat menyebabkan obstruksi outflow atrium kiri.
d.      Komisura
Pada katup dapat terjadi komisura yaitu saling mendekatnya serat atau berkas saraf setiap sisi katup. Daun katup akan menebal dan berubah bentuk ke arah jaringan fibrosa. Korda tendinea akan menebal, memendek, dan saling mendekat. Perubahan anatomi tersebut dapat berdiri sendiri namun juga berkombinasi. Sebanyak 50% kasus mitral stenosis merupakan kelainan campuran misalnya pada komisura dan kaps.  Komisura saja 30%, kaps menebal 30% dan corda 10%.



4.      Patofisologi
Mitral stenosis menghalangi darah dari atrium kiri ke vetrikel kiri selama fase diastolic ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampui katup yang menyempit. Oleh sebab itu, selisih tekanan atau gradient tekanan antara 2 ruang tersebut meningkat.
Pada kasus mitral stenosis berat terjadi penyempitan lumen hingga sebesar pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh namun atrium kiri mengalami kesulitan dalam mengosongkan darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar dan mengalami hipertrofi. Karena tidak ada katup yang melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik atrium, maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Maka dari itu ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan yang berlebihan, yang berakhir dengan gagal jantung.
Singkatnya stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama selama fase diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katub yang menyempit. Karena itu selisih tekanan atau gradien tekanan atau gradien tekanan antara dua ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut.
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral yaitu ringan (< 5), sedatif (5 – 10), dan berat (>10) namun dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut :
1)      Minimal     : Bila area > 25 cm²    
2)      Ringan       : Bila area 1,4 – 2,5 cm²
3)      Sedang       : Bila area 1 – 1,4 cm²
4)      Berat          : Bila area < 1,0 cm²

5.      Tanda dan Gejala
1)      Dispnea d’effort, dipsnea nocturnal paroksimal, ortopnea, rasa lemah, keletihan dan palpitasi
2)      Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru meningkat sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru (edeme pulmoner)
3)      Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral berat hamil, gagal jantung berkembang dengan cepat
4)      Edema perifer distensi vena jugularis, asites dan hepatomegali (kegagalan ventrikel kiri)
5)      Ronki atau crackle, fibrilasi atrium dan tanda emboli sistemik.
6)      Tekanan pada vena paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru
7)      Pembesaran atrium kiri dapat mengakibatkan fibrilasi atrium, sehingga denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur

6.    Komplikasi
1)      Gagal Jantung
Pada pasien yang mengalami stenosis mitral volume darah pada atrium kiri akan meningkat karena darah tidak mengalir secara adekuat dari atrium kiri ke ventrikel kiri sehingga akan terjadi penumpukan darah di dalam atrium kiri. Volume darah yang ada di ventrikel kiri akan menurun sehingga sistole tidak akan maksimal yang menyebabkan gagal jantung.
2)      Edema Paru
Salah satu komplikasi yang terjadi pada stenosis mitral adalah edema paru. Hal ini terjadi karena darah yang menumpuk dalam atrium kiri akan naik ke paru. Paru-paru akan mengalami peningkatan cairan yang akan menimbun paru
3)      Hepatomegali
Hepatomegali terjadi karena adanya kegagalan dari ventrikel kiri. Hal ini terjadi karena asupan yang masuk ke hati akan berkurang.
7.    Penatalaksanaan
a.       Konservatif
Pada penyakit stenosis mitral diberikannya obat-obatan seperti penyekat beta, digoksin, dan verapramil yang dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoksin juga akan memperkuat denyut jantung. Obat diuretic dapat mengurangi tekanan darah dalam paru dengan cara mengurangi volume sirkulasi darah.
b.      Cooperatif
Hal-hal yang bisa dilakukan pada penyakit stenosis mitral adalah dilakukannya operasi antara lain:
1)      Closed mitral commissurotomy yaitu pada pasien tanpa komplikasi
2)      Open commissurotomy (open mitral valvotomy) dipilih apabila ingin dilihat dengan jelas keadaan katup mitral karena diduga adanya trombus di dalam atrium
3)      Mitral valve replacement biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai regurgitasi dan klasifikasi katup mitral yang jelas.
8.      Test Diagnostik
Diagnosis dari penyakit mitral stenosis dapat dilihat dari foto thoraks, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi dan katerisasi jantung.
1)      Foto thoraks
Hal-hal yang dapat dilihat dari pemeriksaan foto thorax antara lain:
a.       Pembesaran atrium dapat terlihat kontur ganda atrium pada batas jantung kanan.
b.      Pelebaran arteri pulmonal
c.       Dilatasi ventrikel kanan bisa tampak dari batas kanan bergeser ke kanan.
d.      Aorta yang relative kecil
e.       Perkapuran di daerah katup mitral atau pericardium
f.       Pada paru terlihat tanda bendungan vena
g.      Edema interstitial berupa garis Kerley terdapat pada 30% pasien dengan tekanan atrium kiri <20mmHg dan 70% pada tekanan  atrium >20mmHg.
2)      Elektrokardiografi
Pada gambaran elektrokardiografi menunjukkan adanya:
a.       Pembesaran atrium kiri ( amplitude P > 2 mm)
b.      Fibrilasi atrium
c.       Hipertrofi ventrikel kanan
d.      Right Axis Deviation
e.       R > S pada V1
f.       Depresi gelombang ST dan gelombang T inverse pada V1
3)      Ecokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi dengan perekaman M-mode dan 2D-Doppler dapat digunakan untuk:
1. Menentukan derajat stenosis
2. Dimensi ruang untuk jantung
3. Ada tidaknya kelainan penyerta
4. Ada tidaknya trombus pada atrium kiri.
Pada pemeriksaan ekokardiografi M-mode dapat dilihat hal-hal berikut:
a.       E-F slope mengecil dan gelombang “a” menghilang
b.      Pembukaan katup mitral berkurang
c.       Pergerakan katup posterior berubah
d.      Penebalan katup akibat fibrosis
e.       Pelebaran atrium kiri,kadang RVH
4)      Kateterisasi jantung
Tindakan ini berfungsi untuk menentukan luas dan jenis penyumbatan serta melihat perbedaan pressure gradient antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Pada keadaan tertentu masih bisa dilakukan setelah suatu prosedur ekokardiografi yang lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon.

9.      Prognosa
Pada kebanyakan keadaan progresivitas derajat stenosis dan ketidakmampuan sangat lambat dalam beberapa tahun. Jika  pembedahan berhasil, biasanya pasien dapat kembali pada kehidupan yang penuh aktivitas. Riwayat yang banyak terjadi pada mitral stenosis adalah:
a) Timbulnya murmur 10 tahun setelah masa demam rematik
b) 10 tahun berikutnya gejala berkembang
c) 10 tahun berikutnya sebelum penderita mengalami sakit seri

B.     Konsep Dasar Keperawatan
                                     I.            Pengkajian
1. Keluhan Umum
      Klien biasanya mengalami kelelahan akibat curah jantung menurun
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
·         Adanya riwayat penyakit demam reumatik
·         Adanya riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau berhubungan dengan penyakit yang sama atau penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang dirasakan oleh klien.
c. Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota yang meninggal maka penyebab kematian juga ditanyakan.
 3. Riwayat Psikososial atau perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak atau keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
      a. Pada awalnya biasanya klien mengalami kelelahan, batuk darah dan kesulitan bernapas (dyspnea).
      b. Denyut nadi lemah dan sering tidak teratur, karena fibrilasi atrial akibat dilatasi dan hipertrofi atrium.
c. Pada auskultasi terdengar bising diastolic dan bunyi jantung 1 mengeras dan opening snap akibat hilangnya kelenturan daun katup.
5. Pengetahuan anak dan keluarga
a. Pemahaman tentang diagnose
b. Pengetahuan atau penerimaan terhadap prognosis
c. Regimen pengobatan
d. Rencana perawatan selanjutnya
      e. kesiapan dan kemauan untuk belajar
6.  Pemeriksaan fisik
 a. Sistem respirasi
Klien terlihat sesak napas , pola napas tidak teratur, frekuensi napas melebihi normal. Sesak napas ini terjadi akibat penurunan curah jantung
b. Sistem kardiovaskular
Didapatkan adanya denyut nadi lemah dan tidak teratur. Biasanya disertai dengan adanya suara tambahan bising diastolic.
c. Sistem neurologi
Kesadaran biasanya compomentis, istirahat tidur menurun, kaji adanya nyeri kepala atau tidak.
d. Sistem urinaria
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, catat frekuensi dan keteraturan berkemih, jumlah dan karakterisitik urine dan kaji penggunaan alat bantu.
e. Sistem gastrointestinal
Klien biasanya mengeluh, tidak nafsu makan, berat badan menurun.kaji adanya bising usus. Kaji kebersihan mulut.
f. Sistem musculoskeletal
Pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah takikardia dan dyspnea pada saat aktivitas.Akral dingin, klien kesulitanmelakukan tugas perawatan diri sendiri, adanya edema didaerah perifer.
g. Sistem penginderaan
Konjugtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur. Pada hidung, kaji adanya epistaksis, ketajaman penciuman, dan secret.Pada telinga, kaji normal atau tidak dan ketajaman pendengaran. Bagaimana klien dapat merasakan rasa asin, asam, pahit, dan manis. Normalitas indra peraba klien.
h. Sistem endokrin
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau tiroid. Ada atau tidaknya luka gangren.Pengukuran volume haluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.

                                  II.            Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri sekunder akibat kelainan katup.
2.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5.      Cemas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan

                                  V.            Evaluasi
a. Diagnosa keperawatan: Penurunan curah jantung.
1. Klien melaporkan atau menunjukan penurunan episode dyspnea angina dan disritmia.
2. Klien mengidentifikasikan perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung
b. Diagnosa keperawatan: Gangguan pertukaran gas
1. Klien mengatakan tidak merasa sesak, frekuensi napas normal, bunyi napas bersih, tidak ada bunyi crakle atau mengi.
c. Diagnosa keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
1. Klien melaporkan asupan maklanan dan cairan adekuat.
2. Klien melaporkan peningkatan berat badan
d. diagnosa keperawatan:Intoleransi aktivitas
1. Klien dapat menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
2. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas
e. Diagnosa keperawatan: Cemas
1. Klien melaporkan penggunaan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
2. Klien dapat mempertahankan hubungan social
3. Klien melaporkan tidur yang adekuat
4. Klien dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas
2.      Insufisiensi Mitral
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
Insufisiensi mitral adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral setiap kali ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju ke aorta sebagian darah mengalir kembali ke dalam atrium kiri dan menyebabkan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru, yang mengakibatkan penimbunan cairan kongesti di dalam paru. (Aspani, 2014)
Insufisiensi mitral adalah daun katup mitral yang tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik atau akan mengalami kebocoran. (Muttaqin, 2009)
Insufisiensi mitral memungkinkan aliran darah berbalik dari ventrikel kiri ke atrium kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. (Price dan Wilson, 2005)

2.      Anatomi dan Fisiologi


Jantung memiliki katup yang memisahkan antara atrium dengan ventrikel dan yang memisahkan antara ventrikel dan pembuluh darah. Katup pada jantung dibagi menjadi yaitu katup atrioventrikular (AV) dan katup semilunar. Katup atriventikular ada 2 yaitu katup atrioventrikular trikuspidalis dan katup atrioventrikular mital.
Katup atrioventrikular trikuspidalis memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanan agar darah tidak mengalir kembali ke atrium kanan. Katup atrioventrikular mitral memisahkan antara atrium kiri dan ventrikel kiri agar darah tidak kembali mengalir kembali ke atrium kiri.
Pada pinggir katup atrioventrikular diikat oleh jaringan fibrosa irregular yang dilapisi endokardium yaitu korda tendinea yang mencegah katup terbuka terbalik ke arah atrium. Katup atrioventrikular dapat membuka oleh karena tekanan darah dari dalam atrium. Kordi tendinea melekat pada otot papilaris yang mencegah terjadinya pembalikan daun katup ke arah belakang menuju atrium. Pada saat ventrikel berkontraksi, otot papilaris turut berkontraksi dan menarik korda tendinea ke bawah. Penarikan ini menyebabkan tegangan di dalam katup atrioventrikular agar katup tetap dalam posisinya. 

3.      Etiologi
Penyebab dari penyakit insufisiensi mitral adalah:
a.       Demam rheumatic
Demam rheumatic dapat menyebabkan valvulitis atau peradangan pada katup jantung akut. Banyak kasus insufisiensi mitral yang disebabkan oleh demam rheumatic karena dampak dari gangguan ini adalah terbentuknya parut dan retraksi daun.
b.      Sindrom prolaps katup mitral
Salah satu penyebab terlazim insufisiensi mitral adalah prolaps daun mitral ke dalam atrium kiri selama ventrikel. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya prolaps diduga karena adanya dilatasi annulus katup mitral, panjang korda tendinea berlebihan, dan gangguan kontraksi muskulus papilaris atau bagian ventrikel kiri, tempat munculnya muskulus papilaris.
c.       Ruptur korda tendinea dan disfungsi atau rupture muskulus papilaris
Korda tendinea bisa rupture spontan atau sekunder terhadap endokarditis infeksiosa, trauma dada non-penetrasi dan penetrasi. Bila ada rupture keseluruhan muskulus papilaris maka biasanya karena infark akut, kongesti pulmonalis parah dan syok yang timbul mendadak serta menyebabkan kematian singkat. Disamping itu, rupture satu bagian muskulus papilaris menyebabkan insufisiensi mitral yang parah.
d.      Dilatasi ventrikel kiri
Bila ventrikel kiri maka hubungan antara muskulus papilaris dan korda tendinea akan terganggu. Jika dilatasi ventrikel kiri dapat dihindari maka kecil kemungkinan terjadinya insufisiensi mitral.

4.      Patofisiologi
            Dalam keadaan normal darah mengalir dari atrium kiri menuju ventrikel kiri kemudian ke sirkulasi sistemik. Pada insufisiensi mitral kondisi ini berubah. Darah mengalir dari ventrikel ke aorta tetapi sebagian mengalir kembali ke atrium kiri. Ini menyebabkan meningkatnya volume ejeksi di ventrikel kiri. Darah yang masuk lagi ke ventrikel kiri menyebabkan kelebihan beban atau volume. Ventrikel kiri akan berkompensasi dan menghasilkan isi sekuncup ventrikel yang lebih besar. Volume darah yang regurgitasi tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran lubang yang menyebabkan regurgitasi dan perbedaan tekanan antara atrium dan ventrikel kiri. Volume ini juga dipengaruhi oleh tekanan sistolik ventrikel maka volume regurgitasi meningkat pada situasi yang meningkatkan beban sistole seperti pada hipertensi atau stenosis aorta.
Hipertensi pulmonal dapat menimbulkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan pada beberapa kasus. Edema pulmonal jarang timbul karena regurgitasi mitral. Fibrilasi atrium dapat juga terjadi sebagaimana biasanya terdapat pada regurgitasi yang sudah lama dan biasanya secara klinis ringan.

5.      Tanda dan Gejala
1)      Regurgitasi katup mitral yang ringan tidak menunjukkan gejala. Kelainannya dapat dikenali hanya jika dilakukan pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar murmur yang khas, disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan berkontraksi.
2)      Palpitasi (jantung berdebar keras) akibat vetrikel yang membesar terutama jika penderita berbaring miring ke kiri.
3)      Ortopnea, dispnea, keletihan dan angina
4)      Edema perifer, distensi vena jugularis, hepatomegali (gagal jantung kanan)
5)      Takikardia, ronki, dan edema paru
6)      Atrium kiri juga cederung membesar untuk menempung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium) yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung.
7)      Berkurangnya aliran darah yang melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya. Regurgitasi yang berat akan menyebabkan berkurangnya aliran darah terjadi gagal jantung, yang akan menyebabkan batuk, sesak napas pada saat melakukan aktivitas dan pembengkakan tungkai.

6.      Komplikasi
1)      Hipertrofi atrium kiri
Hal ini terjadi karena atrium menampung darah yang lebih banyak. Volume darah yang meningkat membuat atrium kiri melakukan kompensasi yang menyebabkan hipertrofi atrium kiri.
2)      Gagal jantung
Pada pasien yang mengalami regurgitasi mitral volume darah pada atrium kiri akan meningkat karena darah yang dipompa dari ventrikel akan kembali  mengalir ke atrium kiri. Volume darah yang mengalir ke aorta akan menurun dan akan ada volume tambahan ke atrium kiri. Kurangnya volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh menyebabkan terjadinya gagal jantung.
3)      Edema Paru
Salah satu komplikasi yang terjadi pada regurgitasi mitral adalah edema paru. Hal ini terjadi karena darah yang menumpuk dalam atrium kiri akan naik ke paru. Paru-paru akan mengalami peningkatan cairan yang akan menimbun paru

7.      Penatalaksanaan
a.       Konservatif
Untuk mencegah infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau katup buatan harus mengonsumsi antibiotic. Terapi obat yang bisa dilakukan antara lain:
1)      Digoxin
Digoxin brguna untuk penanganan fibrilasi atrium. Obat ini masuk dalam golongan digitalis yang bersifat inotropik positif. Fungsi dari obat ini dapat meningkatkan kekuatan denyut jantung menjadi adekuat.


2)      Antikoagulan oral
Antikoagulan diberikan kepada pasien untuk mencegah terjadinya pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli dapat terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.
3)      Antibiotik profilaksi
Penggunaan antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi bacteria yang bisa menyebabkan endokarditis.
b.      Cooperatif
Pada katup mitral sudah mengalami kerusakan maka perlu operasi perbaikan atau penggantian bahkan jika kondisi tidak menyebabkan gejala. Jika kebocoran tidak diperbaiki segera, jantung dapat melemah dari waktu ke waktu secara permanen.
1)      Perbaikan katup
Operasi ini dilakukan untuk mempertahankan katup dan meningkatkan fungsinya. Beberapa dilakukan dengan memodifikasi atau valvuloplasty untuk menghilangkan aliran darah balik.
2)      Penggantian katup
Banyak kejadian yang mengharuskan penggantian katup dengan katup mekanik atau katup jaringan. Katup mekanik terbuat dari logam membawa resiko pembentukan gumpalan darah. Jika klien melakukan penggantian dengan katup mekanik maka klien harus mengonsumsi obat antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah. Katup jaringan berasal dari mayat manusia atau tipe lain pengganti katup jaringan dengan menggunakan katup paru penderita (autograft)

8.      Test Diagnostik
1)      Elektrokardiogram
Perubahan EKG pada penderita regurgitasi mitral tergantung pada derajat insufisiensi, lamanya insufisiensi dan tidak adanya penyakit penyerta. Pada insufisiensi mitral yang ringan mungkin hanya terlihat gambaran adanya P mitral dengan axis dan kompleks QRS yang masih normal. Tahap yang lebih lanjut akan terlihat perubahan axis yang bergeser ke kiri yang akan disertai dengan gambaran hipertrofi ventrikel kiri. Semakin lama akan ada kemungkinan timbulnya aritma atrium yang terus membesar. Terkadang timbul ekstra sistole atrium, takikardia atrium dan flutter atrium. Hal yang paling terjadi adalah fibrilasi atrium yang awalnya paroksimal dan akhirnya menetap.
2)      Foto thoraks
Pada regurgitasi mitral ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata, besar jantung pada foto thoraks biasanya terlihat normal. Keadaan yang lebih berat akan memperlihatkan pembesaran jantung akibat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri dan mungkin terlihat tanda-tanda bendungan paru. Dapat juga terlihat perkapuran pada annulus mitral.
3)      Fonokardiogram
Fonokardiogram dilakukan unuk mencatat adanya bising dan bunyi jantung ketiga pada insufisiensi mitral sedang sampai berat. Arteriogram pada arteri karotis mungkin memperlihatkan kontraksi isovolemik yang memanjang. Apeks kardigram memperlihatkan gambar gelombang pengisian cepat (rapid filling) yang cram dan besar.
4)      Ekokardiogram
Ekokardiogram digunakan untuk mengevaluasi gerakan katup, ketebalan serta adanya perkapuran pada aparatmitral. Eko Doppler dapat menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral. Pengukuran diameter end diastolic, ketebalan dinding dan besarnya dapat dipakai untuk menilai fungsi ventrikel kiri
5)      Penyadapan jantung dan angiografi
Hal ini dilakukan untuk mengonfirmasi diagnostic insufisiensi mitral serta derajatnya, menentukan fungsi ventrikel kiri, menilai lesi katup lainnya dan menilai anatomi pembuluh darah koroner. Penyebab tersering insufisiensi mitral adalah meningkatnya gelombang V pada kurva tekanan baji (wedge). Keadaan yang lebih lanjut akan didapatkan peningkatan tekanan di arteri pulmonalis. Derajat insufisiensi mitral dinilai dari opasitas atrium kiri sewaktu dilakukan ventrikulografi kiri. Fungsi ventrikel kiri dapat dinilai dari tekanan akhir diastolic, volume darah ejeksi, dan volume aliran regurgitasi. \

9.      Prognosa
Pada keadaan insufisiensi mitral ringan yang diatasi dengan baik, maka kemungkinan kesembuhannya akan sangat baik dan pasien dapat memasuki kehidupan yang normal tanpa pembatasan apapun. Akan tetapi, jika insufisiensi mitral yang ringan tidak ditangani dengan baik bisa berlanjut menjadi regurgitasi yang parah secara lambat atau mendadak dan biasanya berhubungan dengan endokarditis infeksiosa atau rupture korda tendinea.

B.     Konsep Dasar Keperawatan

                                     I.            Pengkajian
1.      Keluhuan umum
Pada fase awal adalah batuk, rasa lelah, sesak napas saat beraktivitas, palpitasi, angina dan sinkop.
2.      Riwayat penyakit
a.       Riwayat penyakit saat ini :
·         Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuaidengan yang terdapat pada etiologi.
·         Riwayat tubuh : biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien.
c.       Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota yang meninggal maka penyebab kematian juga di tanyakan.


3.      Riwayat psikososial atau perkembangan.
a.       Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.
b.      Mekanisme koping anak atau keluarga.
c.       Mengalami hospitalisasi sebelumnya.
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Kongesti paru, gagal jantung kiri, serta dasar kuku yang tampak berdenyut (tanda quincke).
b.      Denyut nadi yang menonjol dan mengempis dengan cepat (nadi biferiens), aritmia jantung dan pelebaran tekanan nadi.
c.       Terdengar bising diastolic, bising Austin flint yang khas atau bising diastolic yang kasar ; systolic ejection click.
d.      Teraba dan terlihat denyut apeks jantung.
5.      Pengetahuan anak dan keluarga
a.       Pemahaman tentang diagnose.
b.      Pengetahuan atau penerimaan terhadap prognosis.
c.       Regimen pengobatan.
d.      Rencana perawatan lanjutan.
e.       Kesiapan dan kemampuan untuk belajar.
6.      Pemeriksaan fisik.
a.       Sistem respirasi
Klien terlihat sesak napas, pola napas tidak teratur, frekuensi napas melebihi normal.
b.      Sistem kardiovaskuler
Didapatkan adanya nyeri dada, palpitasi. Terdengar bising diastolic, bising Austin flint yang kasar: sistolik ejection click. Teraba dan terlihat denyut apeks jantung.
c.       Sistem neurologi
Kesadaran biasanya compomentis istirahat tidur menurun , kaji adanya nyeri kepala atau tidak.


d.      Sistem genitourinaria
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, catat frekuensi dan keteraturan keteraturan berkemih, jumlah dan karakteristik urine dan juga kaji penggunaan alat bantu.
e.       Sistem gastrointestinal
Klien biasanya mengeluh tidak nafsu makan, berat badan turun.Kaji adanya bising usus, dan kaji kebersihan mulut.
f.       Sistem musculoskeletal dan integument
Pengkajian terhadap aktivitas denga gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah : takikardi dan dyspnea pada saat aktivitas. Akral dingin, klien kesulitan melakukan tugas perawatan diri sendiri.
g.      Sistem penginderaan
Kongjutiva pucat, ketajaman penglihatan kabur.Pada hidung, kaji adanya epitaksis, ketajaman penciuman, secret.Pada telinga kaji normal kesimestrisan ketajaman pendengaran. Bagaimana klien dapat merasakan asin,asam,pahit,manis. Normal atau tidak indra peraba klien.
h.      Sistem endokrin
Apakah ada pembesaran kelenjar karotis atau tiroid.Pengukuran volume haluaran urine berhubungan dengan asupan cairan perawatan perlu mengobservasi adanya oliguria pada klien mengalami infark miokardium akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

                                  II.            Diagnosa Keperawatan
1.   Penurunan curah jantung berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif  sekunder dengan adanya malformasi jantung.
2.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kafiler alveolus ditandai dengan sesak napas.
3.   Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan napsu makan.
4.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5.   Cemas berhubungan dengan krisis situasional ancaman terhadap konsep diri, perubahan status kesehatan.

                                  V.            Evaluasi
a.       Diagnosa keperawatan: penurunan curah jantung.
1.      Klien melaporkan atau menunjukan penurunan episode dyspnea, angina, dan disritmia.
2.      Klien mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban bkerja jantung.
b.      Diagnosa keperawatan: gangguan pertukaran gas.
1.      Klien mengatakan tidak merasa sesak, frekuensi nafas normal, bunyi napas bersih, tidak ada bunyi crackle atau mengi.
c.        Diagnosa keperawatan: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
1.      Klien melaporkan asupan makanan dan cairan adekuat.
2.      Klien melaporkan peningkatan berat badan.
d.      Diagnosa keperawatan: intoleransi aktivitas.
1.      Klien dapat menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
2.      Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas.
e.       Diagnosa keperawatan: cemas
1.      Klien melaporkan penggunaan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
2.      Klien dapat mempertahankan hubungan social.
3.      Klien melaporkan tidur yang adekuat.
4.      Klien dapat menurukan stimulus ketika cemas.

3.      Mitral Valve Prolapse
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian      
Mitral valve prolapse adalah tipe dari ketidakcukupan mitral yang terjadi ketika satu atau dua tempat mitral valve mengombak ke dalam atrium selama ventrikular sistolik. Mitral valve prolapse biasanya tidak berbahaya tetapi orang-orang yang menderita MVP memiliki penebalan daun katup mitral dan resiko signifikan dari abnormal dan kematian. (Priscilla Lemone and Karen Burke, 2004)

2.      Anatomi dan Fisiologi
Jantung memiliki katup yang memisahkan antara atrium dengan ventrikel dan yang memisahkan antara ventrikel dan pembuluh darah. Katup pada jantung dibagi menjadi yaitu katup atrioventrikular (AV) dan katup semilunar. Katup atriventikular ada 2 yaitu katup atrioventrikular trikuspidalis dan katup atrioventrikular mital.
Katup atrioventrikular trikuspidalis memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanan agar darah tidak mengalir kembali ke atrium kanan. Katup atrioventrikular mitral memisahkan antara atrium kiri dan ventrikel kiri agar darah tidak kembali mengalir kembali ke atrium kiri.
Pada pinggir katup atrioventrikular diikat oleh jaringan fibrosa irregular yang dilapisi endokardium yaitu korda tendinea yang mencegah katup terbuka terbalik ke arah atrium. Katup atrioventrikular dapat membuka oleh karena tekanan darah dari dalam atrium. Kordi tendinea melekat pada otot papilaris yang mencegah terjadinya pembalikan daun katup ke arah belakang menuju atrium. Pada saat ventrikel berkontraksi, otot papilaris turut berkontraksi dan menarik korda tendinea ke bawah. Penarikan ini menyebabkan tegangan di dalam katup atrioventrikular agar katup tetap dalam posisinya.

3.      Etiologi
Penyebab dari penyakit mitral valve prolapse adalah:
a.       Usiamitral valve prolapse paling sering terjadi pada pria berusia 50 tahun
b.      Hereditas
Mitra dan jenis kelamin
Penyakit
l valve prolapse seringkali diturunkan dalam keluarga dan bisa berhubungan dengan kondisi lainnya seperti sindroma Marfan atau  sindroma Ehlers-Danlos. MVP biasanya merupakan kelainan autosom dominan primer atau penyakit sekunder dengan kelainan jaringan ikat
c.       Demam rheumatic
Demam rheumatic dapat menyebabkan valvulitis atau peradangan pada katup jantung akut. Banyak kasus insufisiensi mitral yang disebabkan oleh demam rheumatic karena dampak dari gangguan ini adalah terbentuknya parut dan retraksi daun.
d.      Degenerasi myomatosa
Pada katup mitral posterior mengalami pembesaran. Terjadi fragmentasi dari matriks kolagen dan elastin dan digantikan oleh jaringan ikat.
e.       Peningkatan tekanan pada katup mitral
Hal ini disebabkan karena adanya pemanjangan korda tendinea atau penebalan katup. Selain itu terdapat peningkatan tekanan pada otot papilaris yang menyebabkan disfungsi dan iskemi otot papilaris setelah itu berlanjut menjadi disfungsi ventrikel yang digambarkan dengan aritmia ventrikel.
f.       Penyebab lain: endokarditis, miokarditis, RHD akut atau kronis.

4.      Patofisiologi
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah-bilah katup mitral yang tidak menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgitasi katup,sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau juga dapat berkembang cepat dan menyebabkan kematian mendadak.
Dalam prolaps katup mitral, sebagian dari katup mitral masuk kembali kedalam atrium selama sistol.  dapat meregangkan selebaran ke titik bahwa katup tidak tetap ditutup selama sistol (kontraksi ventrikel). Darah kemudian regurgitates dari kiri ventricle kembali ke atrium kiri.

5.      Tanda dan Gejala
Mitral valve prolapse memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a.       Sesak napas
Sesak napas yang paling sering terjadi ketika melakukan pekerjaan sehari-hari yang berat. Hal lain bisa ditemukan ketika sedang berbaring di atas ranjang memerlukan tumpukan batal agar bisa bernapas lega.
b.      Lesu atau pusing
Pada penderita MVP akan merasa terlalu lemah untuk mengerjakan pekerjaan harian. Pusing dapat terjadi pada beberapa pasien bisa sampai kehilangan kesadaran
c.       Palpitasi
Palpitasi adalah rasa berdebar seperti denyut jantung yang cepat, denyut jantung tidak beraturan dan rasa tidak enak pada dada karena adanya rasa berderbar yang belebihan
d.      Pembengkakan pergelangan, kaki, atau abdomen
Hal ini biasa disebut edema. Pembengkakan dapat terjadi  pada perut yang dapat menyebabkan perasa kembung. Bisa juga adanya penambahan berat badan dari 1 sampai 3 kg dalam sehari karena adanya penumpukan cairan.
6.      Komplikasi
1)      Hipertrofi atrium kiri
Hal ini terjadi karena atrium menampung darah yang lebih banyak. Volume darah yang meningkat membuat atrium kiri melakukan kompensasi yang menyebabkan hipertrofi atrium kiri.
2)      Gagal jantung
Pada pasien yang mengalami regurgitasi mitral volume darah pada atrium kiri akan meningkat karena darah yang dipompa dari ventrikel akan kembali  mengalir ke atrium kiri. Volume darah yang mengalir ke aorta akan menurun dan akan ada volume tambahan ke atrium kiri. Kurangnya volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh menyebabkan terjadinya gagal jantung.
3)      Edema Paru
Salah satu komplikasi yang terjadi pada regurgitasi mitral adalah edema paru. Hal ini terjadi karena darah yang menumpuk dalam atrium kiri akan naik ke paru. Paru-paru akan mengalami peningkatan cairan yang akan menimbun paru

4)      Penatalaksaan
Penatalaksanaan medis ditujukan untuk mengontrol gejala yang terjadi. Beberapa pasien mengalami disritmia yang mengganggu dan memerlukan obat  antidisritmia. Jika pasien mengalami gagal jantung ringan maka dibutuhkan terapi untuk membantu kerja jantung. Pada tahap yang lebih parah bisa juga dilakukan penggantian katup.
Pasien dengan penyakit MVP perlu diberi pengetahuan mengenai pentingnya terapi profilaksis antibiotik sebelum menjalani prosedur invasif (mis: perawatan gigi prosedur genitouriner atau gastrointestinal, terapi intravena [IV]) yang dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh

5)      Tes Diagnostik
Pada pemeriksaan EKG bisa ditemukan gelobang T yang bifasik atau inverse di lead II, III, dan aVF. Selain itu pada pemeriksaan ecokardiografu dapat dilihat adanya kelainan katup mitral yang sedang menutup pada saat fase sistolik.

6)      Prognosa
Dalam beberapa kasus gangguan ini ringan dan tidak menimbulkan gejala. Jika ada pasien yang mengalami gejala menjadi lebih buruk secara bertahap selama bertahun-tahun namun akan mengalami penuruan yang cepat secara signifikan. Obat yang diberikan dapat meredakan gejala tetapi tidak dapat memperbaiki katup yang rusak. Pembedahan yang dilakukan akan memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik. Sebanyak 90% dari kasus MVP yang melakukan penggantian katup mitral berhasil bertahan hidup

B.     Konsep Dasar Keperawatan
I.       Pengkajian
1.      Keluhuan umum
Pada fase awal adalah rasa lelah, sesak napas saat beraktivitas, palpitasi.
2.      Riwayat penyakit
a.       Riwayat penyakit saat ini :
·         Adanya riwayat penyakit demam rheumatik.
·         Adanya riwayat penyakit dahulu.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien.
c.       Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota yang meninggal maka penyebab kematian juga di tanyakan.

3.      Riwayat psikososial atau perkembangan.
a.       Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.
b.      Mekanisme koping anak atau keluarga.
c.       Mengalami hospitalisasi sebelumnya.

4.      Pengetahuan anak dan keluarga
a.       Pemahaman tentang diagnose.
b.      Pengetahuan atau penerimaan terhadap prognosis.
c.       Regimen pengobatan.
d.      Rencana perawatan lanjutan.
e.       Kesiapan dan kemampuan untuk belajar.
5.        Pemeriksaan fisik.
a.     Sistem respirasi
Klien terlihat sesak napas, pola napas tidak teratur, frekuensi napas melebihi normal.
b.      Sistem kardiovaskuler
Didapatkan adanya nyeri dada, palpitasi.. Teraba dan terlihat denyut apeks jantung.
c.     Sistem neurologi
Kesadaran biasanya compomentis istirahat tidur menurun , kaji adanya nyeri kepala atau tidak.
d.    Sistem genitourinaria
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, catat frekuensi dan keteraturan keteraturan berkemih, jumlah dan karakteristik urine dan juga kaji penggunaan alat bantu.
e.         Sistem gastrointestinal
Klien biasanya mengeluh tidak nafsu makan, berat badan turun.Kaji adanya bising usus, dan kaji kebersihan mulut.
f.         Sistem musculoskeletal dan integument
Pengkajian terhadap aktivitas denga gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat      tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah : takikardi dan dyspnea pada saat aktivitas. Akral dingin, klien kesulitan melakukan tugas perawatan diri sendiri.


g.      Sistem penginderaan
Kongjutiva pucat, ketajaman penglihatan kabur.Pada hidung, kaji adanya epitaksis, ketajaman penciuman, secret.Pada telinga kaji normal kesimestrisan ketajaman pendengaran. Bagaimana klien dapat merasakan asin,asam,pahit,manis. Normal atau tidak indra peraba klien.
h.      Sistem endokrin
               Apakah ada pembesaran kelenjar karotis atau tiroid.Pengukuran volume haluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.

                            II.   Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
b.      Intoleransi dan aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

                         III.            Evaluasi
a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
1.      Klien mengatakan adanya pengurangan rasa nyeri
b.      Intoleransi dan aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
1. Klien dapat menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
2. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »